Bab 5

Langkah kakinya dibawa menyusuri trotoar, sebelah tangannya membawa box yang berisi nasi uduk yang dikemas dalam plastik mika untuk dia jual keliling dari rumah satu ke rumah lainnya.

Karena Neneknya hanya pemilik warung nasi, terkadang penghasilannya tidak memenuhi semua kebutuhan sehari-hari, maka dari itu Selena memutuskan untuk menjual nasi uduk keliling.

Netranya mengerjap, Selena mematung ketika mendapati Lio tengah duduk di depan warung Neneknya. Netra keduanya bertemu sebelum Selena mempercepat langkah dan berdiri di depan Lio.

Hening sebelum Lio mengambil alih box di tangan Selena dan menyimpannya ke kursi.

"Ringan banget. Syukurlah jualan elo laku semua." Ujar Lio menyunggingkan senyum membuat Selena tertegun.

Rasanya sudah lama sekali tidak melihat senyum terpancar dari bibir sahabatnya. Hal terakhir yang ada di ingatan Selena adalah Lio menatapnya dengan kecewa dan air mata di pipi.

Lio menggaruk belakang kepalanya canggung ketika Selena hanya bergeming.

"Maafin gue." Ujar Lio menaikan kacamatanya yang melorot. "Seharusnya gue gak nyalahin elo atas apa yang menimpa Keira. Gue tahu elo gak salah, tapi waktu itu gue pengecut. Gue cuman butuh samsak buat disalahin dan buat ngelampiasin emosi gue. Maafin gue, Sel."

Selena tersenyum sebelum mengusap air matanya. Rasa senang membuncah di dadanya.

"Dasar cengeng." Ejek Lio sebelum mengusap air matanya sendiri dan memeluk Selena.

Selena membalas pelukannya dan keduanya menangis. Ada berbagai perasaan yang tercampur dalam tangisan mereka. Tapi yang pasti, Selena bersyukur Lio kembali ke sisinya sebagai sahabat.

"Jangan nangis! Itu sebabnya elo selalu diganggu, karena elo kelihatan lemah!" Ujar Lio melepas pelukannya.

"Kamu juga nangis." Ujar Selena sebelum keduanya tertawa bersama.

"Lo harus kuat Sel. Gue gak ada di samping elo saat di sekolah." Ujar Lio membuat Selena mengangguk.

"Lo dateng balik buat gue aja, udah cukup kok." Jawab Selena sebelum mengalihkan perhatian pada kardus yang berada di ujung kursi panjang dari kayu yang berada di depan warung nasi Neneknya.

"Itu apaan?" Tanya Selena membuat Lio menoleh.

"Nenek Ayu bilang itu paket buat elo. Jawab Lio.

Selena mengernyit sebelum membawanya mendekat untuk melihat isinya. Sebuah seragam dan kacamata baru.

Padahal dia tidak pernah memesannya meskipun Selena membutuhkannya.

Selena jadi mengerjap sebelum tersadar sesuatu.

Apakah yang memberikannya adalah seseorang dalam pikirannya?

Mungkinkah Sehan?

...****************...

Jarum jam menunjukan pukul enam tepat ketika melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah. Dia sengaja berangkat sepagi ini karena ada hal yang perlu dia lakukan hari ini.

Selena berjalan sepelan mungkin memasuki kelas, kepalanya menoleh ke belakang dan benar dugaannya bahwa Sehan sudah berada di kursinya dengan earphone yang menyumbat telinganya.

Selena segera beranjak ke mejanya, dia membalikan kursi ke arah meja di belakangnya sebelum duduk dan mengeluarkan buku sketsa dan pensil.

Kegiatan yang harus dia lakukan hari ini adalah mengambar potret Sehan.

Dia telah memutuskan tidak akan berterimakasi dengan cara biasa pada Sehan. Sebagai gantinya Selena akan memberikan gambar yang dia buat sendiri atas rasa terimakasinya. Itu lebih baik daripada datang dengan tangan kosong, apalagi Sehan sudah benar-benar banyak membantunya.

Terlepas entah benar atau tidak Sehan yang mengirimkan seragam dan kacamata baru, tapi tidak ada orang lain yang terpikirkan di kepala Selena selain Sehan yang benar-benar sudah mengetahui kondisinya.

Selena mulai menggoreskan pensil ke kertas, sesekali dia mendongkak untuk melihat Sehan sebagai model yang tengah dia gambar.

Sehan tengah menunduk dengan pulpen di tangan dan tumpukan buku di sampingnya. Dia sedang belajar. Selena pikir itu wajar mengingat peringkat Sehan turun kemarin.

Selena meneguk ludah ketika angin berhembus dari jendela yang terbuka di samping Sehan dan menerbangkan helaian rambutnya.

Selena menggeleng pelan, dia kembali menunduk dan menggoreskan pensil di sana.

Sampai beberapa menit kemudian gambarnya telah selesai membuat senyum di bibir Selena mengembang. Selena menyobek kertas dari buku sketsanya dan berjalan menghampiri Sehan.

Sehan mengerjap, dia membuka sebelah earphonenya ketika lengannya di sentuh pelan. Sehan mendongkak sebelum mengangkat alis menatap Selena yang menyodorkan kertas padanya.

Sehan bergeming sebelum menerimanya.

"Makasih ya, Sehan." Ujar Selena pelan sebelum kembali ke tempat duduknya dengan cepat.

Sehan menatap punggung Selena sebelum memeriksa isi kertasnya. Ada gambar dirinya sedang belajar dan dibawahnya ada goresan bolpoin hitam yang bertuliskan "Terimakasi untuk semua yang telah elo lakuin."

Sehan berdecih sebelum tersenyum samar.

Banyak barang pemberian dari siswi lain yang menyukai dirinya seperti cokelat, dan boneka tapi sayang sekali hanya berakhir di tempat sampah.

Tadinya kertas pemberian Selena juga akan berakhir disana, sebelum Sehan berubah pikiran dan menyelipkannya ke buku catatannya.

Satu-satunya hadiah yang pernah Sehan terima dari gadis.

Sehan jadi kembali mendongkak, menatap sisi samping wajah Selena yang sedang menoleh. Senyumnya kembali muncul namun samar sebelum kembali menunduk pada buku bacaannya.

"Kacamatanya dipake ternyata." Ujar Sehan pelan.

...****************...

Selena melepas kacamatanya sebelum membasuh mukanya di westafel sebelum mematikan keran airnya. Dia mendongkak menatap wajahnya di cermin sebelum tersentak kecil ketika pintu toilet ditutup kencang.

Selena menyipitkan netra untuk melihat siapa pelakunya sebelum membelalak mendapati Nadia yang mengunci pintu sebelum berjalan ke arahnya.

Entah kenapa kejadian kemarin di serang lima lelaki kembali terlintas di kepala Selena membuat jantungnya berdebar kencang.

"Hei, Selena." Ujar Nadia mendekat dengan seringai di wajahnya.

Keduanya saling berhadapan.

"Mau apa lo?" Tanya Selena membuat Nadia tertawa kecil.

"Ngelihat elo masih punya keberanian berarti kejadian kemarin belum bikin elo trauma, ya?" Tanya Nadia membuat Selena mengepalkan tangannya.

"Kenapa elo lakuin itu ke gue?" Tanya Selena dengan raut wajah mengeras.

"Lo bodoh? Gue udah pernah bilang, kan? Mundur jadi peserta lomba ngelukis." Ujar Nadia menekankan setiap katanya.

"Kenapa elo maksa? Meskipun perwakilan sekolah ini dua orang tapi gak berpengaruh, kan? Elo masih bisa raih posisi juara satu." Ujar Selena membuat Nadia tertawa keras.

Tangan Nadia bergerak menutup saluran air di westafel dengan penyumbat dan menyalakan kerannya.

"Udah mulai berani mempertanyakan segala perintah gue, ya?" Tanya Nadia tersenyum sambil mengusap rambut Selena membuat Selena menepis tangannya.

"Sayang banget, gue gak bisa jawab pertanyaan elo." Ujar Nadia mengedikan bahu membuat Selena mengernyit.

"Kenapa? Karena seharusnya, anjing itu nurut sama semua perintah majikannya tanpa banyak tanya!" Ujar Nadia menjambak rambut Selena dengan cepat dan kuat sebelum memasukan kepalanya ke dalam westafel yang sudah penuh dengan air.

Selena memberontak ketika kepalanya masuk ke air membuatnya tidak dapat bernapas sebelum dia membuka mulutnya dan menghirup udara ketika Nadia menarik kepalanya keluar dari air.

"Maka dari itu, lakuin aja apa yang gue suruh, si*lan!" Pekik Nadia sebelum kembali mendorong kepala Selena masuk ke dalam air.

Selena yang masih menormalkan napasnya terkejut dan berontak ketika kepalanya kembali masuk ke dalam air.

Selena menggeleng kuat, mencoba melepaskan jambakan Nadia namun gagal.

Sementara Selena mencoba bertahan hidup, Nadia tengah tertawa puas. Sampai akhirnya Nadia menarik kepala Selena dan mendorong tubuhnya sampai terjatuh ke bawah.

Selena terbatuk parah, dia menghirup udara dengan rakus dengan napas yang memburu.

Nadia melipat tangan di depan dada sebelum tersenyum. "Hei, tawaran gue barusan adalah yang terakhir. Karen elo keras kepala, elo bakal lewatin neraka yang sebenarnya."

"Selamat datang di neraka, Selena." Ujar Nadia ringan sebelum melangkah pergi membuat Selena mengepalkan tangannya kuat.

Jantungnya berdegup kencang, Selena bisa benar-benar kesulitan bernapas barusan. Dia jadi mengerjap ketika ponselnya bergetar dari balik saku. Selena mengeluarkan ponselnya dan netranya membelalak ketika mendapatkan pesan pemberitahuan dari Bu Puspa selaku guru yang menyeleksi lukisannya untuk lomba.

PEMBERITAHUAN UNTUK SELENA INTAN.

ANDA DI DISKUALIFIKASI KARENA MELANGGAR PERATURAN DENGAN MENGIRIMKAN LUKISAN PLAGIAT UNTUK SELEKSI LOMBA.

Selena mengernyit, dadanya bergemuruh sebelum dia melempar ponsel dan mengacak rambutnya kasar.

"Nadia, dasar iblis! Gue bales elo nanti!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!