“Hoek. Menjijikan! ****** itu benar-benar gila.” Lin Ji memaki Yi Xun seraya membersihkan muntahan di pakaiannya.
Sementara Deng Wei hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Namun tak bisa dipungkiri jika ia berusaha menahan diri agar tidak ikut memuntahkan isi perutnya kala membersihkan muntahan di pakaiannya.
“Deng Wei, sepertinya aku sedikit memahami penderitaanmu. Dia memang ****** gila.” Lin Ji tak henti-hentinya memaki Yi Xun saat ia merasa amat kesal. “Hei, katakan sesuatu. Kenapa kau diam saja? Apa kau menyesal karena telah meninggalkannya?” protes Lin Ji kala merasa bahwa Deng Wei tak memberikan respon apa pun.
Deng Wei reflek menatap wajah Lin Ji dengan mimik wajah serius. “Mana mungkin! Sekali pun orangtuaku membuangku, aku tidak akan pernah berbaikan dengannya lagi,” cetus Deng Wei.
Lin Ji tersenyum senang tatkala mendengar perkataan Deng Wei. Kemudian, ia pun berkata, “Tentu saja aku tahu. Tidak mungkin pria setampan dirimu bersama dengan gadis kasar sepertinya. Aku tidak ingin membandingkan diriku dengan gadis rendahan sepertinya. Tapi asal kau tahu, aku adalah pilihan terbaik. Hanya gadis sepertiku yang pantas bersanding denganmu,” ujar Lin Ji dengan percaya diri.
“Aku tahu. Mana mungkin gadis sebaik dirimu perlu dibandingkan dengannya. Dia tidak pantas,” balas Deng Wei.
“Lalu, apa rencanamu selanjutnya? Pernikahan kalian … .” Sebelum Lin Ji menuntaskan perkataannya, Deng Wei bergegas memotongnya.
“Tidak akan terjadi. Aku punya rencana. Kita hanya tinggal menunggu.”
“Apa rencanamu?”
“Rahasia.”
Setelah memuntahkan semua isi perutnya, Yi Xun akhirnya pun akhirnya lega. Kemudian, ia pun berjalan menuju lemari es dan mengambil sebotol air mineral. Setelah meneguk beberapa tegukan, ia pun berbaring di sofa rumahnya. Namun tiba-tiba saja, kepalanya sangat pusing. Rasa sakit itu sungguh tak tertahankan, hingga keringat dingin pun membasahi sekujur tubuhnya.
“Arrggh! Sakit sekali. Apa yang salah denganku?” Yi Xun mengerang kesakitan seraya *******-***** rambutnya. Pandangannya menjadi kabur, dan ia terjatuh ke lantai tak sadarkan diri.
***
Fenomena bulan darah dianggap sebagai pertanda buruk yang membawa kesialan. Pada saat fenomena itu terjadi, seorang menantu keluarga bangsawan tengah berjuang melahirkan buah hatinya. Keluarga itu sangat percaya dengan mitos-mitos yang beredar di kalangan masyarakat. Salah satu mitos yang mereka percayai adalah, siapa pun yang lahir tepat saat fenomena bulan darah terjadi, maka anak itu akan tumbuh menjadi anak iblis yang akan membawa kesialan bagi dunia. Hal itu telah diramalkan 200 tahun lalu.
Keluarga bangsawan itu sangat panik ketika menantunya harus melahirkan tepat pada fenomena itu. Keturunan yang awalnya sangat dinanti dan dipercaya membawa berkah bagi keluarga, hanya dalam satu malam dianggap sebagai keturunan pembawa sial yang akan menghancurkan keluarga mereka.
Seorang dukun mengusulkan agar setelah bayi itu lahir, mereka harus membunuhnya untuk menghindari petaka. Keluarga itu sepakat untuk melakukannya. Akan tetapi, hanya suami dari wanita itu yang tidak mengizinkannya. Dia tidak tega jika harus membunuh anaknya sendiri, apalagi anak itu adalah anak yang sudah dinanti-nanti setelah 10 tahun mereka menikah.
Tidak ada cara lain lagi. Menantu keluarga itu terpaksa harus menahan rasa sakit saat dipaksa menunda kelahiran buah hatinya. Sayangnya, takdir tetaplah takdir. Tidak ada yang dapat mengubahnya. Anak yang lahir dari keluarga itu lahir tepat saat fenomena bulan darah itu sempurna. Menantu keluarga itu melahirkan sepasang bayi kembar, laki-laki dan perempuan. Namun sangat disayangkan, bayi laki-laki itu tak berumur panjang. Sebelumnya, bayi laki-laki sempat menangis.
Namun ketika ibu dari sepasang bayi kembar itu meninggal, bayi laki-laki yang sebelumnya menangis keras itu tiba-tiba berhenti menangis. Sang bayi laki-laki menyusul ibunya yang meninggalkannya. Sementara sang bayi perempuan masih berjuang hidup, tetapi bayi perempuan itu dianggap aneh karena sejak lahir tak pernah menangis ataupun meteskan setetes pun air mata.
Menantu keluarga itu meninggal ketika telah berhasil melahirkan bayi kembarnya. Sementara bayi kembar itu meninggal setelah ibunya meninggalkan mereka. Hanya bayi kembar perempuan yang bertahan hidup. Pada malam setelah dia harus menerima kenyataan bahwa istri dan salah satu anaknya meninggal, ia harus meninggalkan putrinya karena menerima panggilan mendesak dari militer. Meskipun ayah itu melindunginya dan tidak membiarkan siapa pun membunuhnya, karena bayi itu dianggap sebagai pembawa petaka, bayi itu terpaksa diasingkan oleh keluarga itu. Nasib yang sungguh naas. Pada malam itu, ayah sang bayi pun meninggal saat berperang mati-matian melindungi kota.
Ibu yang melahirkannya, saudara kembar laki-lakinya, ayahnya, mereka meninggal di malam yang sama saat bayi itu lahir. Memandang segala sesuatu yang telah terjadi, semua orang semakin yakin jika bayi perempuan itu memanglah pembawa petaka. Untung saja, ada seorang pelayan yang memegang wasiat terakhir dari ayah sang bayi. Ayah bayi itu memberi wasiat agar keluarga itu melindungi anaknya. Tujuan mereka untuk membunuh bayi itu pun gagal. Bayi itu tetap dirawat oleh sang pelayan, tetapi diasingkan dari keluarga. Pelayan dan bayi itu harus tinggal di gudang kumuh. Ia merawatnya hingga bayi itu tumbuh dewasa.
“Xun Tian!”
“Yao Ji?”
“Ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat lesu? Apa mereka sengaja tidak memberimu makan hari ini? Mereka sudah keterlaluan!” protes seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Xun Tian.
Xun Tian, nama bayi perempuan yang lahir dengan takdir pembawa petaka. Dia saat ini telah tumbuh menjadi gadis remaja berusia 18 tahun. Karena dianggap sebagai pembawa petaka, ia telah tumbuh lama dari pengasingan keluarganya. Awalnya, keluarga itu membiarkannya hidup di gudang kumuh. Namun pelayan yang mengurus Xun Tian sejak bayi, membersihkannya dan merubahnya menjadi kediaman sederhana.
Sayangnya, takdir benar-benar tak berpihak pada Xun Tian. Saat usianya menginjak 5 tahun, pada saat itu terjadi badai besar. Karena atap gudang itu sudah tak kokoh, sebuah balok kayu menimpa pelayan yang merawat Xun Tian, hingga pelayan itu meninggal dunia karena tak ada seorang pun yang datang menolong mereka. Nasiibnya benar-benar buruk. Sejak usia 5 tahun, ia harus tumbuh mengandalkan diri sendiri.
Pelayan yang menemaninya selama ini telah meninggal. Tak ada seorang pun yang memberikan makanan dan pakaian untuk Xun Tian. Untuk mengganjal rasa laparnya, Xun Tian terpaksa menyelinap keluar dan mencuri beberapa makanan di aula leluhur. Tindakannya itu sempat diketahui oleh seorang pelayan. Lalu, pelayan itu melaporkannya kepada nyonya besar.
Nyonya besar memberikan hukuman berat kepada Xun Tian. Tubuh kecil Xun Tian yang lemah itu harus menerima cambukan sebanyak 20 kali. Dia benar-benar kesakitan dan hampir mati. Sudah seperti itu, tak ada seorang pun yang peduli terhadap nasibnya. Xun Tian dianggap pembawa petaka, tetapi dia membawa banyak keberuntungan terhadap dirinya sendiri. Xun Tian tidak mati karena seorang siluman kucing menolongnya. Dia bertahan hidup hingga dia berusaha 18 tahun. Karena di usia itu, Xun Tian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Lady Ev
dh mmpir yh kk
2023-07-16
0
kama
semangat ka author!
2023-07-16
0