Dua hari sebelum Xun Tian berencana mengakhiri hidupnya sendiri, bibinya yang bernama Li Jin Rong datang menemuinya. Li Jin Rong adalah adik dari ayah Xun Tian yang bernama Jendral Li Jing. Meskipun Li Jin Rong memiliki hubungan darah dengan Xun Tian, ia tetaplah seorang yang tidak beda dengan keluarga Xun Tian yang lain, yang memperlakukan Xun Tian dengan cara terburuk.
BRAK!!!
Li Jin Rong mendobrak pintu lapuk gudang, tempat di mana Xun Tian menghabiskan masa hidupnya. Tatkala pintu itu didobrak kencang, Xun Tian yang tengah menyibukkan dirinya pun terpaksa harus menghentikan aktivitasnya. Kemudian, Xun Tian bergegas menghampiri Li Jin Rong yang membawa seorang pelayan bersamanya.
Dengan perkataan lembutnya, Xun Tian pun bertanya perihal maksud kedatangan bibinya menemuinya, “B-Bibi, kenapa kau tiba-tiba datang?” gagap Xun Tian karena ketakutan. Nyalinya memang sangat lemah saat berhadapan dengan semua anggota keluarga yang selalu menganiayanya.
“Kenapa? Apa kedatanganku tidak disambut di sini?” sentak Jin Rong.
“T-tidak, bukan begitu maksudku. Aku … aku … .” Xun Tian tak bisa berkata-kata. Lidahnya terasa kelu, seakan tak bisa dikendalikan.
“Lupakan. Aku tidak ingin berlama-lama di tempat ini bersamamu karena tidak ingin kemalangan menimpaku. Hei, anak pembawa sial, dengarkan baik-baik! Dua hari lagi kau harus menikah,” cetusnya.
“Menikah? Aku? Dengan siapa aku harus menikah?” cecarnya dengan beberapa pertanyaan.
“Pangeran ketiga, Sangguan Chang Ling,” ungkapnya.
Sontak saja, Xun Tian terhenyak tatkala Jin Rong menyebutkan nama pangeran ketiga. Meskipun Xun Tian tak pernah menginjakkan kaki ke dunia luar, tetapi ia sering mendapat informasi dari sahabatnya Yao Ji, yang berasal dari Alam roh. Dia pernah mendengar Yao Ji menceritakan tentang pangeran ketiga, anak dari kaisar Shangguan yang memimpin Negara Long.
Pangeran ketiga adalah anak dari permaisuri kerajaan. Namun karena nasibnya yang tidak beruntung, pangeran ketiga kehilangan penglihatannya sejak kecil. Dia adalah seorang pangeran buta yang tidak memiliki kekuatan apa pun dalam politik. Kekuasaannya dan identitasnya sebagai pangeran menjadi lemah karena kecacatannya, sehingga banyak menteri yang menentang pangeran ketiga yang seharusnya ditunjuk sebagai putra mahkota. Jangankan ditunjuka sebagai putra mahkota, pangeran ketiga pun harus hidup dalam pengasingan, selagi berusaha untuk memulihkan kondisinya.
“Kenapa? Kau tidak ingin menikah dengannya? Kalau dipikir, kalian memanglah pasangan yang ditakdirkan. Satunya cacat, dan satunya pembawa sial. Kalian memang pasangan serasi yang ditakdirkan langit,” celetuk Jin Rong dengan pikiran liciknya.
“Apa … hak kalian menyuruhku menikah dengannya? Sejak kecil, aku selalu bertahan hidup sendiri. Jangan kira aku tidak tahu jika kalian semua berusaha membunuhku berkali-kali. Kalau dipikir, aku tidak berhutang apa pun kepada keluarga ini.”
PLAK! Tamparan mendarat di wajah Xun Tian.
“Lancang! Berani sekali kau berkata seperti itu kepada Nyonya?!” Bahkan seorang pelayan pun memiliki posisi lebih tinggi, hingga ia tanpa ragu memberi tamparan keras di wajah Xun Tian.
Jin Rong mencengkram rahang Xun Tian dengan kuat, lalu menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.
“Kau hanyalah anak pembawa sial. Dengar, kau adalah penyebab kematian ayahmu, ibumu, bahkan saudara kembarmu. Mereka semua tidak berharap hidup bersama anak pembawa sial sepertimu. Seharusnya kau bersyukur karena sampai detik ini, keluarga Li masih menampungmu. Sejak awal, kau memang harus disingkirkan. Kau hanya beruntung bisa hidup sampai saat ini,” cetus Jin Rong seraya mendorong wajah Xun Tian hingga pelipisnya terbentur dinding.
“Argh.” Xun Tian merintih kesakitan sembari memegangi kepalanya yang terasa nyeri saat perlahan darah segar mengalir di kulit putihnya.
“Nyonya, sepertinya kita tidak perlu repot-repot berurusan dengan pembawa sial ini. Ah, benar. Aku dengar, hari ini mereka akan mengirimkan mahar.”
“Benarkah?” sahutnya. Jin Rong terlalu bersemangat saat pelayannya mengucapkan kalimat terakhir itu kepadanya. “Kira-kira berapa banyak mahar yang akan mereka kirimkan, ya? Benar juga. Mereka adalah keluarga kerajaan. Pasti akan ada banyak mahar yang memenuhi halaman rumah.” Jin Rong yang sangat bersemangat pun bergegas beranjak dari tempatnya.
Akhirnya, Jin Rong dan pelayannya meninggalkan Xun Tian di sana sendiri. Xun Tian benar-benar lega saat mereka telah meninggalkannya. Kemudian, ia pun bangkit perlahan dari posisinya. Pakaiannya yang lusuh itu terpaksa harus dia sobek untuk memperban pelipisnya yang berdarah.
Xun Tian tampak menunggu seseorang, hingga tengah malam tiba. Namun, sepertinya sosok yang dia tunggu tak kunjung menemuinya. Dia sedang menunggu Yao Ji, siluman kucing yang juga sahabatnya. Dia berharap kali ini Yao Ji akan datang dan membawanya kabur meninggalkan keluarga Xun Tian yang selalu menganiayanya. Pada akhirnya, Xun Tian tidak sanggup jika harus menanggung sebuah kesalahan yang tidak pernah dilakukannya.
Bukan kesalahannya terlahir dengan kutukan pembawa petaka. Namun, Xun Tian tahu dengan jelas, sekali pun dia berusaha menjelaskan bahwa dirinya bukanlah orang jahat, sudah pasti tidak akan percaya padanya. Hanya Yao Ji yang bersedia menjadi temannya yang menemaninya setelah meninggalnya pelayan yang mengurus Xun Tian sejak bayi.
“Sepertinya, dia tidak akan datang. Apa boleh buat? Semua orang menyebutku pembawa sial. Mereka berharap aku mati. Tidak ada tempat bagiku di dunia ini. Baiklah. Karena semua orang berharap aku mati, aku turuti keinginan mereka. Aku benar-benar lelah … .”
Malam itu, bulan terlihat bulan sempurna. Cahayanya terpantul indah di kolam taman kediaman keluarga Li. Malam itu, Xun Tian menyelinap keluar dari tempat tinggalnya, sembari berjalan-jalan memandangi kediaman keluarganya yang sekali pun tak pernah dilihatnya sejak ia dilahirkan. Malam itu adalah pertama kalinya Xun Tian menginjakkan kakinya keluar, setelah dia dikurung dan diawasi dengan ketat di dalam gudang selama 18 tahun hidupnya.
Banyak penyesalan dalam hidupnya. Namun, penyesalan pun tak ada gunanya ketika akhir hidupnya menjemputnya. Xun Tian menghentikan langkahnya di atas jembatan yang dibawahnya terdapat kolam yang cukup dalam.
BYURRR!!!
“Suara apa itu?” gumam seorang pelayan yang mendengarkan sesuatu. Sayangnya, ia sengaja mengacuhkannya karena terlalu sibuk mempersiapkan keperluan acara yang akan diadakan 2 hari lagi.
Malam itu, tidak ada yang tahu jika Xun Tian sengaja mengakhiri hidupnya sendiri. Hingga saat pagi tiba, jasadnya yang mengambang ditemukan oleh seorang tukang kebun yang ditugaskan memperbaiki jembatan.
Pagi itu, dapat dipastikan jika Xun Tian tak lagi bernyawa. Dibandingkan gembira karena keluarga Li akhirnya melihat anak yang diyakini pembawa sial itu meninggal, mereka lebih takut mendapat hukuman karena insiden itu membuat keluarga kerajaan harus membatalkan pernikahan.
***
“D-di-di dia, hidup kembali?”
“Aaaaa! Tolong, ada hantu!!!”
Saat semua orang yang menghadiri pemakaman itu berlarian, Xun Tian sebagai tokoh utama pemakaman hari itu hanya menatap orang-orang yang berlarian ketakutan itu dengan raut wajah kebingungan.
“Apa yang terjadi? Kenapa mereka semua lari?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments