"udah puas Liv!" ucap Nover setelah menghabisi segelas air putih, lalu pergi menyusul Maya.
"lo kenapa sih Liv, nggak bisa ngejaga perasaannya Nover sekali aja," ucap Rezy, yang langsung menasehati sahabatnya ini dengan bahasa Inggris.
"lo kan cewek berpendidikan dan dari keluarga berpendidikan juga, kok bisa sih, kata-kata kasar keluar dari mulut lo? Sedangkan mereka diam aja nerima ucapan kasar lo," ucap Rezy lagi, dia juga ikut dibuat kesal, karena ucapannya Oliv, yang benar-benar keterlaluan dan nggak masuk diakal, hanya karena nggak suka dengan Maya dan juga Gendis.
Oliv diam, dengan pasang tampang juteknya.
Sedangkan Gendis, dan juga Maya, masih ada di halaman belakang rumah Doni. Gendis menahan tangan Maya yang nekat pulang, padahal sudah malam dan Gendis juga nggak mungkin nurutin kemauannya Maya, karena nggak tau jalan pulang.
"May?" panggil Gendis, seraya menahan tangan sahabatnya ini.
"pulang yuk Ndis," rengek Maya, menangis sambil terus memaksa, mengajak Gendis agar mau diajaknya pulang.
"duduk di situ dulu yuk, emangnya lo tau jalan pulang?" tanya Gendis mengalihkan, sekaligus juga mau membantu menenangkan Maya.
Maya diam, lalu menggelengkan kepalanya karena ternyata, Maya juga sama seperti Gendis, yang nggak tau jalan pulang.
"makanya, kita nungguin Nover aja. Nanti kalau dia udah keluar, kita minta dia nganterin kita pulang," ucap Gendis, merayu sahabatnya.
"jalan aja yuk Ndis, kita nunggu di rumah Nover." Maya tetap bersikeras.
Gendis malah gantian diam, dan memilih melanjutkan langkahnya ke kursi yang tadi ditunjuknya.
"Gendis ...!" Maya mulai kolokan ke Gendis, memaksa lagi ke sahabatnya.
"kalau lo udah nggak kuat dari tadi, jangan ditahan May." tegur Gendis.
"kenapa harus nunggu air mata lo tumpah, baru lo pergi?" lanjut Gendis, menasihati.
"lo kan bukan Rosa, yang bisa tegar," ucap Gendis lagi dan menarik tangan Maya supaya ikutan duduk.
"gue nggak enak sama Nover, Ndis." Maya akhirnya menjelaskan alasannya.
Nover juga pas banget dateng, tapi ditahan sama Doni yang baru aja selesai menerima telfon dari orang tuanya.
"ada apaan sih?"
Nover meminta Doni untuk diam, supaya mendengarkan percakapan kedua cewek itu, yang diam-diam sedang mereka perhatikan.
"gue kenal Nover udah 6 bulan, gue pacaran juga udah 6 bulan. Gue juga mau nyoba sabar Ndis, Gue nggak enak sama Nover, karena Oliv sahabatnya Nover," ucap Maya, sambil menangis sesunggukan.
"udah ah, jangan nangis lagi. Lo kan gitu May, kalau lagi nangis, apa aja bakalan lo makan," ucap Gendis meledek.
Ledekan Gendis, malah membuat bahunya Gendis kena gigit Maya, yang kesal sama ledekannya Gendis. Dan di ujung sana, kedua lelaki yang memperhatikan obrolan mereka, malah ikutan tertawa, karena ulah isengnya Gendis, yang berbuntut melukai bahunya.
"aaaaggh!!!" jerit Gendis.
"Maya, sakiit!" sergah Gendis, merintih dan mencoba melepaskan Maya.
"siapa suruh?! Gue nangis malah dibercandain, bukannya dihibur!" ucap Maya sambil menyeka air matanya.
"itu juga bagian dari hiburan May." balas Gendis, dengan tampang bete, sambil mengusap bahunya yang kesakitan karena di gigit Maya.
Nover langsung menghampiri kedua wanita ini, sedangkan Doni masih berdiri di tempatnya dan membiarkan sahabatnya menenangkan pacarnya.
"maafin aku ya May?" ucap Nover, sambil memegang tangan Maya dan Nover sujud di depan Maya sambil memohon.
Maya hanya menatap wajah Nover, cowoknya Maya ini meminta maaf sekali lagi, karena Maya nggak menggubris permohonan maafnya Nover.
"aku memang nggak peka, aku cuma diem aja pas Oliv ngejek kamu tadi."
"aku juga sebenernya nggak enak sama kamu, aku cuma bisa diem aja, padahal Oliv udah kasar sama kamu. Aku juga nggak enak negor Oliv, karena dia temen aku," ucap Nover, menjelaskan kebingungannya selama ini.
Nover pun menyeka sisa air mata yang masih menetes di pipi Maya. Membuat Maya mulai tersenyum, setelah mendengar permohonan maaf dari Nover.
"ehem ... ehem ..., udahan kali pegangannya, emang mau nyebrang." ledek Gendis.
Nover tersenyum malu, karena Gendis menyindirnya.
"Maafin gue ya Ndis? Kalau gue ngedengerin maunya lo untuk pulang, pasti nggak bakalan ada kejadian kayak tadi," ucap Nover, merasa bersalah juga ke Gendis karena sempat mendengar permintaan Gendis ke Maya, waktu di ruang makan tadi.
"iya, lupain aja," ucap Gendis, dia memang nggak mau mempermasalahkan, masalah yang emang sudah terjadi.
"mendingan kita pulang aja yuk, ngantuk nih," ucap Gendis mengalihkan.
"besok hari minggu kali Ndis, gimana kalau kita nginep aja di rumahnya Nover?" ucap Maya menawarkan.
"apaan?" dengan raut wajah terkejut, Gendis mengomentari sahabatnya ini.
"nggak ah, emangnya lo berdua nggak bosen apa, ketemuan terus?" ucap Gendis.
"kalau orang pacaran, ya emang gitu Ndis, makanya punya pacar," ledek Maya.
"udah deh, jangan bikin gue emosi," ucap Gendis.
Maya terlihat mau membongkar soal Adam, tapi Gendis mengalihkan.
"udah ah, ayok pulang," ajak Gendis, masih bersikeras meminta pulang.
"kok pulang, kan baru jam 7?" ucap Doni yang akhirnya ikut nimbrung.
"lagian juga besok hari minggu kan?" ucap Doni lagi, yang secara nggak langsung, menolak kepergian Gendis.
"iya kak maaf ya, Gendis mau langsung pulang. Besok, soalnya Gendis mau atletik, jadi mau buru-buru pulang buat nyiapin seragam besok," ucapnya, memberikan alasan.
"nyiapin seragam atletik apaan sih Ndis, palingan jadwal lo olahraga bareng power ranger lo itu," ledek Maya, yang malah kena tonyolan dari Gendis.
"jangan bikin gue dikira boong nih May, guru olahraga kita kan beda, lagian emang bener, gue ada atletik besok!" Gendis dengan tegas mengklarifikasi ucapannya Maya, supaya nggak membuat Doni salah mengira kalau Gendis berbohong.
"aku anter pulang aja gimana?" ucap Doni, malah menawarkan diri.
"nanti sekalian deh, aku yang nemuin orang tua kamu," ucap Doni lagi, menjanjikan.
Gendis masih berharap, kalau Nover dan Maya yang mengantarnya pulang. Namun, keduanya malah nggak mengerti maksud kedipan matanya Gendis, yang mengkode keduanya.
Maya juga nggak bisa membantu Gendis, karena sama-sama pasangan nggak peka. Dan Maya pun memilih menginap di rumah Nover.
Doni mengambil motornya dan Gendis pun pasrah, mulai pasang tampang bete, karena nggak enak nyusahin Doni. Gendis juga kesel ke Maya yang tadi sempet merengek minta pulang, nggak taunya malah berubah pikiran setelah di luluhin sama permintaan maafnya Nover.
...----------------...
Sebelum melanjutkan perjalanan, Doni izin ke spbu karna bensinnya mulai menipis.
Gendis meminta turun, menungu di dekat pompa angin.
Wajah Gendis terlihat pucat, keringatnya yang sebesar biji jagung, mulai bercucuran dan tangannya terus memegangi perutnya.
"astaga!" panik Gendis, yang mulai kelimpungan, setelah sadar kalau tasnya tertinggal di mobilnya Rezy.
Gendis semakin pasrah, lalu berjongkok di pinggiran pom bensin, sambil memegangi perutnya dan merintih kesakitan.
"ayuk Ndis," ajak Doni, setelah selesai isi bensin.
Gendis nggak menjawab Doni, bangun pun nggak.
"kamu kenapa Ndis?" tanya Doni, yang langsung memastikan dan membuatnya turun dari motornya.
Doni pun memegang bahu Gendis, dan merasakan seragamnya Gendis basah kuyup karena keringatnya. Doni sampai ikutan berjongkok, untuk melihat kondisi Gendis.
"kamu sakit Ndis?" tanya Doni dan wajahnya berubah panik, setelah memegang dahi Gendis.
Suhu tubuh Gendis nggak panas, justru keringat dingin.
Gendis hanya menggelengkan kepalanya, iapun bangun perlahan.
"ayuk, kita pulang kak," ucap Gendis, yang akhirnya bisa bangun, sambil memegangi perutnya.
Namun tiba-tiba, kaki Gendis terasa lemas, Gendis pun nggak kuat menapakkan kedua kakinya.
Beruntung, Doni sudah memegangi bahu Gendis, dan menahan tubuhnya Gendis yang mulai melemah.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Delfie
seketika langsung nyanyi.
2023-07-15
1