2. Pertemuan Kedua

Gendis punya satu lagi teman dekat, yang satu-satunya perempuan, namanya Ria maya sari.

Maya, sahabat yang selalu manja ke Gendis. Padahal, Gendis lebih muda 1 tahun darinya. Tapi juga, Maya yang paling bisa bertahan sama emosinya Gendis, ketimbang keempat power rangernya Gendis.

Jam 12 setelah kelas bubar, Maya sudah menunggu Gendis di depan kelas.

Sebelumnya, Maya memang sudah memaksa Gendis, untuk menemaninya ke Star school, salah satu sekolah swasta bertaraf international.

Sekolah itu, sedang mengadakan pensi. Tapi, alasan Maya datang, bukan karena acara tersebut. Tapi, karena pacarnya, bersekolah di sekolah international tersebut.

Gendis mulai merasa kesal karena macet, gerah dan berdesak-desakan yang bikin mood nya Gendis makin menjadi-jadi.

Di dalam bus, Gendis terus merengut. Bukan karena nggak kebagian kursi, tapi karena Gendis berdiri selama 1 jam, dan Gendis merasa perjalanan mereka nggak sampai-sampai, akibat perjalan terhambat kemacetan.

"sabar ya Ndis," ucap Maya nggak enak hati, karena lihat mukanya Gendis yang bete banget.

Gendis hanya menjawab Maya dengan lirikan tajamnya, karena merasa ditipu Maya. Maya bilang, kalau perjalanan mereka nggak jauh, sebenarnya juga hanya alasan Maya, supaya Gendis nggak menolak permintaannya.

Penantian Gendis pun terkabulkan, saat bus mereka berhenti di tempat tujuan dan Maya pun langsung memeluk Gendis, untuk merayu sahabat nya ini.

"Maaf Ndis, lo bete ya?" ucap Maya, merayu.

"minggir ah! gue gerah nih!" keluh Gendis, sambil melepaskan pelukan Maya.

"cepet arahin jalannya, gue capek! Gerah! Aus! Laper!" ucap Gendis emosi, sampai meluapkan unek-uneknya setelah bebas dari desak-desakan di bus tadi.

Maya selalu pasrah kalau Gendis mulai emosi, karena bagian dari emosinya Gendis berasal dari Maya juga. Maya langsung mengarahkan jalan menuju Star school. Sekolah mewah, yang hanya di tempati murid-murid dari kalangan kaya.

Dan begitu sampai di depan gerbang sekolah itu, Maya mulai menelfon cowoknya. Mereka masih harus menunggu sekitar 15 menit lagi, karena cowoknya Maya baru mengisi acara di Pensi.

Maya semakin nggak enak hati melihat Gendis yang kesal setengah mati, Gendis juga sampai menghabiskan, sisa setengah air di dalam botol minumnya karena dehidrasi. Ditambah, Gendis memang nggak betah berlama-lama di luar rumah, dan ini kali pertama Gendis pulang sekolah dan main lumayan jauh dari rumahnya.

Security Star school membuka kan gerbang sekolah itu, keluarlah cowok yang diperkirakan adalah cowoknya Maya.

"Ndis?"

Gendis menoleh dengan wajah kesalnya, karena panggilan Maya.

"gue di luar aja," ucap Gendis menjawabi.

Gendis jelas menolak masuk ke sekolah tersebut, karena pastinya dia nggak bisa cari-cari alasan, supaya bisa pulang cepat kalau ikutan masuk ke dalam sekolah elit itu.

"yaah ... jangan gitu dong Ndis," ucap Maya mulai merayu Gendis lagi.

"masuk aja, di luar panas. Sekalian temenin Maya di kelas," ucap cowoknya Maya.

Nggak lama, ada dua orang murid laki-laki, yang menghampiri mereka di depan gerbang.

Keduanya, justru saling menunjuk Gendis, karena merasa pernah bertemu dengan Gendis.

"kakak, yang waktu itu ngasih nomor bukan sih?" tanya Gendis menerka-nerka, dengan keterbatasan daya ingatnya.

Cowok ini langsung saling pandang dengan teman cowok di sampingnya, dan sama-sama tersenyum mendengar ucapan Gendis.

"iya ... bener banget, gue Rezy," ucap cowok ini.

Ia juga langsung memperkenalkan cowok yang berdiri di sampingnya, yang adalah Doni.

Doni mengulurkan tangannya, mengajak Gendis berkenalan, begitu juga dengan Rezy.

Gendis diledek Doni, karena lupa sama Doni. Padahal, kejadiannya juga di hari yang sama, dan Doni duluan yang ketemu sama Gendis. Tapi ya, apa boleh buat, daya ingatnya Gendis memang bener-bener buruk.

Setelah akhirnya Gendis luluh, masuk sekolah internasional itu, dan menonton pensi sekolah mereka. Jam 7 malam, setelah acara pensi di sekolah itu selesai. Gendis pun, diantar pulang cowok bernama Doni.

Karena Nover, cowoknya Maya, masih ada rapat penutupan pentas seni di sekolahnya, Maya memilih menunggu pacarnya itu sampai selesai rapat.

Di perjalanan menuju rumah Gendis, Doni mulai mengajak Gendis mengobrol.

"Gendis, aku boleh tanya?"

"iya," jawab Gendis, terdengar canggung.

Gendis masih inget betul, kalau pertemuan pertamanya sama Doni, nggak baik-baik aja. Gendis juga ngerasa bersalah ke Doni, apalagi mereka harus bertemu lagi karena Maya.

"luka kamu yang kejedot tembok kolam renang, udah sembuh?" tanya Doni, yang juga terdengar canggung.

Padahal, pertanyaan itu juga bisa kejawab sama dirinya sendiri, kalau luka di dahinya Gendis udah sembuh.

Gendis menganggukkan kepala, seraya tersenyum, walaupun nggak kelihatan karena kehalingan helm. Tapi, Doni langsung bisa menebak reaksi Gendis, lewat kaca spion di motornya.

"kamu bisa senyum juga?" ledek Doni.

"kok, kakak tau?" Gendis langsung mengajukan pertanyaan.

Gendis juga sampai mencari tau, kalau-kalau ada kamera tersembunyi, yang membuat Doni tau, kalau ia sedang tersenyum. Tapi kemudian, Gendis tau dengan sendirinya, setelah mengarahkan kedua netranya ke kaca spion.

"kan ada kaca spion, terus juga mau nyoba ngajak bahas kejadian waktu itu, siapa tau pertanyaan aku tadi, bisa bikin kamu senyum." jelas Doni, terdengar kaku karena grogi.

"ya, walaupun nggak kelihatan jelas, senggaknya aku tau, kamu bisa senyum juga," ucap Doni lagi.

"ya biasa lah kak," ucap Gendis, membalasi perkataan Doni.

"terus, kenapa waktu itu kamu nggak bisa senyum?" tanya Doni, terdengar antusias.

Selain karena kepingin tau juga, Doni kepengin terus mengajak Gendis ngobrol, supaya perjalanan mereka nggak terkesan cepat berlalu.

Doni juga sampai mengendarai motornya dengan santai, yang secara nggak langsung, Doni memanfaatkan banget pertemuan keduanya dengan Gendis.

"mmm ... waktu itu, karena ada masalah," ucap Gendis canggung.

"dan sekarang, aku udah nggak kepikiran masalah itu lagi kok," ucap Gendis lagi.

"boleh tanya?" Doni segera memastikan, setelah Gendis menyelesaikan perkataannya tadi.

"memangnya, ada masalah apa, sampai bikin kamu kepikiran gitu?" lanjut Doni, menjelaskan pertanyaannya.

Gendis diam sejenak, mana mungkin dia cerita ke Doni, kalau dia lagi ada masalah sama Sinta, karena rebutan cowok.

"ada masalah, di sekolah." jelas Gendis, nggak mau bener-bener jujur menjelaskan, alasannya kepikiran masalah mak comlangnya Sinta.

Dony hanya merespon dengan anggukan kepala, lalu melanjutkan pertanyaan.

"oh iya. Rezy ngasih nomor telfon aku ke kamu kan?" tanya Doni memastikan.

"iya kak, tapi maaf ya. Hape Gendis rusak, kontaknya hilang semua," ucap Gendis, ngeles. Padahal, kertas yang dikasih Rezy waktu itu, malah ketinggalan di meja warung siomay.

"sampai sekarang masih rusak?" tanya Doni memastikan.

"iya." Gendis berucap, dibarengi dengan anggukan kepalanya.

"nanti kalau udah bener, kalau mau curhat masalah kamu. Aku siap dengerin kok."

"jangan ngelampiasin masalah kayak waktu itu, itu bahaya banget." ucap Doni lagi.

Gendis nggak sempet berkomentar, karena mereka sudah sampai di depan gang rumah Gendis.

Doni mulai mengajak Gendis ngobrol lagi.

"kira-kira ada lain kali, nggak?" tanya Doni ragu-ragu.

Doni terlihat banget berharap bertemu Gendis lagi, dia juga berharap bisa nganter Gendis sampai depan rumahnya. Tapi, karena portalnya sudah di tutup, Doni pun batal mampir.

Gendis menganggukkan kepalanya, Doni pun memutar arah motornya.

"sampai ketemu lagi Gendis." tandas Doni, dengan penuh harapan, dan ia pun pamit pulang.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Yi

Yi

jodoh nih bisa ketemuan sama doni lagi

2023-06-20

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 44 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!