3. Sampai Ketemu Lagi

Keluar dari gerbang sekolah, tangan Gendis ditarik seorang cowok memakai jaket hitam dan menutupi kepalanya dengan kupluk jaketnya.

"eh, apa-apaan nih?" tanya Gendis panik, sambil berusaha melepaskan tangannya dari cowok di hadapanya ini.

Cowok ini pun nggak menghiraukan ucapan Gendis, dia terus menarik tangan Gendis, sampai di depan pintu mobilnya. Namun, saat cowok ini membuka pintu mobilnya, Gendis berhasil diselamatkan.

"mau ngapain lo?" tanya cowok yang menyelamatkan Gendis.

Bola mata Gendis membesar, kali kedua, Gendis dibuat syok dengan aksi cowok ini.

'ADAM!' monolog Gendis, dalam hatinya.

"sorry, gue buru-buru. Ada urusan sama Gendis," ucap laki-laki ini, iapun membuka tutup kepalanya.

"Kak Rezy?" ucap Gendis, semakin dibuat kaget.

"lo kenal dia, Ndis?" tanya Adam memastikan, sambil memandang wajah Gendis dan Gendis hanya menganggukkan kepalanya. Itu pun, nggak berani melihat wajahnya Adam, karena Gendis grogi sampai bikin wajahnya merah, belum lagi Adam masih memegang tangan kanannya Gendis.

"ada apaan sih kak, narik-narik Gendis?" Gendis mengalihkan percakapan dengan Adam, yang langsung ia alihkan ke Rezy, sambil melepaskan tangannya perlahan dari Adam dan juga Rezy.

"penting Ndis pokoknya," ucap Rezy, yang masih merahasiakan niat penjemputannya.

Rezy juga terlihat ketakutan, dan kepingin buru-buru masuk ke dalam mobilnya.

"nanti gue jelasin di mobil deh," ucap Rezy menjanjikan.

"mendingan masuk ke mobil sekarang, biar cepet jalan," ucap Rezy lagi.

Adam menahan tangan Gendis lagi, dia masih nggak yakin, sekalipun sudah mendenger pembicaraan antara Gendis dan Rezy.

"Adam! Kamu ngapain di sini?" tanya Sinta tiba-tiba.

Adam terlihat kalang kabut, ketakutan mendegar suara Sinta.

Gendis dan Sinta juga saling beradu pandang, keduanya sama-sama nggak nyaman saat bertemu. Gendis langsung buru-buru masuk ke mobilnya Rezy, karena kehadiran Sinta dan bikin Gendis malas berurusan lagi dengan Sinta.

"sorry ya, gue maksa lo buru-buru masuk, soalnya kan gue bukan anak sekolah sini." Rezy berucap, seraya melepaskan jaketnya.

Gendis hanya menganggukkan kepalanya, dia nggak fokus karena bertemu dengan Adam dan juga Sinta.

"Kok diem aja Ndis?" tanya Rezy, yang merasa kalau Gendis hanya diam, sejak dia masuk ke dalam mobil.

"Oh ... nggak pa-pa kok kak, cuman lagi ngerasain panas!" Gendis memberi alasan, yang terasa canggung sembari memberikan senyuman memaksa, lalu melepaskan tasnya dari bahu dan di letakkan di samping kursinya untuk memudahkan Gendis menyenderkan punggungnya.

Rezy yang nggak ngerasa panas, terlihat kebingungan sampai mengecek ac mobilnya.

Sampai di tempat tujuan, Gendis menyapukan pandangannya, dia jelas merasa asing dengan rumah bertipe modern glass house.

Supirnya Rezy pun, langsung pergi dari rumah itu. Sementara Gendis, nggak dikasih kesempatan untuk bertanya kemana perginya supir Rezy, karena Rezy langsung membawa Gendis masuk ke dalam rumah tersebut.

Gendis langsung melihat Maya yang sudah duduk di kursi makan, Gendis baru pertama kalinya melihat teman-temannya Rezy dan Doni, selain Nover.

"katanya nggak enak badan?" sindir Gendis, karena Maya tadi pagi izin sakit, dan menitipkan surat ke Gendis.

Maya hanya memberikan senyuman ke Gendis, karena tau sudah percuma menjelaskan apapun ke Gendis.

"Siapa lagi nih? Siapa yang ngundang dua gembel ke sini?" sindir seorang perempuan sebaya dengan Gendis, dengan logat dan bahasa Inggris, dan terlihat kesal dari raut wajahnya.

Beruntung Gendis nggak mengerti, apa yang diucapkan perempuan yang duduk di hadapannya. Karena nggak lama, Doni langsung menjawab pertanyaan yang diucapkan temanya tadi.

"kenalin, dia Gendis. Gue sengaja undang dia untuk ngerayain acara spesial ini."

Perempuan yang komentar tadi, terlihat diam mendengar tuan rumahnya sendiri yang justru mengundang Gendis secara diam-diam, dengan meminta bantuan Rezy.

Sebelum Doni memulai acara yang disebutnya tadi, iapun memperkenalkan teman-temannya ke Gendis.

Doni memperkenalkan cewek pertama tadi, yang bernama Olivia Virginia, dia yang pertama komentar tentang kedatangan Maya dan juga Gendis ke rumah Doni.

Dari nama, wajah dan logat bicaranya yang ke bule-bule an, Oliv bukan keturunan Indonesia. Papanya asli warga negara Brasil, sementara Mamanya Oliv, asli orang Indonesia dan anak ini juga hampir mirip dengan Widi yang nggak suka kehadiran orang baru, yang bawaannya pasti akan negatif dan dingin ke orang yang baru dikenalnya. Dan terlihat juga, dari tatapan matanya Oliv pada saat Oliv dikenalkan ke Gendis.

Doni kemudian mengenalkan cowok yang terlihat memakai tongkat, kakinya juga diperban, dan dia bernama Bram gibran suseno.

Bram baru kembali berobat dari Singapura, Bram menjadi korban salah serang, anak-anak SMP yang tauran. Bram pingsan, setelah dipukuli saat keluar dari mini market, untuk menolong salah seorang kenalannya. Karena kejadian itu, kaki Bram patah saat diinjak. Dan beruntung, nyawa Bram terselamatkan dari sabetan samurai, karena pertolongan pegawai mini market.

Makanya tadi, Rezy terlihat ketakutan memasuki area sekolahnya Gendis, dan terlihat terburu-buru pergi dari sekolahnya Gendis, karena Rezy takut bernasib sama seperti Bram. Padahal, Rezy nggak perlu merasa takut, karena kedatangannya nggak akan dicurigai, soalnya dia berpakaian bebas, bukan berpakaian seragam sekolahnya yang berbeda dari sekolah negeri.

Rezy prakarsa andreas, laki-laki ini sudah Gendis kenal. Walaupun, baru ketiga kalinya mereka bertemu.

Rezy juga terlihat ramah, dan mau bergaul dengan berbeda kalangan. Kebiasaan itu dikarenakan, Rezy seorang gamer dan memiliki banyak teman di luar pertemanannya dengan Doni dan yang lainnya.

Doni memperkenalkan lagi 1 perempuan yang duduk di samping Oliv, dan terlihat menerima Maya. Namanya, Cindy kanaya lestari. Cewek ini, juga beda banget dari Oliv yang jutek. Cindy cewek yang cantik, diapun friendly banget ke Maya, sampai ke Gendis yang baru aja diperkenalkan sama Doni.

Yang terakhir, ada Steven ludwig aloysius. Cowok bule ini, pacarnya Cindy yang berkewarga negaraan Jerman dan bersekolah di Indonesia.

Gendis mulai melupakan perasaan mindernya berkenalan dengan anak-anak dari kalangan kaya, Gendis sama sekali nggak punya kepintaran bahasa asing dan juga nggak punya pede tinggi seperti Maya yang masa bodo dengan Oliv, yang nggak menerima kehadiran Maya.

Sementara Nover nggak dikenalin ke Gendis, karena menurut Doni, Gendis sudah banyak tau mengenai Nover dari Maya. Padahal, Gendis hanya tau kalau Nover terlahir dari ibu yang berwarga negara Indonesia, lalu ayahnya asli orang Belanda. Maya juga baru cerita-cerita mengenai Nover, yang sahabatan sama Doni semenjak kecil, karena mereka tetanggaan.

Doni pun menjamu tamunya, menarikkan kursi untuk Gendis yang sengaja didekatkan dengan kursinya Maya, lalu Nover duduk di sebelah kirinya Maya.

Setelah cake simpel, yang berhiaskan dekoran nama, disajikan di atas meja makan, Gendis baru mengerti acara yang ia hadiri.

Doni berulang tahun, dan Gendis terlihat kaget karena Doni, sempat-sempatnya mengundang Gendis untuk hadir.

Setelah serangkaian acara tiup lilin yang terpisah dari cake utama yang disajikan tadi. Doni pun menawarkan teman-temannya, dan juga Gendis untuk menikmati makanan yang sudah disajikan.

Belum sempat Doni menyendok, Doni langsung mendapat telfon dari orang tuanya yang selama ini sibuk bekerja. Dan jarang berada di dalam negeri.

Doni pun pergi, untuk menerima telfon dan mulailah Oliv menunjukkan ke benciannya ke Gendis dan juga Maya.

"bikin mood makan gue rusak aja!" gerutu Oliv dengan bahasa Inggris.

"Liv, nggak enakkan sama Nover," bisik Cindy menasihati Oliv.

Tatapan mata Oliv seakan menjawabi ucapan Cindy, kalau Oliv nggak perduli dengan emosinya Nover.

Gendis terlihat bingung, justru karena nggak mengerti ucapannya Oliv, tapi membaca mimik wajah Oliv. Gendis malah merasa, kalau ia nggak diterima di tempat itu.

"gue pulang ya?" pinta Gendis sambil berbisik.

"habis makan ya Ndis?" ucap Maya, sambil tersenyum.

Maya juga sama dengan Gendis, nggak mengerti bahasa asing. Tapi karena Maya sudah sering mendengar, dan melihat Oliv berkata-kata kasar dan merendahkannya. Lama kelamaan, Maya pun kebal dengan ucapan Oliv. Dia menganggap, Oliv tidak berbicara dengannya selama Oliv menyindir menggunakan bahasa Inggris.

"May, nanti kalo Bunda nyariin gue gimana? Lo tau sendirikan, kondisi hape gue?" ucap Gendis memberi tau, sekaligus memberikan alasan, karena nggak nyaman dengan Oliv.

"itu bisa diatur Ndis, mending sekarang makan, habis makan kita pulang bareng." Maya sambil menuangkan nasi, lauk-pauk dan sayuran, ke piring makan di hadapannya dan juga di hadapan Gendis.

"Ver ... bilangin cewek lo dong, inget temen!" Oliv berucap lagi, yang langsung menyambar, menegur Maya lewat Nover.

"Doni kan juga belum makan!" lanjut Oliv, kali ini Oliv mempergunakan bahasa Indonesia.

Nover tersenyum ketus, nggak menghiraukan Oliv, dan tetap memandangi Maya yang menyendoki nasi beserta lauknya.

"lagian juga, mereka kan nggak biasa makan, makanan enak. Nanti mereka keenakan nambah lagi," protes Oliv lagi.

Nover tetap diam dan nggak menghiraukan ucapan Oliv.

Maya mulai berisap membalas ucapan Oliv.

Maksud Maya menuang makanan, juga bukan untuk dinikmatinya sendiri. Makanya juga, Nover hanya diam supaya Oliv melihat sendiri perhatiannya Maya ke Nover.

Maya memberikan piring yang diisinya tadi, untuk diberikan ke Nover.

"kamu, nggak makan?" tanya Nover memastikan.

"aku makan berdua Gendis aja, nanti ada yang ngoceh-ngoceh," sindir Maya dengan suara pelan, bukan karena takut, tapi memang nggak mau mengundang emosinya Oliv.

Tapi nyatanya, Gendis juga nggak nafsu makan, karena mendengar ocehan Oliv. Gendis malah teralihkan ke Maya, yang terlihat menahan air matanya.

Maya mulai nggak tahan sama mulutnya Oliv, yang nggak ada berhentinya menyindir, kali ini yang disindirnya, justru cara makannya Maya, yang menurut Oliv berlebihan, dan nggak mandang, kalau dia lagi makan sama Nover.

"Nover! Liat tuh cewek lo, bikin nafsu makan gue hilang tau nggak!" tegur Oliv, seraya menggebrak meja.

"lo ngapain sih Liv? Ngagetin gue aja!" sewot Bram, yang menikmati makan malamnya, dan begitu Oliv menggebrak meja, Bram tersedak.

"lihat tuh, cewek nya Nover." Oliv mengadu, sambil menunjuk Maya yang memang ada di depannya Oliv persis.

"udah sih Liv ... emang salahnya Maya di mana sih?"

"itukan caranya mengharga masakan rumahnya Doni."

"malahan, aku jadi keikutan laper, karena liat Maya makan," ucap Cindy sampai ketiga kalinya ia berucap, supaya Oliv mau berhenti mengomentari Maya.

"tau nih Oliv, makan aja sih." sindir Maya.

"sayang kan, makanan seenak ini nggak dihabisin, cuma karena liat cara makan gue," ucap Maya lagi.

Oliv sengaja dibikin makin kesal, sama Maya yang berbicara dengan makanan yang memenuhi mulutnya.

Gendis mendorong kursinya, mau bangun untuk menarik Maya supaya pergi. Namun, Maya malah menahannya.

"lo mau makan nggak Liv? Nanti kehabisan loh sama gembel di dalem perut gue," sindir Maya dengan nada suaranya yang mulai bergetar, mengisyaratkan air matanya sebentar lagi akan menetes.

Maya terbiasa menahan ucapan Oliv yang kasar, dan nggak pernah lihat sikon sama sekali, sekali pun di depan Nover.

Saking keseringan, Maya cuma bisa membalas dengan kata-kata yang semakin membuat Oliv kesal, dan ujung-ujungnya, Oliv bakalan pergi karena nggak bisa melawan ucapan Maya.

"gue udah nggak nafsu makan gara-gara liat muka lo!" ucap Oliv dan Oliv pun bangun lalu melempar napkin.

Oliv bermaksud mau menghindar dari pertengkaran, tapi justru napkin itu mengenai gelasnya Maya dan airnya tumpah ke roknya Maya.

Maya menarik nafasnya dalam-dalam, dibantu Gendis yang melap roknya Maya dan pada akhirnya, air mata Maya pun tumpah. Dan membuat Bram, Rezy, Stev dan juga Cindy berhenti makan, karena lihat kesabarannya Maya yang sudah menipis.

Maya langsung menarik tangan Gendis, dan mengajak sahabatnya pergi.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Yi

Yi

bisa bgt siih thor bikin perannya oliv tuh ngeselin. jd pingin nabok Oliv
saking judes dan sombong bgt.

2023-06-23

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 44 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!