4. Bukan Gadis Yang Baik

Separuh dari semester ganjil di kalender akademik terlewati dengan penuh drama. Satu minggu yang nyaris membuat Taufan gila akhirnya berakhir. Meski sudah bisa dipastikan remidi menantinya di depan.

Tapi setidaknya ia telah berhasil lepas dari dari ujian susulan. Karena percayalah, ujian sendiri di perpustakaan dengan pengawas khusus itu menyebabkan kepercayaan diri mendadak turun drastis, pikiran blank dan keringat dingin. Dan yang paling mengerikan, tidak bisa mendapat contekan teman. Itu yang membuatnya benci dengan ujian susulan.

Tapi yang sudah biarlah berlalu. Ia tidak mau masa lalu merusak kebahagiaannya saat ini. Seperti menikmati secangkir coklat hangat ditemani oatmeal misalnya.

Sarapan akan selalu menjadi momen sederhana yang berkesan baginya. Karena di meja kecil itu, ia bisa merasakan hangatnya keluarga. Hal yang tak mungkin bisa ia peroleh di tempat lain.

"Obatnya nggak ada yang kelewat, kan Awas kalau nanti aku cek masih ada yang sisa."

Akan selalu ada omelan Hali yang sudah seperti alarm di pagi hari. Yang tak pernah lupa dengan jadwal minum obatnya dan menjadi orang paling over protect jika sudah berhubungan dengan adik-adiknya.

"Kak Taufan udah janji mau sekolah yang bener, kan? Aku nggak mau ya denger kak Taufan kena hukum lagi gara-gara bolos."

Akan ada Ken yang selalu mengingatkan jika ada tugas dan meributkan persoalan tata tertib sekolah hanya agar dirinya tidak lagi dicap siswa bermasalah.

"Iya iya, udah semua kok. Aku juga nggak berminat buat ninggalin sekolah hari ini."

Dan selalu akan ada dirinya yang menjadi sumber keributan di rumah itu. Yang membuat kakaknya naik pitam atau membuat sang adik menghela nafas lelah. Ah, indahnya drama rumah itu.

Tapi itu justru menjadi aset paling berharga yang tak akan mampu ditukar dengan apapun di muka bumi ini. Dan akan Taufan jaga hingga suatu saat nanti mereka memiliki keluarga masing-masing atau maut yang memisah.

"Oh ya kak, pulang sekolah nanti aku mau nonton. Bareng Ken sama Yasha. Bolehkan?" tanya Taufan di sela suapannya. Sudah sedari lama ia menantikan hari ini. Alasan ia sangat bersemangat pagi itu.

"Hmm, tapi jangan sampe lupa obatmu. Jaketnya dipake, AC bioskop dingin. Pulangnya juga jangan kemaleman," jawab Hali dengan cerewet nya.

"Loh? Arga nggak diajak?" Ken baru tahu kalau mereka hanya akan pergi bertiga. Itu artinya dirinya akan jadi obat nyamuk. Ah, dia tidak suka ini. Tapi begitu melihat ekspresi kakaknya yang kontras, ia rasa tahu jawabannya tanpa perlu Taufan jawab.

"Kalian lagi berantem?" Pertanyaan yang Hali lontarkan turut menyuarakan isi pikiran Ken. Sepertinya ikatan saudara mereka memang kuat.

Bahu Taufan terangkat. "Biasalah," balasnya singkat tanpa ingin memperpanjang obrolan di meja makan. Suapan terakhir ia lahap cepat, kemudian menandaskan air putihnya dan menyambar tas yang tersampir di bahu kursi.

"Kak Hali, aku berangkat. Ken buruan, atau aku tinggal."

"Ih, kak Taufan curang." Ken mengejar langkah besar kakaknya yang lebih dulu berlalu, usai menegak habis susu putihnya. "Kak Hali, kita berangkat ya. Daah"

"Inget pulangnya jangan malem-malem."

"Oke kak~" teriak Ken yang sudah sampai teras depan.

Tingkah kedua adiknya memang selalu bisa membuatnya geleng-geleng kepala. Rasanya baru kemarin, ia mengusak pucuk kepala mereka yang hanya setinggi pinggangnya. Ia juga masih ingat, bagaimana bocah-bocah itu selalu bersembunyi di belakang nya jika ada tamu bertandang ke rumah mereka. Atau merengek di belikan jajan setiap pulang sekolah.

Memiliki dua adik memang melelahkan. Tanggung jawab yang diembannya juga tidaklah kecil. Tapi rasanya bangga juga ia bisa membesarkan kedua adiknya dengan baik. Meski banyak konflik yang terjadi di dalamnya. Tapi cukup satu yang ia yakini kini.

Semuanya telah berubah menjadi lebih baik. Dan dia akan terus melihat kedua adiknya tumbuh hingga masing-masing dari mereka mampu menghidupi dirinya sendiri.

******

Yasha baru akan beranjak saat dering dari saku rok menarik atensinya. Sebuah pesan baru saja ia terima. Memintanya untuk menunggu sebentar lagi, karena ada remidi yang harus ia selesaikan. Tulisnya.

Sepertinya kali ini mereka hanya berdua. Ken tiba-tiba saja membatalkan keikutsertaannya dengan alasan mendapat tugas yang harus segera dikumpulkan. Sedikit aneh, mengingat minggu lalu mereka baru menyelesaikan UTS. Biasanya para guru tidak langsung memberikan materi lanjutan. Alih-alih justru membahas kembali soal yang diujikan. Tapi ya sudahlah. Tak begitu ia pikirkan.

Manik hazel itu beralih melirik jam di tangannya. sekolah sudah berakhir sekitar 10 menit yang lalu. Masih ada 2 jam sebelum film yang mereka tonton diputar. Tidak perlu terburu-buru.

Lagipula kalau menilik langit gelap di luar sana, bisa ditebak hujan tidak akan reda dalam waktu dekat. Cuaca memang sulit diajak bersahabat akhir-akhir ini.

"Loh? Yasha, nggak balik?" Yasha menoleh, mendapati dua teman sekelasnya berjalan menghampiri.

Aria dan Mia. Dulunya mereka satu SMP, dan masih berteman baik sampai sekarang. Ia pikir hanya dirinya yang tersisa, mengingat kelas sudah dibubarkan sedari tadi.

"Mau bareng nggak? Hari ini aku bawa mobil. Biar aku anter sampe depan rumah deh." Kebaikan hati yang Mia tawarkan berbalas gelengan kepala.

"Kalian duluan aja. Aku ada janji." Kembali ia buka room chat, teringat jika pesan terakhir Taufan belum sempat dibalas. Mengirimkan stiker kelinci bertuliskan okey, kemudian menyimpan ponselnya di saku seragam.

"Pasti sama Taufan, kan? Cieee, lancar ya neng? Udah jalan berapa lama?" goda Mia. Gadis berambut sebahu itu nampak semangat dengan hubungan TauYas yang banyak dirumorkan baru-baru ini.

"Baper beneran gak nih?" sambung Aria disambut gelak tawa Mia. High five mereka adukan, senang menjadikan Yasha bulan-bulanannya.

Yasha merotasikan bola matanya, malas menanggapi guyonan temannya. Ia tak akan melakukan ini, jika saja bukan karena tawaran menggiurkan yang Mia berikan.

"Jadi.. gimana nih? Kayaknya aku bakal kalah. Apa lanjut sampe pacaran sekalian aja? Hahah~"

"Hey, kesepakatan kita cuma sekedar bikin dia baper ya. Dan sekarang dia udah luluh. Awas aja kalau kau sampai ingkar." Ancaman yang Yasha lontarkan jutsru membuat tawa Mia semakin lepas.

"Ya siapa tahu kau beneran kepincut. Hahahah. Bercanda. Tenang aja. Tiket pesawat mu udah aman. Libur semester ntar kita langsung gas pokoknya." Mendengarnya, senyum Yasha terkembang puas.

Kapan lagi ia bisa liburan ke Pulau Dewata tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun. Ya, dirinya mendekati Taufan tentu bukan tanpa alasan. Ia tak mungkin tergerak tanpa adanya imbalan bukan?

Hal yang ia pertaruhkan pun juga tidak murah. Ia harus rela menurunkan harga dirinya. Sudah banyak juga hal yang dikorbankan nya demi meluluhkan hati si biang onarnya SMA itu, termasuk waktu dan perasaan.

Iya, bukan pangeran berhati dingin yang sering membuat para gadis terpesona hanya karena tatapan nya, seperti pada novel-novel romance teen-fiction.

Ini Si Taufan, tukang rusuh yang sama sekali tidak memiliki andil dalam mengharumkan nama sekolah. Justru sebaliknya, namanya terkenal karena daftar panjang yang masuk buku pelanggaran.

Sengaja Mia menantang Yasha yang notabene nya salah satu cewek highclass, untuk memikat hati one of the bad boy lists di sekolah mereka. Pasti akan seru, pikirnya. Seperti kisah para cowok nakal dan siswa teladan yang sering ia baca.

"Kayaknya bentar lagi dia nembak deh. Hahaha.. Aku nggak percaya Yasha, jomblowati sedari lahir. Bisa sampe bikin Si Taufan baper dengan sikap manis dan senyuman palsu. Acting mu dah gak perlu di ragukan lagi deh. Kenapa nggak sekalian jadian aja sih? Dia juga lumayan loh," celetuk Aria.

Decakan mengiringi perubahan raut wajah oriental gadis itu. Mengukir seringai tipis yang tersamar bersama tawa merendah. "Kau pikir aku jomblo karena apa? Karena nggak ada yang selevel denganku lah!" Ujarnya angkuh.

Benar. Tak terhitung berapa lelaki yang jatuh hati padanya, dan entah sudah berapa kali juga ia mengucap maaf. Tentu saja karena mereka tidak termasuk kriterianya.

"Taufan, aku akuin dia emang ganteng. Orangnya seru, humoris. Apalagi senyumnya, manis banget. Sometimes, dia juga bisa romantis. Tapi intellect, attitude, dan backgroundnya. Semuanya minus. Lagian juga mana mungkin sih aku sama Taufan? Halu kalian. Kalau bukan karena tantangan Mia, nggak bakal aku deketin dia."

"Wah coba lihat. Apa iya bakal ada yang menyangka kalau siswi teladan, wakil ketua OSIS yang terkenal sopan, baik hati, dan tidak sombong itu punya sifatnya kayak gini? Hahahha."

"Terus rencana mu buat lengserin Ken gimana?"

Yasha bertopang dagu. Bingung. "Itu juga salah satu alasan deketin dia sih. Tapi aku masih belum kepikiran cara buat bikin Ken mundur dari jabatannya dengan manfaatin Taufan. Nanti deh aku pikirin. Yang penting akrab dulu. Kalo udah akrab ntar juga jadi gampang urusannya."

"Eh, Taufan sama Ken tuh beneran sodaraan ya?" Mia menyela, ikut bersuara setelah sedari tadi hanya menyimak ocehan kedua temannya.

"Iya, aku juga tahunya belum lama ini sih. Ken juga nggak pernah cerita soal keluarganya sih. Bahkan saat Taufan bikin masalah di sekolah. Dia juga cuek-cuek aja tuh. Hukuman langsung di serahin ke BK. Ya siapa yang nyangka kalo mereka sodara?" Ujar Yasha dibalas anggukan kedua teman nya.

"Iya juga sih. Makanya aku kek nggak percaya kalo mereka sodaraan. Heran aja gitu. Mereka kayak dua kutub yang berlawanan, nggak ada mirip-miripnya. Yang satu pinter, yang satu bego. Yang satu rajin, yang satu suka bikin ribut." Komentar Mia sarkas.

"Padahal kakaknya juga pinter loh. Setauku kakaknya dapet full beasiswa di Kampus terkenal." tambah Yasha.

"Iya, pantes sih Ken gak mau ngakuin dia. Malu kali punya kakak kayak aib sekaligus beban keluarga begitu. Atau jangan-jangan dia anak pungut?" cetus Aria asal.

"Kebiasaan ya, Aria. Mulutnya nggak pernah difilter," cecar Yasha tanpa niat menyindir. "Tapi sebenernya masalahnya bukan itu sih. Kalau kalian tahu, mereka itu yatim piatu. Aku pernah dengar ceritanya dari Taufan. Katanya waktu kecil, sempat ada kebakaran gitu di rumah mereka dan entah gimana cuma Taufan yang selamat. Aku nggak tahu pasti kronologinya gimana, cuma Taufan pernah bilang kejadian itu gara-gara dia. Dan yang selamat cuma dia doang. Makanya dia dibenci sama sodara nya sendiri."

"Gila. Sama aja dia ngebunuh orang tuanya sendiri dong. Hahaha. Psikopat. Hati-hati, nanti ikutan sial gara-gara deket dia," balas Mia.

"Kau yang bikin aku sial karena mesti deket sama dia!" Sinis Yasha.

"Katanya yang Ken diculik, itu juga beneran?"

Yasha mengangguk membenarkan ucapan Aria, "Iya. Ya itu, kan kemarin Taufan sempet nggak masuk sebulan gara-gara nyelametin Ken."

"Jangan-jangan itu skenario Taufan aja biar bisa ngerebut hati nya Ken lagi."

"Nggak ah. Kalo buat drama, ya kali dia sampe bonyok-bonyok gitu. Katanya sih udah sampe sekarat."

"Kok bisa sih keluarga mereka bisa berurusan sama mafia? Serem tahu." Aria tidak berbohong. Ia bergidik ngeri, mendengar Yasha bercerita. Tak bisa membayangkan nyawa seseorang nyaris melayang di tangan para mafia. la pikir bisa selamat saja sudah suatu keajaiban.

"Mungkin mereka ada utang kali buat bertahan hidup. Mereka kan yatim piatu, gimana mereka bisa hidup kalo ga ngutang. Ya nggak?"

"Udah puas ghibahin nya?"

Episodes
1 1. Perpecahan
2 2. Di Bandingkan
3 3. Kau Anggap Apa Pertemanan Kita?
4 4. Bukan Gadis Yang Baik
5 5. Hancurnya
6 6. Pejam
7 7. Kekhawatiran nya
8 8. Tak Sepenuhnya Abai
9 9. Andai
10 10. Takut
11 11. Sesakit itu kah jiwanya terluka?
12 12. Kekhawatiran Yang Membayangi Nya
13 13. Belum Halal Untuk Dibantai
14 14. Menyembunyikan Kebenaran
15 15. Teman Untuk Bicara
16 16. Rumor Yang Beredar
17 17. Halusinasi
18 18. Kegelisahan
19 19. Kebenaran Yang Terungkap
20 20. Ingin Menyerah
21 21. Sumber Rasa Sakit
22 22. Menjelaskan Segalanya
23 23. Lebih Memahaminya
24 24. Membuatnya Kecewa
25 25. Sedikit Melepas Beban
26 26. Egois
27 27. Egois (Part 2)
28 28. Selama Itu Tidak Melukainya
29 29. Sedikit Menenangkan
30 30. Mimpi Buruk
31 31. Hati Yang Keras
32 32. Tempat Untuk Pulang
33 33. Luka Dan Lara
34 34. Luka Dan Lara (Part 2)
35 35. Luka dan Duka
36 36. Seandainya
37 37. Menunggunya Pulang
38 38. Belajar Untuk Mengikhlaskan
39 39. Belajar Untuk Mengikhlaskan (Part 2)
40 40. Mengenang Saat Bahagia
41 41. Tak Pandai Berbohong
42 42. Kehilangan
43 43. Merelakan
44 44. Selalu Menjadi Rumah Mu
45 45. Sadar
46 46. Luluh
47 47. Maaf Yang Terucap
48 48. Merasa Lebih Baik
49 49. Yang Di Sembunyikan
50 50. Permintaan
51 51. Meluruskan
52 52. Derita Tanpa Bahagia
53 53. Detik Dan Detak
54 54. Permintaan
55 55. Semoga Kau Temukan Bahagia Disana
56 56. Tulus Menyayanginya
57 57. Perasaan Bersalah
58 58. Menyerah
59 59. Senja Memanggil Pulang
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1. Perpecahan
2
2. Di Bandingkan
3
3. Kau Anggap Apa Pertemanan Kita?
4
4. Bukan Gadis Yang Baik
5
5. Hancurnya
6
6. Pejam
7
7. Kekhawatiran nya
8
8. Tak Sepenuhnya Abai
9
9. Andai
10
10. Takut
11
11. Sesakit itu kah jiwanya terluka?
12
12. Kekhawatiran Yang Membayangi Nya
13
13. Belum Halal Untuk Dibantai
14
14. Menyembunyikan Kebenaran
15
15. Teman Untuk Bicara
16
16. Rumor Yang Beredar
17
17. Halusinasi
18
18. Kegelisahan
19
19. Kebenaran Yang Terungkap
20
20. Ingin Menyerah
21
21. Sumber Rasa Sakit
22
22. Menjelaskan Segalanya
23
23. Lebih Memahaminya
24
24. Membuatnya Kecewa
25
25. Sedikit Melepas Beban
26
26. Egois
27
27. Egois (Part 2)
28
28. Selama Itu Tidak Melukainya
29
29. Sedikit Menenangkan
30
30. Mimpi Buruk
31
31. Hati Yang Keras
32
32. Tempat Untuk Pulang
33
33. Luka Dan Lara
34
34. Luka Dan Lara (Part 2)
35
35. Luka dan Duka
36
36. Seandainya
37
37. Menunggunya Pulang
38
38. Belajar Untuk Mengikhlaskan
39
39. Belajar Untuk Mengikhlaskan (Part 2)
40
40. Mengenang Saat Bahagia
41
41. Tak Pandai Berbohong
42
42. Kehilangan
43
43. Merelakan
44
44. Selalu Menjadi Rumah Mu
45
45. Sadar
46
46. Luluh
47
47. Maaf Yang Terucap
48
48. Merasa Lebih Baik
49
49. Yang Di Sembunyikan
50
50. Permintaan
51
51. Meluruskan
52
52. Derita Tanpa Bahagia
53
53. Detik Dan Detak
54
54. Permintaan
55
55. Semoga Kau Temukan Bahagia Disana
56
56. Tulus Menyayanginya
57
57. Perasaan Bersalah
58
58. Menyerah
59
59. Senja Memanggil Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!