3. Kau Anggap Apa Pertemanan Kita?

Taufan bersenandung lirih saat membasuh tangan di wastafel. Sembari merapikan anak rambutnya yang tak tertata. Roman wajahnya berseri, diliputi lekuk senyum yang tak jua memudar. Nampak rasa senang tengah berlabuh di benaknya. Seakan lupa pada pagi buruk yang mendatangkan kesialan layaknya domino.

Moodnya benar-benar membaik usai menghabiskan sisa waktu istirahat untuk mengobrol bersama Yasha. Tutur lembut dan tawa manisnya seolah menjadi candu. Ada bunga-bunga yang bermekaran setiap kali bibir merona itu melempar senyum ke arahnya. Ah, dasar romansa masa muda.

"Hm, abis nonton itu enaknya makan ya? Mampir ke game center juga kayaknya seru." Taufan bergumam, mendaftar hal-hal menyenangkan yang mungkin bisa mereka lakukan setelah nonton nanti. Ah, ia sangat menantikannya.

Ingin rasanya waktu berjalan lebih cepat untuk sampai pada hari yang di nantikan nya. Melakukan semua hal yang sudah di rencanakan nya dengan gadis manis itu. Taufan terus membayangkan kesenangan yang akan mereka lalui nantinya.

"Akhir-akhir ini kau deket sama Yasha, ya?"

Taufan mengernyit, sedikit terkejut saat Arga-yang baru masuk toilet- tiba-tiba mengajaknya bicara. Hari itu mereka memang belum sama sekali bertegur sapa. Bahkan bila ada kesempatan berpapasan pun, Taufan memilih mengubah arah.

"Bukan urusanmu." Ketus Taufan hendak berlalu. Ia sedang malas berdebat. Jangan sampai moodnya kembali lebur hanya karena adu mulut dengan Arga.

Baru saja ia merasa senang, apa mood nya harus kembali hancur karena pemuda berkacamata itu?

"Mending kau nggak usah deket-deket deh sama cewek itu deh." Tukas Arga singkat, dan tegas. Kaki Taufan yang hanya tinggal selangkah menuju pintu keluar itu berhenti.

Mendengar ucapan teman nya itu membuat nya kesal seketika. Setelah apa yang di katakan nya du perpustakaan, kini ia menyuruhnya untuk tidak terlalu dekat dengan Yasha?

"Maksudmu?"

Arga terdiam, masih menelisik tatapan dingin yang Taufan layangkan padanya. Menunggu Taufan menyelesaikan kalimatnya. "Cewek itu? Kau bilang seolah Yasha itu perempuan yang nggak bener," lanjut Taufan mengintimidasi. Sebelah alisnya memincing. Masih belum menangkap tujuan lawan bicaranya mengatakan hal itu. Yang pasti, ia tidak suka bagaimana Arga menggunakan konotasi negatif itu untuk merendahkan Yasha.

Sementara di satu sisi, Arga menghela nafas panjang. Berusaha kembali menata lisannya sembari menekan egonya agar tidak memperburuk suasana. Sekali lagi Arga hanya mencoba untuk peduli.

Dia memang terjebak konflik dengan Taufan sebelum ini. Tapi tak lantas ia abai sepenuh nya. Sekalipun sifat sahabatnya itu terkadang menyebalkan, tidak mungkin ia membiarkannya dekat dengan orang yang salah.

Dan memang butuh kesabaran besar untuk menghadapi keras kepala nya seorang Taufan Ravael jika tak ingin menambah masalah lebih jauh lagi.

"Kau nggak tau dia cewek kayak apa, Fan. Dia nggak sebaik kelihatan nya. Jadi mending kau mulai jaga jarak sama dia. Jangan terlalu percaya pada orang lain. Kata kata bisa menipu. Mungkin di depan mu baik, tapi siapa tau dia punya niat lain." Arga mencoba memeringatkan. Sebisa mungkin ia menjaga suaranya tetap rendah. Namun ucapannya justru dibalas senyum miring, seakan yang ia katakan adalah hal lucu.

"Nggak sebaik kelihatannya ya? Kau sendiri, apa kau sudah introspeksi diri?"

Kening Arga berkerut, bingung. "Apa? Kenapa jadi aku?"

"Iya, aku cuma nanya kan. Apa kau juga sudah ngaca kalau kau juga nggak sebaik kelihatannya? Orang yang kau bilang tidak sebaik kelihatannya itu.. Dia yang tulus ngasih support tanpa sibuk mengungkit nya. Bukannya malah bikin aku makin down. Dan bahkan waktu kita ribut kayak gini, dia masih bisa berpikir positif. Dia menyuruhku buat ngobrol baik-baik. Tapi kalau udah kayak gini, apa bisa aku masih ngomong baik-baik setelah kau mengatakan hal buruk tentangnya. Jadi sekarang kelihatan kan, siapa yang tidak sebaik kelihatannya?"

Sial. Arga nyaris tergelak. Sempat tak habis pikir. Dirinya, yang Taufan sendiri pernah bilang teman dari jaman zigot, kalah dengan perempuan yang baru dikenalnya belum lama ini? Sepertinya dia salah minum obat atau mungkin kepala nya terbentur sesuatu.

Cukup lucu, tapi kalau dipikir-pikir menyebalkan juga. Apa cinta benar-benar sudah membutakan nya? Hanya dengan perhatian dan kata kata manis membuat nya menyingkirkan orang yang telah lebih lama menemani nya dalam suka dan duka.

Arga mungkin masih bisa membenarkan pepatah yang mengatakan jika dihadapan cinta, orang cacat sekalipun akan terlihat sempurna di mata orang yang mencintainya. Tapi kalau sudah begini, bukankah namanya pembodohan? Lebih terlihat seperti budak cinta.

Seakan pertemanan mereka jalin melebihi hitungan jari menjadi tak ada artinya.

"Dari mana kau tahu kalau dia sebaik yang kau katakan itu?" tanya Arga.

Taufan terkekeh. "Emangnya kau tahu kalau Yasha seburuk yang dipikirkan mu?"

"Kenapa kau malah mengembalikan pertanyaan ku?" Taufan hanya memastikan jika prasangka yang Arga pendam itu berdasar, bukan karena ketidaksukaannya semata. Tapi ia justru berkelit dengan senyum remeh yang menjengkelkan.

"Dengar ya Arga. Aku lagi males banget debat. Tapi aku ngga suka kalau kau ngejelekin Yasha gini. Kalau kau emang nggak suka. Cukup kau aja, nggak perlu sampe provokasi orang. Aku pikir kau juga nggak sebaik Yasha. Dan satu lagi, kau nggak ada hak buat mengatur circle pertemanan ku. Dan aku juga pernah bilang, kan? Aku tak pernah memaksamu untuk tinggal. Kau boleh pergi kalau kau memang tidak suka dengan sikapku."

Itu menjadi kalimat terakhir Taufan, sesaat sebelum sosoknya menghilang bersama debuman suara pintu yang sengaja dibanting keras. Tatapan kecewa mengiringi kepergiannya. Ia pergi dengan kata yang begitu membekas bagi Arga. Meninggalkan sesak yang tak mampu ia jabarkan.

Arga nyaris tak percaya jika Taufan membuangnya hanya untuk cinta semu pada perempuan yang bahkan tak memiliki niat baik padanya. Membuatnya kembali berpikir. Kenapa ia harus melakukannya sampai seperti ini? Sementara Taufan saja tidak berusaha mendengar penjelasannya.

Ia belum pernah merasa sekecewa ini pada sahabatnya. Lantas Taufan anggap apa pertemanan mereka selama ini?

Episodes
1 1. Perpecahan
2 2. Di Bandingkan
3 3. Kau Anggap Apa Pertemanan Kita?
4 4. Bukan Gadis Yang Baik
5 5. Hancurnya
6 6. Pejam
7 7. Kekhawatiran nya
8 8. Tak Sepenuhnya Abai
9 9. Andai
10 10. Takut
11 11. Sesakit itu kah jiwanya terluka?
12 12. Kekhawatiran Yang Membayangi Nya
13 13. Belum Halal Untuk Dibantai
14 14. Menyembunyikan Kebenaran
15 15. Teman Untuk Bicara
16 16. Rumor Yang Beredar
17 17. Halusinasi
18 18. Kegelisahan
19 19. Kebenaran Yang Terungkap
20 20. Ingin Menyerah
21 21. Sumber Rasa Sakit
22 22. Menjelaskan Segalanya
23 23. Lebih Memahaminya
24 24. Membuatnya Kecewa
25 25. Sedikit Melepas Beban
26 26. Egois
27 27. Egois (Part 2)
28 28. Selama Itu Tidak Melukainya
29 29. Sedikit Menenangkan
30 30. Mimpi Buruk
31 31. Hati Yang Keras
32 32. Tempat Untuk Pulang
33 33. Luka Dan Lara
34 34. Luka Dan Lara (Part 2)
35 35. Luka dan Duka
36 36. Seandainya
37 37. Menunggunya Pulang
38 38. Belajar Untuk Mengikhlaskan
39 39. Belajar Untuk Mengikhlaskan (Part 2)
40 40. Mengenang Saat Bahagia
41 41. Tak Pandai Berbohong
42 42. Kehilangan
43 43. Merelakan
44 44. Selalu Menjadi Rumah Mu
45 45. Sadar
46 46. Luluh
47 47. Maaf Yang Terucap
48 48. Merasa Lebih Baik
49 49. Yang Di Sembunyikan
50 50. Permintaan
51 51. Meluruskan
52 52. Derita Tanpa Bahagia
53 53. Detik Dan Detak
54 54. Permintaan
55 55. Semoga Kau Temukan Bahagia Disana
56 56. Tulus Menyayanginya
57 57. Perasaan Bersalah
58 58. Menyerah
59 59. Senja Memanggil Pulang
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1. Perpecahan
2
2. Di Bandingkan
3
3. Kau Anggap Apa Pertemanan Kita?
4
4. Bukan Gadis Yang Baik
5
5. Hancurnya
6
6. Pejam
7
7. Kekhawatiran nya
8
8. Tak Sepenuhnya Abai
9
9. Andai
10
10. Takut
11
11. Sesakit itu kah jiwanya terluka?
12
12. Kekhawatiran Yang Membayangi Nya
13
13. Belum Halal Untuk Dibantai
14
14. Menyembunyikan Kebenaran
15
15. Teman Untuk Bicara
16
16. Rumor Yang Beredar
17
17. Halusinasi
18
18. Kegelisahan
19
19. Kebenaran Yang Terungkap
20
20. Ingin Menyerah
21
21. Sumber Rasa Sakit
22
22. Menjelaskan Segalanya
23
23. Lebih Memahaminya
24
24. Membuatnya Kecewa
25
25. Sedikit Melepas Beban
26
26. Egois
27
27. Egois (Part 2)
28
28. Selama Itu Tidak Melukainya
29
29. Sedikit Menenangkan
30
30. Mimpi Buruk
31
31. Hati Yang Keras
32
32. Tempat Untuk Pulang
33
33. Luka Dan Lara
34
34. Luka Dan Lara (Part 2)
35
35. Luka dan Duka
36
36. Seandainya
37
37. Menunggunya Pulang
38
38. Belajar Untuk Mengikhlaskan
39
39. Belajar Untuk Mengikhlaskan (Part 2)
40
40. Mengenang Saat Bahagia
41
41. Tak Pandai Berbohong
42
42. Kehilangan
43
43. Merelakan
44
44. Selalu Menjadi Rumah Mu
45
45. Sadar
46
46. Luluh
47
47. Maaf Yang Terucap
48
48. Merasa Lebih Baik
49
49. Yang Di Sembunyikan
50
50. Permintaan
51
51. Meluruskan
52
52. Derita Tanpa Bahagia
53
53. Detik Dan Detak
54
54. Permintaan
55
55. Semoga Kau Temukan Bahagia Disana
56
56. Tulus Menyayanginya
57
57. Perasaan Bersalah
58
58. Menyerah
59
59. Senja Memanggil Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!