BRAK ....
"Eh yatim!"
Lima bodyguard yang sedang sibuk bermain kartu, di kejutkan dengan kedatangan Zane yang melangkah lebar ke arah mereka.
"Selamat siang, Tuan Zane!" sapa mereka dengan menutupi permainan mereka dengan jaket.
Mereka berlima saling berpandangan kala tidak melihat Nicholas dan Markus. "Loh? Tuan Markus dan Tuan Nicholas ke mana?"
"Tuan Zane kenapa bisa marah begitu?"
Mereka saling berpandangan, tak lama terlihat Nicholas yang berlari kecil dengan peluh membasahi wajah pria itu.
"Di mana, Zane?"
"Tuan baru saja masuk," jawab satu dari kelima bodyguard.
"Kalau Markus datang, katakan untuk membeli obat!" kata Nicholas yang di anggukan oleh kelima pria di sana.
Nicholas masuk menyusul Zane yang sedang marah-marah dan mengomel seorang diri.
"Memangnya siapa yang sakit ya? Tuan Muda?"
"Mana aku tahu, tanya sana sama mereka!"
Mereka berlima kembali terduduk sembari menunggu kedatangan Markus yang entah tersesat ke mana. Biasanya Markus dan Nicholas akan selalu menempel pada Zane di manapun dan kapanpun mereka berada.
"Tuan Markus!"
Markus yang baru saja masuk di halaman rumah, seketika menaikkan alisnya bingung melihat kelima bodyguardnya seperti menyambut kedatangannya.
"Ada apa?" tanyanya bingung.
"Tuan Nicholas meminta Anda untuk membeli obat luka," kata satu bodyguard.
Markus menghela napas panjang dan memberikan tasnya kepada mereka. "Akan aku carikan, itu pun kalau ada apotek di desa."
Markus mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam mobil, pria itu menatap ke arah penginapannya dan kembali mengerutkan keningnya.
"Kembang desa ya? Aku penasaran, siapa yang menyandang gadis kembang desa itu? Dan secantik apa rupanya?" gumam Markus penuh tanda tanya di benaknya. Pria itu bergegas masuk dan menjalankan mobilnya keluar dari halaman.
Saat menyusuri jalanan dekat persawahan, pria itu menghentikan mobilnya secara mendadak dan menyembulkan kepalanya di kaca mobil.
"Pak Rudi!"
Kepala desa yang sibuk menuntun sepeda ontelnya pun menoleh, "Tuan Markus? Selamat siang,"
Markus turun dan bergegas mendekati kepala desa daru Desa Mentari tersebut. "Pak Rudi mau ke mana?"
"Saya mau pulang, Tuan."
Markus menatap sepeda ontel milik Pak Rudi. Markus baru menyadari, kalau rata-rata warga desa mentari jarang terlihat menggunakan sepeda motor, semuanya hampir menggunakan sepeda ontel sebagai kendaraan sehari-hari.
"Masih jauh enggak, Pak? Kalau masih jauh, saya antar."
Pak Rudi tersenyum penuh sungkan. "Waduh, terima kasih atas tawarannya, Tuan. Tapi rumah saya sudah di depan mata,"
Pak Rudi menunjuk sebuah rumah yang memang berada di depan matanya. Markus menggaruk kepalanya canggung dan merasa tidak enak hati.
"Memangnya ada apa ya, Tuan? Sepertinya Tuan kebingungan,"
Markus seketika mengangguk membenarkan, "Di desa ada apotek enggak, Pak? Saya mau beli obat,"
"Kalau di desa tidak ada, memangnya siapa yang sakit? Mungkin bisa di bawa ke puskesmas setempat,"
"Enggak parah, Pak. Cuma ya namanya Tuan Zane, apa-apa memangnya harus ada obat." jawab Markus yang tanpa sungkan menyebut nama Zane dengan jelas.
"Oalah, Tuan Zane sakit? Kayaknya tadi baik-baik saja,"
Markus tersenyum sembari menahan tawa, kejadian yang menimpa Zane sangatlah lucu bila di ingat kembali. "Tadi ada yang nabrak Tuan Zane pakai sepeda ontel, saya enggak tahu namanya tapi dia punya adik kembar, satu namanya Asher."
Pak Rudi mengerutkan keningnya dan seperti orang sedang berpikir. "Mungkin yang Tuan maksud itu Adik dari kembang desa,"
What?!
"Maksud, Bapak?"
"Si kembar namanya Asher dan Axel, terus Kakaknya itu kembang desa, namanya Hazel. Anaknya cantik sekali, kulitnya putih, pemalu, sama suka menolong."
...****************...
"Tuan! Tuan Zane!"
Zane berdecak kesal dan menatap kedatangan Markus dengan penuh emosi.
"Aku tidak tuli!" kesal pria.
Markus seketika tersenyum dan memberikan plastik putih kepada Nicholas. "Ada berita baru! Tuan pasti akan senang,"
Nicholas dan Zane saling berpandangan. Nicholas merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya kali ini.
"Bukankah aku tidak ingin mendengarnya?!"
"Tapi ini sungguh-"
"Tidak!" tolaknya dengan sangat tegas.
Markus menyumpahi Zane di dalam hatinya dan melepaskan HT dari telinganya. "Padahal ini tentang gadis yang menabrak kamu,"
"Tahu apa kamu?" tanya Nicholas dengan mengobati beberapa luka lecet di tubuh Zane.
Markus melirik Zane yang melirik dirinya dengan samar, pria itu menyunggingkan senyum miring. "Ternyata dia kembang desa!"
"Gadis itu kembang desa?" tanya Zane menimpali pembicaraan kedua sahabatnya.
"Bukankah kamu tidak ingin mendengarnya?" Markus menaikturunkan alisnya menggoda sang atasan.
"Ck, terserah!"
Zane membenarkan lengan kemejanya dan bergegas masuk ke dalam. Nicholas menatap Markus yang tersenyum seraya mengibaskan tangannya seperti mengusir.
"Jadi ini alasan kenapa kamu lama sekali di luar?" tanya Nicholas dengan tangan terlipat.
"Alasan kedua sih," jawabnya dengan acuh. "Oh ya, gadis yang hampir menabrak kita dan menabrak Zane adalah kembang desa, dia memiliki dua adik kembar, namanya Asher dan Axel."
Nicholas hanya mendatarkan tatapannya. "Lalu?"
"Lalu ini," Markus menunjukkan sesuatu yang membuat Nicholas mendelik tajam.
"KAMU GILA?!"
"YES!"
"HAPUS!"
Markus langsung menepis tangan Nicholas yang hendak merebut ponselnya. "Tidak akan! Nyonya Nadine meminta ku untuk mencarikannya pasangan hidup,"
"Markus, aku bilang hapus gambar itu juga!"
"Tidak!"
"Markus,"
"Apa?" Markus tertawa jahil dan pergi begitu saja dengan wajah tengil.
Nicholas mengusap wajahnya dengan gusar dan tidak percaya bila Markus melakukannya dengan berani. Pria itu mendudukkan dirinya di teras rumah dan menatap lurus ke depan.
"Di dengar dari namanya, seperti gadis tadi bukan asli desa." gumam Nicholas dengan menautkan jari-jarinya dengan wajah serius.
"Oh kamu menyadarinya juga?"
Nicholas mengelus dadanya karena cukup terkejut, Markus berdiri di dekat Nicholas dan menunjukkan satu foto yang ia ambil tadi siang.
"Wajahnya khas bule, perhatikan!"
Nicholas menatap lama foto yang di tampilkan oleh Markus. "Dia memiliki warna mata Hazel,"
Markus menatap foto gadis kembang desa itu dengan teliti. Pria itu menghela napas panjang, selain cantik, ternyata gadis yang di sebut sebagai kembang desa ini juga sangat ramah dan pemaaf.
"Benar, apa kita perlu ke rumahnya?"
Nicholas sontak menoleh terkejut. "Untuk apa?"
"Sepeda nya rusak, kita harus menggantinya." balas Markus dengan bijaksana.
"Untuk apa mengganti, gadis itu yang menabrak ku!" timpal Zane tiba-tiba dengan pakaian Yang sudah baru.
Markus melirik Nicholas yang juga menatapnya, pria itu menelan ludahnya sendiri dan merasa di sudutkan oleh dua orang berwajah photo copy itu.
"Ke ... kenapa?" tanya Markus terbata-bata. Pria itu seakan-akan sulit untuk bernapas karena tatapan mematikan dari Nicholas.
Nicholas menghembus napas panjang, percuma menasehati kedua pria yang jauh lebih muda dari dirinya itu. "Lebih baik kita bersiap untuk ke sungai,"
"Sungai? Kita akan mancing?" Raut wajah Markus berubah menjadi semangat.
"Kita akan mancing, Tuan?!" timpal kelima bodyguard yang sejak tadi mendengar percakapan ketiga pria di teras rumah.
"Kita akan mandi di sungai,"
"WHAT?!"
"Kalian dengar? Kita akan mandi di sungai!" teriak Markus dengan semangat dan bergegas mengambil keperluan mandinya.
Zane menatap Nicholas tak percaya, selama tiga puluh empat tahun dirinya ada di dunia, tak pernah sekalipun Zane pergi ke sungai walaupun sekedar mancing. Pria itu tidak memiliki waktu untuk melakukan hal semacam itu, karena menurutnya sangat membuang waktu saja.
"Kamu yakin?!"
"Kamu melihat wajahku ini bercanda, Tuan Muda?"
Si brengsek ini sungguh menyebalkan!
"Lebih baik kamu mengambil keperluan mu, bau keringat mu masih menempel," sindir Nicholas mengusir Zane dengan halus. Zane memutar matanya malas dan menerima lemparan handuk mandi dari Markus.
Mereka berdelapan berjalan beriringan, dengan kelima bodyguard yang senantiasa di belakang mereka. Zane melipat kedua tangannya, ini adalah perdana dirinya akan sungai.
"Kamu takut?" tanya Markus dengan wajah menggoda sang sahabat.
"Tidak!"
"Wajar dia merasa aneh, sejak lahir selalu di di beri hujan uang dan emas." ucap Nicholas membuat Zane semakin mendengus kesal.
"Tunggu, itu kan Hazel!" Markus menunjuk seorang gadis yang tampak menenteng sebuah bakul sayur dengan kedua adik kembarnya. Zane menyipitkan kedua matanya dan merasa tidak bisa berkedip melihat gadis berkulit putih yang menyita perhatiannya.
"Jadi sungguh dia yang di sebut kembang desa?" gumam Zane dengan tatapan tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Muhammad Aufa
pak tua😄ya Allah..setua apa sih???
2023-12-26
0
Dias 123
Next kak. ceritanya bagus banget
2023-06-13
1