"Selamat pagi, Tuan Muda. Perkenalkan saya Rahmat, saya adalah kepala mandor proyek di sini,"
Zane mengangguk dan melirik dua pria asing di sebelah mandor. "Bapak ini?"
"Tuan Muda, mereka adalah kepala desa dan wakil kepala desa, Pak Rudi dan Pak Agung." terang Nicholas dengan sopan.
"Selamat pagi, Tuan Muda." sapa kedua pria tua dengan sopan dan senyum.
Zane hanya mengangguk untuk sekian kalinya. Kali ini, Zane tidak membawa kelima bodyguardnya, cukup dengan Markus dan Nicholas saja. Markus membenarkan kacamatanya dan menatap sekitaran yang cukup ramai dengan gadis-gadis kampung.
Mereka lagi mereka lagi, batin Markus yang mulai terlihat risih.
"Hey, Nak! Jangan bermain di sekitar sini, bahaya!" tegur Pak Rahmat kepada beberapa bocah yang sedang asik bermain di tumpukan pasir.
"Maaf, Pak!" kata mereka sembari berteriak ketakutan.
"Tidak perlu berteriak seperti itu, Pak Rahmat. Lagipula para buruh kerja yang lain belum sampai, jadi biarkan saja mereka bermain pasir." kata Zane yang masih menatap kepergian beberapa bocah desa yang sudah menghilang dari pandangannya.
"Baik, Tuan."
"Kalau saja Alexia tidak sakit dan Aaron tidak takut meninggalkan kembarannya, pasti mereka akan senang bermain di tumpukan pasir." gumam Zane dengan lirih.
"Kamu pasti memikirkan Twin 'kan?" tanya Nicholas yang tiba-tiba saja berada di sebelah Zane.
Zane hanya menyunggingkan senyum dan memilih untuk menyimak penjelasan kepala mandor dan Kepala Desa.
"Tuan, pembangunan baru rampung mungkin akan satu tahun ke depan, karena ada beberapa bangunan yang ambles karena cuaca yang terus-menerus hujan," ungkap Pak Rahmat dengan menunjukkan beberapa bangunan yang ambles karena longsor kecil.
"Bukankah tempat ini sudah Pak Rahmat dan perwakilan dari saya yang melakukan peninjauan lokasi?" Zane tidak mengerti kenapa Pak Rahmat baru memberitahunya.
Pak Rahmat kebingungan dengan pertanyaan dari Zane. "Ah, iya benar, Tuan Muda. Beberapa bulan yang lalu perwakilan Anda datang untuk meninjau lokasi, tetapi saya sudah memberitahu tentang komposisi tanah dan sekitarnya yang kemungkinan bisa saja terjadi ambles pada proyek,"
"Dan saya juga sudah memberitahu tentang rawan terjadi bangunan ambles bila proyek di lakukan di tempat ini," tambah Pak Rahmat.
"Benar, Tuan. Perwakilan dari Anda juga saya yang menyaksikannya," sahut Pak Agung yang di anggukan oleh Pak Rudi.
"Siapa yang kamu kirim ke desa Mentari, Zane?" tanya Nicholas yang sejak tadi menyimak.
Zane mendatarkan raut wajahnya dan melepas kacamata. "Markus, minta kepada Pak Ridwan menghadap dengan ku saat kita pulang nanti!"
Markus mengangguk paham. "Baik, Tuan Muda!"
"Apakah dana untuk upah buruh dan mandor sudah di sampaikan oleh perwakilan saya?" tanya Zane dengan wajah serius. Markus dengan cepat menyimak sebagai poin peninjauannya.
"Maaf, Tuan, dana apa yang Anda maksud?"
Itu artinya Ridwan? Sial! batin Zane dengan kemarahan yang terlihat jelas.
Nicholas menepuk bahu Zane, pria itu menatap Mandor dan dua tetua desa. "Kami akan mengurus kejanggalan ini dengan segera. Anda tidak perlu merasa khawatir tentang dana,"
Pak Rahmat tersenyum manis. "Baik, Tuan."
Zane mengepalkan kedua tangannya. "Karena proyek ini baru berjalan 20% dari seharusnya 70%, saya minta kepada Pak Rahmat untuk memindahkan proyek ini ke tempat yang jauh lebih aman. Saya tidak ingin terjadi kesalahan dalam bekerja, entah cedera ataupun kecelakaan apapun itu!"
Pak Rahmat terkejut dengan perkataan dari Zane, proyek yang ia pegang menang baru lahan dan badan bangunan, tetapi karena terjadi ambles beberapa kali membuat proyek itu terus mengalami kemunduran.
"Ta ... tapi, bagaimana dengan proyek ini, Tuan?"
"Jadikan tempat ini sebagai lahan bermain anak-anak desa, dan pastikan juga kita mensurvei kembali tanah ini,"
...****************...
"Zane,"
Zane menoleh dengan wajah bertanya, "Apa?"
"Apa yang akan kamu lakukan kepada Pak Ridwan?" tanya Markus dengan penasaran.
"Tentu saja di penjarakan, karena ini sudah menyangkut ke kasus penggelapan dana proyek," sahut Nicholas dengan wajah yang mulai tidak sedap di pandang.
"Kenapa kamu mengutus orang yang tidak kompeten seperti dia sebagai perwakilan mu, hah? Dasar bodoh!" Nicholas benar-benar di buat marah dengan tingkah Zane yang mulai sembrono.
"Aku tidak mengutusnya,"
"Lalu kalau bukan kamu? Hantu begitu?!"
"Wow, sejak kapan kamu menjadi cerewet, Nic?" tanya Markus dengan menaikturunkan alisnya. Nicholas mendelik dan langsung membuang wajahnya.
Ketiga pria itu sedang berjalan menuju penginapan, mereka sengaja berjalan kaki karena sedang di desa, bila mereka keluar hanya beberapa langkah dari penginapan menggunakan mobil, para warga termasuk gadis-gadis desa akan semakin menjadi-jadi kepada mereka.
"Aku meminta Pak Toni untuk pergi ke desa, kenapa Pak Toni malah kembali mengutus Pak Ridwan untuk ke desa?"
"Simpan bertanya mu itu, aku sudah meminta mereka berdua untuk menghadapi kepadamu saat di kantor," ujar Markus menengahi perdebatan antara Zane dan Nicholas.
"Tuan, awas!"
Langkah kaki Zane seketika terhenti, membuat kedua temannya menatap bingung.
"Kenapa berhenti?"
Kepala Zane menjadi miring. "Aku merasa ada yang berteriak,"
"Tapi aku ...."
"TUAN, AWAS!"
DEG ....
Markus dan Nicholas sontak menjauh saat tiba-tiba sebuah sepeda ontel melaju cukup kencang dari turunan di belakang mereka.
BRUK ....
"Akh! Sialan!"
"Aduh! Pinggang ku sakit sekali,"
Markus dan Nicholas terbengong melihat seorang gadis yang baru saja hampir menabrak mereka berdua, kini malah menabrak tubuh kekar seorang Zane.
Markus langsung menyalakan kamera dan memotret Zane yang masih meringis dengan posisi di bawah tubuh gadis berambut panjang yang juga ikutan meringis sakit.
Nyonya Nadine pasti senang dengan foto ini! batin Markus bersemangat.
"Kamu ..."
"Maaf, Tuan! Rem sepeda saya tiba-tiba blong!" potong gadis tersebut yang langsung cepat-cepat bangun.
Nicholas menyunggingkan senyum dan membanting Zane untuk bangun. "Kamu baik-baik saja? Ada yang luka?" tanyanya dengan tawa tertahan.
"Diam!" titahnya dengan kesal.
"Oh tidak, sepeda ku!"
Zane menoleh dan benar-benar tak percaya bila seorang gadis baru saja menabrak dirinya cukup keras hingga dirinya juga ikut terpelanting ke tanah penuh batu. Seorang gadis desa menatap nanar sepeda ontel nya yang sudah masuk ke dalam sungai dekat sawah.
"Hei, gadis desa!" panggil Zane dengan berteriak keras.
Gadis tersebut menoleh dan menunjuk dirinya sendiri. "Saya, Tuan?"
Zane dengan tertatih mendekati gadis tersebut yang menatapnya dengan polos. "Kamu lihat, kamu menabrak saya dan saya terluka karena kamu!"
Gadis tersebut melirik beberapa luka lecet dan mengeluarkan darah. "Maafkan saya, Tuan. Sepeda ontel saya rem nya blong,"
"Sudah tahu rem sepeda usang mu itu blong, kenapa kamu masih memakainya?!"
Gadis tersebut tertunduk, kali ini adalah kesalahan fatal hingga membuat orang lain terluka. Zane membersihkan pakaiannya yang kotor dan melenggang pergi karena kemarahannya.
"Dasar gadis desa!"
Nicholas menuntun Zane dengan senyuman tertahan dan Zane terus saja mengomel. Sedangkan Markus, pria itu membangun gadis desa tersebut untuk mengangkat sepedanya.
"Kamu baik-baik saja, Adik manis?"
Gadis desa tersebut mengerutkan keningnya saat di panggil 'Adik manis'. "Iya, saya baik-baik saja, Tuan."
Markus tersenyum dan yakin bila gadis di depannya tidak terluka. "Berapa usia mu? Sepertinya kamu masih anak remaja ya?"
"Usia saya dua puluh lima tahun, Tuan."
Markus membulatkan matanya, pria itu mengira bila gadis di depannya masih remaja labil karena wajahnya begitu seperti anak-anak.
"Ah, maafkan saya."
"Kakak!"
Gadis itu menoleh dan terlihat dua anak kembar yang berlari dengan secepat kilat mendekati Kakak mereka. Dengan napas tersengal-sengal, kedua anak laki-laki tersebut langsung memeriksa tubuh Kakak perempuan mereka.
Mereka kembar? batin Markus.
"Kami kembar,"
Markus terkejut saat satu remaja kembar itu menatap ke arahnya. "Kamu ...."
"Apa Tuan terluka? Maaf, Kakak saya tidak sengaja."
Gadis muda di sana menyenggol Adik kembarnya. "Bukan dia yang Kakak tabrak, Asher!"
"Kak, sudah aku bilang jangan lewat turunan!" omel satu anak laki-laki lainnya dengan wajah kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
semangat thoorrr 👍👍👍
2023-12-27
0
anita
ceritanya lain drpd yg lain
2023-12-26
0
Muhammad Aufa
awas timbilan zain
2023-12-26
0