Bab 5. Kacau

“Sudah yang tenang, Lur, biarkan mereka menyiapkan diri sebelum keluar. Jangan membuat keadaan jadi kacau! Mana tahu mereka belum selesai berpakaian.” Ucapan dari salah satu pria berusaha menenangkan pemuda yang menggedor pintu tadi sungguh menambah kegaduhan karena kalimat yang diungkapkannya begitu ambigu dan penuh tanda tanya. Bukankah kalimat pria itu seolah-olah menggiring opini bahwa mereka baru saja selesai melakukan ‘sesuatu’ di dalam sana?

“Naah itu Pak RT datang, sudah-sudah jangan ribut. Kita tunggu mereka keluar saja, toh pintunya cuma ada ini aja kok,” jelas salah satu warga yang lainnya.

Jordy menoleh ke arah belakang sejenak, pria itu memperhatikan wajah Sanaya yang sudah bersimbah air mata. Tidak lama gadis itu pun mengangguk, tanda dirinya sudah siap untuk menghadapi apa saja yang bakal terjadi sekarang.

Ceklek!

Pintu kamar mandi itu terbuka, tampaklah masyarakat sudah ramai di hadapan dua sejoli yang sedang di grebek itu. Para jamaah yang tadinya akan melakukan sholat jadi terganggu konsentrasinya.

“Sedang apa kalian di kamar mandi mushola ini berdua, Nak?” tanya Pak RT ramah.

Pria bernama Burhan itu memang pantas dijadikan RT, selain tegas, beliau orang yang santun dan selalu bisa mengendalikan emosi, bahkan seluruh kalimat yang keluar dari mulutnya masih begitu sangat bijak.

“Maaf bapak-bapak semua, sebenarnya ini hanya salah paham. Saya tidak sengaja membuka pintu toilet yang itu, tapi ternyata sudah ada Sanaya yang sedang buang hajat di dalamnya. Sungguh Pak RT, ini semua tidak seperti yang bapak-bapak bayangkan.” Jordy berusaha membela diri dengan menjelaskan tentang apa yang terjadi. Namun, semuanya sia-sia belaka, masyarakat sudah terlanjur panas dengan ulah mereka berdua.

“Ya kali kalau salah masuk, kenapa harus nunggu digedor berulang kali baru mau ke luar? Itu pun harus nunggu kami marah dulu baru berani nampakin muka, bilang aja tadi kalian berdua lagi sibuk make baju yang tadi udah dibuka semua!” tuduh salah seorang pemuda yang iri dengan Jordy karena dirinya juga naksir sama Sanaya.

“Saya dan Sanaya tidak melakukan apa pun, Pak, percayalah pada kami! Kalau nggak percaya kalian bisa melakukan visum pada Sanaya untuk membuktikannya!” mohon Jordy dengan lanjut menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

“Wees sudah Pak RT, jangan di percaya! Kita arak mereka keliling kampung saja! Ini semua buat pelajaran sekalian bagi mereka yang berani berzinah di kampung kita!” teriak salah satu warga yang tadi sempat akan mencelakai dirinya.

Inilah salah satu manusia yang suka memprovokasi orang lain dan tak mau melihat apakah orang itu bersalah atau tidak, yang penting dirinya merasa puas dan langsung menghakimi orang yang dibenci.

“Tunggu dulu sedulur semua, kita ini berada di negara pancasila dan dilindungi oleh undang-undang 45. Jangan sampai kita mengambil tindakan yang diluar batas, tenang dulu semuanya, ya. Kita bawa mereka ke mushola dan akan kita musyawarahkan ini dengan kepala dingin. Mereka masih ada orang tua, hal ini juga harus diketahui oleh orang tua kedua anak muda ini.” Pak RT berusaha menenangkan warga dengan bicara sebijaksana mungkin.

Setelah bersitegang beberapa saat, akhirnya mereka yang hadir setuju untuk membawa mereka ke mushola dan memanggil mama Carla sebagai orang tua Jordy.

Salah satu dari pemuda mushola juga pergi untuk memanggil emak Maya, sebagai orang tua dari Sanaya. Kedua wanita itu tentu saja syok luar biasa mendengar apa yang terjadi dengan anak-anak mereka, barusan tadi mereka perang mulut dan sekarang mereka harus berhadapan lagi dengan kasus yang bersumber dari anak-anak keduanya.

Kediaman mama Carla.

“Assalamualaikum bu Carla,” ucap seorang pemuda dengan sopan membaca salam. Pintu rumah kediaman Carla kebetulan tidak di kunci, Carla dan Ros langsung bergerak menuju ruang tamu.

“Ooo Yudi, ada apa Yud?” tanya mama Carla, wanita paruh baya itu bukannya menjawab salam dari sang tamu tapi malah memberikan pertanyaan tak bermutu.

Ros hanya memperhatikan Yudi dengan wajah galaknya, gadis itu memang tidak bisa santuy sedikit saja.

“Begini. Bu Carla, maaf saya buru-buru. Anu, itu … Ibu di minta pak RT dan Pak Kyai untuk segera datang ke mushola. Anu … itu … eh gimana ya ngomongnya? Gini loh Bu, Jordy dan Sanaya di grebek warga karena sedang berduaan dikamar mandi,” ucap Yudi dengan susah payah karena bingung cara menyampaikannya.

“Jabang bayi brojol ke bumi, apa tadi? Eehh jangan ngawur kamu Yud, mana bisa begitu. Jordy itu anakku, kami dari keluarga terhormat! Ini pasti fitnah, mana mungkin anakku bersama cenayang kayak hantu begitu!” Pekik Carla tak terima.

Wanita itu sungguh tak percaya jika anak bujang kesayangannya bisa terjebak dalam kamar mandi dengan anak musuh bebuyutannya, ini benar-benar tak bisa dibiarkan!

“Sanaya namanya, Bu, bukan cenayang,” ralat Yudi memperbaiki mana tau si mama Carla salah ucap atau kemungkinan besar kupingnya sudah lama tak dikasih lidi.

“Mau cenayang atau apa pun itu, bukan urusan Situ, mulut ini punya saya, ya suka-suka saya dong!” bentak mama Carla dengan melotot.

‘Busyet deh, kalau bukan karena Pak RT … amit-amit datang ke sini,’ gerutu Yudi di dalam hati.

“Mari, ayo kita segera ke sana, Bu. Ini kami juga akan ke rumah Sanaya sekalian buat bilang sama emaknya,” ajak Yudi sudah tidak sabar.

“Hiissh kalian itu! Ya sudah saya ke sana. Sebentar saya dandan dulu, ayo Ros kamu temani mama,” sungut Carla sembari mengajak putrinya.

Yudi dan rombongan pun kini berpamitan, setelah salam diucapkan mereka pun keluar dari halaman rumah mama Carla.

Mama Carla yang kini sudah berada di dalam rumah bersama Ros, merasa ingin meledak saja kepalanya. Sambil berdandan rapi dan mewah ala mama Carla, wanita itu tidak lupa sedikit meluapkan kejengkelannya di hadapan Ros yang juga sedang berdandan.

“Ros, apa kata pepatah kalau ini sampai terjadi! Kau belum juga dilamar orang, sementara adikmu sudah gatal sama si Cenayang itu! Mama nggak mau tau, segera kau hubungi si Melon anaknya Pak Dani itu. Tanyakan padanya bisa tidak bisa … lusa dia harus nikahin kamu!” titah Mama Carla. Kemarahannya berimbas kepada Ros dan itu membuat gadis yang masih lama menjomblo itu ikut merasa kesal.

“Delon, Ma, bukan melon. Mama selalu asal deh kalau ngasih nama, mana bisa begitu Ma … maksa Kak Delon buat nikahin Ros, itu sama aja naruh harga diri Ros di kuburan keramat.” Ros pun jadi ikut sewot dengan permintaan sang mama.

Perdebatan dua wanita beda generasi itu pun terus saja berlangsung. Akhirnya dandanan Mama Carla selesai dengan sentuhan terakhir gelang emasnya yang konon seberat 100 gram.

“Sempurna …!” lirhnya dengan bangga.

Senyum pongah Mama Carla di goreskan pada bibir dengan warna merah menyala, sementara Ros dibuat melotot melihat dandanan sang mama yang persis seperti toko berjalan. Ini acara sidang rakyat kenapa mamanya tampil maksimal begitu, itulah pemikiran yang mengambang di dalam kepala gadis itu. Sepertinya Ros harus bisa mengingatkan sang mama.

“Ma, Kita sebenarnya mau kemana, sih?” tanya Ros masih bingung.

“Mau sidang di gedung DPR/MPR!” jawabnya ketus

Glek

"Kacau ini mah!"

Terpopuler

Comments

anna dharta

anna dharta

gaasss thoorr

2023-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!