Bab 4. Tertangkap Basah

“Ehem … pakde, Aya mau ngumpulin uang yang buaanyak dulu. Baru deh mikirin nikah, hehehe,” jawab Sanaya cengengesan.

Gadis itu paling kesal kalau sudah membahas tentang kapan menikah, apa kabar dunia jika dia menikah di usia muda. Owwhh itu akan membuat layanganmu putus bestie, hahaha.

Perbincangan pun segera diakhiri oleh Sanaya, dia merasa gerah seketika di hari yang memang bercuaca panas. Otak cerdasnya segera merangkai kata, agar pakde nya tidak merasa tersinggung.

“Pakde tenang aja, biarkan urusan jodoh Aya Allah aja yang nentuin kapan datangnya, mana tau aja malam ini ponakanmu dipinang sultan, kan,” canda Sanaya.

“Aamiin, semoga jadi nyata, Ndok!” balas sang Pakde tulus.

Setelah salim dan cipika cipiki, gadis itu pun kembali menggerakkan motor maticnya menuju rumah bude Dar, Wanita yang juga sudah sepuh namun masih kece badai itu sedang nongki manis di teras rumah bersama beberapa peliharaannya. Anak-anak bude Dar memang sudah pada bekerja semua di kota, jadi tinggallah dirinya dengan seorang asisten rumah tangga yang selalu setia.

Tidak jauh berbeda dengan suasana di rumah pakde Amin, Sanaya tetap menyelipkan pesan untuk budenya agar saat datang nanti memberikan hadiah untuknya. Acara selanjutnya adalah ke rumah pakde Gun.

Saat melewati mushola, mata Sanaya mengedar dengan teliti, tapi sosok Jordy belum juga tampak hingga gadis itu memutuskan untuk langsung ke rumah pakde Gun. Sanaya memang sudah memprediksi jika nanti dirinya tidak akan lama di rumah pakde kesayangan Gun. Namun, tiba-tiba saja ada suara yang membuatnya kaget setengah mati.

“Assalamualaikum, Sanaya. Nyari abang, kah?”

Deg!

‘Mampuss!!’

Sanaya terpaku melihat sosok tampan yang kini berada di hadapannya, jika dibandingkan dengan Jordy, jelas tidak akan ada apa-apanya dengan pria berkulit eksotis itu.

“Ehh … Bang Zafiar. Sejak kapan pulang ke sini, Bang?” tanya Sanaya gugup tapi senang. Ini pemuda kampung baik hati tapi lebih sering sifatnya terkadang menyebalkan.

Sejak pulang dari Kairo, Zafiar terlihat lebih tampan, lebih glowing dan lebih-lebih yang lain tapi terkadang suka sekali memberikan ceramah gratis yang bikin telinga mendengung sakit. Banyak pemuda sebayanya merasa heran bercampur iri bukan hanya karena Zafiar pintar tapi juga walau pakai baju koko, pria itu tetap bisa memamerkan otot tangannya yang mengintip dari lengan baju berwarna putih itu.

“Jawab dulu salam abang dong, Aya cantik, hehehe kamu ini tak pernah berubah dari dulu. Alhamdulillah, abang baru pulang kemarin,” jelas Zafiar dengan senyum ramahnya. Sanaya malu-malu meong dikatakan cantik barusan hingga wajahnya berubah merah merona malu.

“Waalaikumussalam Abang, hehehe. Oya, Bang, nanti abis magrib ikut datang ke rumah ya, Aya bikin syukuran kecil-kecilan. Alhamdulillah baru keterima kerja.” Sanaya mengundang dengan kata terdengar manis.

Kapan lagi dia bisa membawa mahluk ganteng tanpa konflik itu ke dalam rumahnya, tidak ada Jordy, Zafiar pun jadi. Seperti itulah kira-kira kata pepatah yang diciptakan Sanaya sendiri.

“In shaa Allah abang bakal datang, ya udah Aya, abang mau lanjut jalan lagi ya. Kamu yang hati-hati di jalan, jangan sampai salah injak batu, apalagi kalau salah dalam menjatuhkan hati, assalamualaikum,” pamit Zafiar santun diiringi ujung kalimat mengandung candaan menggoda.

Senyumannya sungguh membuat Sanaya ingin kejang-kejang rasanya, gadis itu memang tidak bisa jika melihat cowok bening sedikit saja. Setelah berpamitan dengan senyum malu-malu sok imut, Sanaya pun melajukan motor maticnya menuju rumah Pakde Gun. Saat motor matic nya baru saja dijalankan, Gadis itu teringat akan sesuatu, “wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, astaghfirullah sampai lupa ngejawab salamnya si ganteng tadi hihihi.”

Kendaraan roda dua itu melaju lagi menuju rumah sang paman yang dipanggilnya dengan sebutan Pakde.

Benar saja, pakde Gun dengan cepat merespon undangan sang keponakan dan tidak lupa memberikan beberapa lembar uang berwarna merah untuk jajan Sanaya. Ahh inilah yang dia harapkan sebenarnya, memang pakde Gun lah yang terbaik, pengertian dan peka dengan situasi dan kondisi. Halaah itu mah pujian kalau ada maunya hehehe.

Kini Gadis itu sudah berada di mushola kembali sesuai janji dengan pujaan hati, sayangnya sang gadis belum juga melihat batang hidung Jordy. Namun karena gadis itu kebelet pipis, dengan langkah tergesa dirinya menuju ke toilet. Akibat mushola sepi dan mata Sanaya tidak awas, jadilah Sanaya salah masuk ke toilet pria. Alamaak salah alamat ini mah.

“Ahhh, leganya,” monolog Sanaya setelah melepaskan hajat yang sejak tadi lumayan menyiksa.

Gadis itu berucap setelah rasa sesak di bawah perutnya kini terasa longgar. Saat sedang membersihkan area bawah perut, tiba-tiba hal yang tidak diduga sama sekali malah terjadi. Hal manis yang sangat menegangkan bak mimpi terjadi di siang bolong.

Ceklek!

“Aaakkkhh!!” teriak Sanaya berbarengan dengan Jordy.

Ceklek!

“Sssttt, jangan teriak kenceng-kenceng, Aya! Ini aku, Sayang,” pinta Jordy langsung merasa panik.

Dengan cepat pria itu langsung menutup pintu bermaksud biar tak ada yang melihat, sementara mereka sekarang sedang berdua di dalam sana. Saat tersadar dengan sesuatu, pria itu pun berbalik badan menghadap pintu dan membelakangi Sanaya yang barusan melotot tajam. Dengan cepat gadis itu membenahi dirinya yang sangat tidak pantas untuk dilihat.

Namun, belum juga mereka merasa lega, tiba-tiba pintu toilet digedor kasar dari luar.

Brak! Brak! Brak!

“Wooyy ngapain kalian berduaan di dalam sana! Ayo KELUAR!” teriak seorang pemuda dari balik pintu toilet.

Sanaya dan Jordy semakin panik dengan situasi saat ini, mau minta bantuan kepada siapa? Jelas tidak ada, habislah mereka saat ini.

“Ma-mas Jordy, ini gimana? Lagian udah tau aku lagi di dalam kenapa kamu malah tetap masuk sih?” tanya Sanaya yang sudah panik bercampur kesal, mata bulatnya kini sudah basah dengan air mata.

Gadis itu sangat sadar dengan keadaan mereka yang berdua dalam kamar mandi dan di luar sana sudah ada orang yang siap untuk menghakimi.

“Mas juga bingung. Padahal kita kan nggak ngelakuin apa-apa di dalam sini, gimana kalau kita keluar aja dan menjelaskan semuanya?” Jordy memberi solusi tetapi Sanaya sudah mulai mengeluarkan keringat dingin akibat merasa ketakutan, apa lagi membayangkan apa yang bakal mereka alami berdua karena biasanya, jika sampai digerebek massa maka orang yang tertangkap basah bakalan langsung dinikahkan saat itu juga, belum lagi ada hal aneh dilakukan warga pada pasangan yang dianggap membuat malu warga sekampung. Bukankah itu sangat mengerikan?

‘Ya Tuhan, keadaan macam apa ini?’ Berbagai doa dan penyesalan terus saja menguasai kepala gadis itu.

“Jangan dong Mas, kalau kita keluar pasti sekarang juga bakal dinikahkan!" pinta Sanaya yang salah bicara karena orang-orang sudah mulai bergerombolan di luar sana.

Mendengar perkataan Sanaya tentu saja membuat Jordy semakin panik, pintu neraka seakan sudah di hadapannya. Bagaimana dia harus bicara dengan ibu dan kakak nya, Jordy sangat kacau dan di saat seperti ini pria itu sangat merindukan sang ayah yang kini sudah berkumpul di alam sana bersama ayah Sanaya.

“WOOYYY KELUAR KALIAN,!” teriak orang yang ada di luar pintu toilet semakin menggila.

“Panggil Bu Maya dan Bu Carla, BURUAN CEPAT!” suruh pria yang lainnya.

Jangan tanyakan lagi bagaimana kedua manusia itu di dalam sana. Kaki gemetaran, keringat dingin mengucur dan bibir langsung pucat.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?” cicit Sanaya tubuh bagai jelly.

Terpopuler

Comments

ciptoami

ciptoami

lanjut thor...
kira kira di nikahkan gak ya

2023-06-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!