Deliana Iristi Indra. Gadis yang tinggal dekat rumah Din. Bagaimana mengibaratkan seorang gadis yang bukan tipikal tapi sebenarnya dia sangat cantik.
"Din, gue titip salam buat Delia dong!" sering teman-teman kelas di masa SMA mengatakan hal-hal yang membuat Din risih.
"Apaan si, males banget." Din tidak mengira Delia begitu populer di kalangan lelaki.
Jika dilihat lebih dekat, Delia memang berada di level beda. Saras bahkan menyuruh Delia untuk iseng mengikuti ajang Miss Indonesia. Tetapi, Delia menolak. Ia menolak untuk dikenal banyak orang. Bahkan akun sosial media, seperti instagram, dia menggunakan foto kartun itik.
"Masuk manajemen kami yuk, Del." Pernah juga Sultan Andaro menawarkan kontrak eksklusif kepada Delia.
"Nggak boleh, Aa." Delia menolak dengan sopan.
Kedua orang tuanya tidak mengijinkan Delia menjadi selebriti. Mereka sangat takut dengan pergaulan dunia selebriti. Karena keprotektifan mereka, terkadang mereka meminta maaf kepada sang putri.
"Papa nggak mau lihat putri cantikku ini dikenal banyak orang, maaf ya Del, Papa egois."
Delia cemberut beberapa detik, "Sebagai gantinya, Delia minta jatah liburan ke luar negeri setiap setahun sekali oke."
"Mama si yes!" Mama memeluknya, "Mama itu sayang banget Delia, takut lihat dunia seleb yang terlalu bebas."
Ryan sebagai seorang kakak tidak membantah kecantikan sang adik itu di luar nalar. Padahal kata beberapa orang, wajah orang tua mereka biasa tapi kok lahir seorang putri secantik itu dan putra tampan seperti dirinya.
"Yang bikin Abang itu depresi cuma satu. Saat lo pacaran sama Lucky."
Ya, bukan hanya sang kakak. Saras juga mengajukan protes setiap hari. Tidak ada yang salah dengan Lucky, dia itu lelaki cerdas, perwakilan tim OSN untuk sekolah. Meski terlihat cupu, Lucky itu hangat dan tidak mencolok. Berbeda dengan Din, penampilan yang mencolok dan bukan tipe idaman Delia.
"Lo ngajak dia ciuman?!" Saras memegangi dahi Delia, "Apa jangan-jangan lo suka Din?"
Delia impulsif beberapa hari lalu. Mendengar rencana perjodohan ini saja membuatnya dilanda bimbang. Papa dan Mama menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Delia. Sementara Bang Ryan, "Coba dengerin kata hati, lo. Beberapa perjodohan berhasil, contohnya orang tua Din. Tapi misalnya lo punya orang yang disukai. Boleh menolak."
"Mark pasti kaget dengar berita ini, Ras. Soalnya beberapa hari lalu dia bilang suka sama gue, eh tiba-tiba gue mau nikah ama Gecko."
"Jodoh itu misteri, tapi dijodohkan dengan Gecko itu di luar prediksi BMKG."
Mereka berpelukan sebentar.
"Membayangkan kalian menikah dan tidur bareng. Gue kok malah geli, Del. Huhuhu... " ungkap Saras.
"Pagi hari indah, saat membuka mata. Aku melihat bahu lebar suamiku," Delia menirukan dialog dalam novel populer, "Dia sepertinya membenciku. Dia tidak pernah menyentuhku. Aku sering bertanya, apa kamu memebenciku Mas? Dia diam."
"Tapi Gecko beda cerita menurut gue, Del." Saras memiliki insting kuat, "Gecko itu tipe urakan. Dia pasti bar-bar di kamar, hahaha."
"Imajinasi lo mulai liar semenjak nulis novel erotis, Ras." Delia menepuk pipi sahabatnya. Banyak orang yang belum tahu bahwa Saras adalah penulis novel terkenal dengan nama pena Chubbby. Penghasilan dari novel pertamanya saja hampir lima ratus juta rupiah.
"Tapi menurut gue setelah nikah... Din bakalan mulai kerja di kantor salah satu Sjarier Group. Minimal dia masuk di Equestrian Sjarier kan?"
"Mungkin, dia itu kan keponakan tersayang pemilik Equestrian kuda terkenal. Kemarin Bi Siti bilang, kuda baru milik Din harganya dua milyar."
"Asli, dia nganggur juga duit masih ngalir. Kemarin gue lihat postingan Rasti pas ultah, Din pake jaket kulit dari Balmain dan itu jaket couple sama Rasti."
Delia membaca caption postingan Rasti, ia tiba-tiba merasa kesal. Din terlihat bahagia saat bersama Rasti. Mereka juga serasi.
"Din pernah ngasih hadiah lo apa, Del? Spill dong, Kak Cantik." Saras tahu cara memulihkan mood Delia.
"Kok gue jadi sebal kalo ingat."
Din memberikan Delia sebuah kaos bergambar king kong. Mirip dengan king kong ikonik salah satu merek obat nyamuk terkenal di Indonesia.
"Damn!''
"Hahaha! Lo yang mau jadi bininya dikasih kaos king kong, sementara Rasti yang bakal jadi mantan dapat jaket kulit Balmain.''
***
Din mengajak Delia bertemu di kafe yang lumayan jauh. Ia tidak mau orang-orang Andaro mendengar berita perjodohan mereka terlebih dahulu.
"Maaf gue telat lima menit, tadi agak macet." Delia merasa tidak enak, ia terjebak macet sebentar.
"Duduk, Del." Din mempersilahkan Delia duduk.
"Jadi apa yang mau lo bicarain, Din?'' Delia sedikit grogi, ia tidak biasa melihat Din mode serius.
"Pas hari ultah Rasti kemarin, gue udah bilang dan kami berpikir untuk putus. Tapi gue belum bilang mau dijodohin sama lo."
"Ah, gue paham... "
"Oma mau kita nikah secepatnya."
Din terlihat sedih, ia tidak mungkin menipu Delia. "Din, gue merasa bersalah karena menerima perjodohan ini. Tapi gue juga tahu posisi lo, Din. Kalau lo nggak nikah sama gue, lo nggak akan dapat sepeserpun. Maaf kalau gue egois, tapi dalam pernikahan... Gue enggak mau dengar ada kabar perselingkuhan. Kelarin dulu perasaan lo sama Rasti."
"Rasti milih putus, dia mau lanjutin S3 di luar kota. Dia terlalu realistis..."
Menurut Delia ini terlalu cepat, melihat caption yang Rasti tulis belum lama ini. Mereka terlihat saling mencintai. Kenapa tidak mau memperjuangkan untuk bersama?
"Delia pasti punya seseorang yang disuka kan?'' Din bertanya lagi, ia hanya terlalu terkejut dengan perjodohan mereka.
"Suka ya? Suka itu nggak harus bersama. Gue lebih hormatin kemauan Oma, Din. Bagaimanapun beliau itu seperti nenek gue sendiri."
Mereka terdiam. Tidak tahu bagaimana mengatur perasaan masing-masing. Delia sedang memikirkan berbagai kemungkinan, tapi ia juga merasa kasihan apabila Din kehilangan hak warisnya.
"Ya udah, Del. Besok-besok kita harus pilih baju pengantin dan beli cincin. Kirimin aja hal-hal yang lo sukai, referensi pernikahan idaman lo."
Delia mengerutkan alis beberapa detik. Rumit. Ia terlalu bingung untuk memilih konsep pernikahan. "Gimana kalo pre-wed dulu deh."
"Oke," ucap Din.
Din sudah menduga Delia agak menantikan pernikahan. Terlihat antusias. "Besok lo harus belajar bahasa yang lebih sopan. Di rumah gue kata gue-lo itu ditiadakan kalau udah menikah."
"Hmm," gumam Delia. Sebenarnya ia sangat malu karena sejak semalam sudah mencari tahu konsep foto pre-wedding.
Sementara Din memperhatikan gerak-gerik Delia. Pipi yang merona karena malu, dan sepertinya Delia memang semakin cantik dari hari ke hari.
"Sadar, njir!"
Bagaimana bisa seseorang begitu anggun meski mengenakan kaos ungu polos dan kulot abu. Belum lagi, Delia melepas ikat rambut di depan Din.
"Tawaran lo kemarin, itu serius dan masih berlaku nggak?" Din bertanya dengan ekspresi malu.
"Ciuman? Haha, itu cuma bercanda!"
"Kalau sekarang gue yang ngajakin. Lo mau nggak?"
Delia melotot, ia juga menelan ludah. Apa-apaan Din. Dia terang-terangan saat itu menolak, tapi Din yang ada di depannya adalah seorang lelaki lajang tanpa pasangan.
Sejam kemudian mereka berpindah lokasi. Din mengajak Delia ke dalam kamar hotel bintang enam, "Gue terlalu malu kalau ciuman di rumah."
"Tapi kenapa lo check-in di hotel bintang enam ya? Gue nggak akan melakukan hal yang nggak wajar sebelum resmi nikah."
"Ya nanti abis ciuman, gue mau nginep disini lah. Setiap seminggu sekali gue nginep disini bukan untuk hal aneh-aneh tapi bekerja... "
Sebenarnya ini menganggu, Delia memperhatikan barang bawaan Din memang lumayan banyak. Ia membawa backpack. "Sorry to say, tapi emang apa pekerjaan lo selain nongki di bengkel?"
"Gue itu editor, Del."
Yang lebih mengejutkan lagi, Din adalah editor novel-novel hits tahun ini. "Bukan novel erotis, tapi novel dengan nilai romansa biasa hehehe.. "
Delia tidak dapat berkata-kata begitu Din memberinya empat novel terkenal yang tahun ini dirilis dan dalam pembicaraan untuk diadaptasi menjadi film.
Sisi lain Din yang baru ia ketahui membuatnya terpesona sedikit. Tidak seperti pandangan orang-orang tentang cucu manja konglomerat yang malas bekerja.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments