Aku mulai mengetik dengan laptop usang yang aku dapat dari salah satu temanku, kalimat demi kalimat mengalir begitu saja, sampai ada tangan yang menyentuh pundakku lembut.
Saat aku mendongakkan kepala, ternyata mas Hamzah sudah berdiri di belakangku dengan senyuman tipis di bibirnya. Dan sialnya kenapa hatiku berdesir tiap kali melihat wajah putih nan tampannya itu.
"Mas.
Sudah pulang?" aku menghentikan aktivitas menulis dan beralih fokus pada lelaki yang kini ada di belakangku.
"Iya, baru saja.
Kepalaku sedari tadi pusing, sepertinya aku kurang enak badan. Makanya aku putuskan untuk pulang cepat." sahutnya yang menatapku lekat.
"Mas istirahat, akan aku buatkan jahe panas biar sedikit enakan. Mungkin mas masuk angin." sahutku yang langsung berdiri dan akan pergi ke dapur untuk membuatkan minuman hangat untuk suamiku.
"Makasih ya, maaf sudah mengganggu kegiatan kamu. Tadi aku sudah ke kamar Bella, tapi sepertinya dia sedang pergi." balasnya lirih dan ada perasaan sakit yang menancap di ulu hati, sesak. Nyatanya aku hanyalah pelarian untuknya.
"Mas sudah makan?" aku berusaha bersikap biasa saja, tak perlu menunjukkan rasa cemburu dan sakit hati ini. Aku harus tetap tau diri, siapa aku di rumah ini.
"Belum, lagi tak berselera, karena kepala rasanya berat." sahutnya yang langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Akupun membantunya melepaskan kaos kaki dan astaga, badan mas Hamzah ternyata panas tinggi.
"Sebentar ya, mas.
Aku akan buatkan jahe panas dan bubur, agar mas bisa segera minum obat. Badan mas Hamzah panas banget." akupun segera keluar kamar, sedangkan mas Hamzah nampak menutup matanya dengan wajah yang terlihat pucat.
"mau bikin apa mbak Anniyah?
Bapak sepertinya sudah pulang." sambut Bi Titin saat aku menyalakan kompor mau merebus air.
"Iya, bi.
Mas Hamzah badannya panas banget.
Ini mau aku buatkan jahe sama bubur, biar nanti bisa minum obatnya." sahutku sambil tangan ini membersihkan jahe.
"Biar bibi bantu, mbak." akupun mengangguk dan bi Titin mulai menyiapkan bahan bahan untuk membuat bubur.
"Mas, makan dulu. Habis itu minum obat." aku membangunkan mas Hamzah dengan menepuk pipinya pelan. Lelaki itu membuka matanya dan menatapku dengan tatapan yang entahlah.
"Makasih ya, maaf sudah merepotkan." sahutnya lirih dan mas Hamzah membenarkan posisinya agak menyender di bahu ranjang.
"Aku siapin ya, mas. Habisin." aku menyuapi mas Hamzah dan Alhamdulillah dia sepertinya menyukai bubur buatan ku, buktinya dalam waktu sekejap saja bubur itu sudah habis. Dan aku langsung memberikan obat penurun panas yang ada di kotak obat.
"Anniyah, terimakasih sudah mau merawat ku." mas Hamzah tersenyum tipis dan menggenggam tanganku erat.
"Aku istrimu, mas. Sudah kewajibanku merawat suami yang sedang sakit.
Istirahatlah, semoga setelah minum obat demam mas Hamzah segera turun.
Aku akan melanjutkan mengetik novel." Mas Hamzah mengangguk dan memejamkan matanya, aku kembali ketempat semula untuk mengetik novel yang sedang on going. Karena bagaimanapun aku harus tetap mencari pendapatan sendiri untuk tabungan, jika suatu saat aku harus berpisah dengan mas Hamzah.
Karena pernikahan kami hanyalah pernikahan kontrak yang sudah kami sepakati.
Sudah pukul lima sore, mas Hamzah masih terlelap, aku yang sudah selesai mandi memutuskan untuk turun ke dapur menyiapkan makan malam. Tapi sebelumnya aku mengecek suhu badan mas Hamzah, Alhamdulillah panasnya sudah turun dan tubuhnya juga sudah mengeluarkan keringat. Semoga saat bangun tidur nanti, mas Hamzah sudah jauh lebih baik.
"Mau bikin apa lagi, mbak?" sambut Bi Titin saat melihatku membuka kulkas mencari bahan untuk dimasak.
"Bi, daging sapinya masih?"
"Masih, di taruh di atas. Buka saja, mbak Anniyah mau masak apa?" sahut bi Titin yang sibuk membersihkan meja.
"Mau bikin rendang, bi. Sekalian buat sarapan besok pagi." sahutku, sambil mengeluarkan daging dari lemari pendingin.
"Bumbunya sudah ada dikulkas, mbak Anniyah tinggal masak saja. Bentar bibi ambilkan." Bi Titin membuka kulkas dan mengambil bumbu yang sudah ditaruh di wadah Tupperware.
Tak membutuhkan waktu lama, karena semua bahan sudah siap, tinggal masuk masukin saja.
Rendang daging sapi sudah matang dan baunya begitu menggugah selera. Aku juga minta bi Titin untuk membuatkan sambel ijo, dan lalapan daun singkong. Rasanya sudah tak sabar untuk memakannya, perut langsung keroncongan. Tapi aku tidak boleh egois, mas Hamzah semoga sudah baikan agar kita bisa makan bareng.
"Bi tolong siapkan semua di atas meja makan ya, aku mau panggil mas Hamzah dulu. Semoga sudah baikan, tadi aku cek sudah gak demam lagi.
"Apa gak sebaiknya makan di atas saja, mbak.
Biar bibi antarkan makanannya ke atas." sahut bi Titin.
"Boleh, Bi.
Makasih ya." akupun kembali menaiki tangga dan ternyata mas Ilham sudah bangun dan hendak bangun dari tempat tidur.
"Gimana mas, sudah baikan?"
"Alhamdulillah, sudah.
Makasih ya, maaf sudah merepotkan." sahutnya mengulangi ucapannya tadi.
"Gak ada yang di repotin mas, sudah tanggung jawabku sebagai istri. Mas bersih bersih gih, aku sudah masak, kita makan bareng." sahutku sambil tersenyum dan membersihkan meja biar nanti cukup untuk menaruh makanan saat bibi datang.
"Pasti enak nih masakannya, mas mandi dulu ya. Perut juga sudah lapar." sahutnya yang langsung masuk kamar mandi.
"Gimana mas, enak?" aku menatap mas Hamzah yang makan dengan lahap, bahkan sampai minta nambah lagi.
"Alhamdulillah, enak banget. Ternyata kamu pinter masak juga ya.
Tadi buburnya juga sangat lezat makanya langsung habis. Nanti kalau kamu gak capek, masakin buat mas lagi ya." balas mas Hamzah dengan senyuman lebar, dan hatiku rasanya senang luar biasa.
"Mas!
Mas Hamzah!
Keluar kamu, mas. Keluar!"
Deg, suara teriakan itu, sebentar lagi pasti akan ada masalah yang diciptakan lagi.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Ayah Aku Juga Anakmu
#Tentang Luka istri kedua
Novel on going :
#Wanita sebatang kara
#Ganti Istri
#Ternyata aku yang kedua
Novel Tamat :
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
say
maaf ya Thor klo saya suka komen yg aga2 marah2🙈🤭 itu saking aku mendalami isi cerita, jd suka terbawa esmosi jiwa, bukan marah sama othor ya☺️☺️✌️🙏🙏
berarti othor berhasil mengobok2 hatiku☺️😘🙏
2023-06-12
1
say
hadeuuuhhh mak lampir udah pulang🤦♀️
2023-06-12
1
say
hiii.... typo ya Thor 🤭 ko jadi mas Ilham sih😁 kan mas Hamzah 😁✌️
2023-06-12
1