Chapter 05

Satu Minggu kemudian.

"Kamera on. Peserta pertama boleh masuk!" Seorang kameramen berteriak.

Andrew, Alia dan Loka mengangguk. Mereka segera duduk di kursi yang sudah disediakan. Dan tidak lama setelah itu, seorang pria datang memasuki galeri, mendorong sebuah troli dimana makanan yang sudah siap berada di sana.

"Halo Chef." Dia menyapa, dan berdiri di balik bench.

"Halo." Alia menyapa balik, dengan senyuman tipisnya seperti biasa.

"Siapa dan dari mana." Andrew ikut bertanya.

Sementara Loka diam menatap tajam, dengan kedua tangan yang dilipat diatas dada.

"Perkenalkan nama saya Riki dari Sukabumi, Chef." Katanya, dengan raut wajah yang terlihat memerah, dan gestur tubuh yang tampak gugup sampai peserta itu terus mempermainkan ke sepuluh jari-jemarinya.

"Mau masak apa?" Loka akhirnya membuka suara.

"Soto Madura Chef!" Katanya.

Raut wajah Loka seketika merengut, memutar kedua bola matanya lalu menoleh ke arah samping, menatap teman-temannya satu-persatu.

"Kamu orang Sukabumi?" Loka berucap kembali.

"Iya Chef. Sahutnya sambil tersenyum malu-malu.

"Loh, ini aneh! Kamu orang Sukabumi tapi kok masaknya soto Madura! Gimana sih?" Loka dengan ketus.

Andrew dan Alia tersenyum-senyum.

"Mmmm, …"

Belum sempat Riki berbicara banyak. Loka kembali berbicara.

"Ini bukan masalah boleh atau nggak boleh yah! Sebenarnya tidak apa-apa, tapi kenapa kamu bawa makanan khas Madura? Sementara Sukabumi juga punya berbagai macam masakan. Ada nasi tutug oncom dan sebagainya." Ujar Loka.

"Mungkin maksud Chef Loka kenapa kamu tidak membawa masakan sunda ke galeri sini!" Alia menatap Loka.

Dan kembali mengalihkan pandangan pada pria yang saat ini berdiri sambil terus tersenyum-senyum.

"Kenapa kamu bawa soto Madura?"

Loka bertanya lagi, tapi sekarang dengan suara yang lebih lembut daripada sebelumnya.

"Karena saya suka soto Madura Chef."

Dan jawaban itu membuat semua juri mengangguk-anggukan kepalanya. Bahkan Alia terus tersenyum, berusaha membuat suasana galeri tidak terlalu menegangkan karena pembawaan Loka yang selalu terlihat sedikit menyeramkan.

"Baiklah, saya kasih kamu waktu lima menit. Silahkan mulai dari sekarang!"

Pria yang di maksud pun menganggukan kepalanya. Dia mulai meletakan satu panci berukuran kecil di atas kompor, kemudian menyalakannya. Tak lupa menyiapkan satu mangkuk, mengisinya dengan mie soun dan suwiran ayam yang terlihat cukup besar.

Alia bangkit, dia tampak berjalan mendekati bench peserta, dan berdiri di sana untuk melihat-lihat.

"Bagaimana? Kamu pede dengan apa yang bawa sekarang?" Tanya Alia.

"Pede, Chef. Soalnya sering masak ini di rumah!"

Alia mengangguk, dengan pandangan yang tidak teralihkan sama sekali. Membuat tangan Riki bergetar hebat dengan dada yang berdebar-debar.

"Kenapa?" Alia tertawa.

"Grogi Chef."

Alia tertawa lagi, bahkan kali ini lebih kencang terdengar.

"Ayam apa yang kamu pakai?" Alia mengalihkan pembicaraan.

"Ayam kampung Chef." Dia menjawabnya. "Di presto dulu, terus di goreng. Dan setelah itu baru saya suwir asal." Pria itu menjelaskan.

Alia mengangguk mendengar penjelasan peserta di hadapannya.

"Semoga hidangan ini membuat kamu mendapatkan apron yah! Tidak apa-apa sederhana, tapi satu yang harus dipikirkan, yaitu rasa. Sederhana, enak! Itu bisa kami pertimbangkan, tapi kalau sudah sederhana, tapi rasanya jauh dari ekspektasi, … siap-siap saja! Karena standar galeri itu tinggi." Alia memperingati.

"Siap Chef."

Dan setelah waktu yang ditentukan mulai habis, Andrew mulai menghitung mundur. Sementara Riki masih asik membuat plating sotonya terlihat sangat menari.

"Enam, … lima, … empat, … tiga, … dua, … satu, … Waktu habis!" Tegas Andrew.

Riki mengangkat kedua tangannya.

Loka bangkit terlebih dahulu, berjalan mendekati bench Riki, dimana semangkuk soto Madura sudah tersaji disana.

"Bagaimana? sulit?" Dia menatap soto Madura milik Riki.

Sebuah mangkuk berukuran cukup besar, dengan soto kuah kuning, yang terdapat mie soun, suwiran ayam, potongan jeruk nipis, juga telur rebus.

Loka meraih sendok yang sudah disediakan disana, menatap Riki terlebih dahulu dengan tatapan tajam dan menusuk, lalu kemudian membungkuk untuk membawa mangkuk kecil, dan memasukan beberapa sendok soto kedalam mangkuknya untuk di cicipi. Tak lupa Loka menambahkan sambal dan perasan jeruk nipis yang juga Riki sediakan di salah satu mangkuk kecil.

Riki diam mematung, apalagi saat Loka mencicipinya dengan begitu detail. Pertama kuah, lalu soun, suwiran ayam, sampai raut wajahnya terlihat berubah-ubah.

Kemudian Loka pergi tanpa sepatah katapun.

"Soto Madura. Ini salah satu kesukaan saya juga, jadi saya mempunyai harapan yang tinggi dari soto Madura buatan kamu." Andrew mendekat.

Dia meraih mangkuk kecil dan juga sendok, lalu membawa beberapa kondimen untuk dia nilai dari masing-masing bahan. Entah itu tinggal kematangan ayam, mie soun, dan rasa dari kuah sotonya itu sendiri.

Dan pria itu pun melakukan hal yang sama, pergi tanpa sepatah katapun, untuk kemudian duduk di tempat semula.

"Kenapa?" Alia mendekat.

"Nggak Chef, aku takut nggak bisa dapetin apron."

Alia tidak langsung menjawab, dia memfokuskan diri untuk mencicipi soto tersebut. Sampai akhirnya dia mengarahkan pandangan kepada Riki, dengan mulut yang masih dipenuhi satu sendok yang sempat dia makan.

"Kamu sudah menyiapkan mie soun yang matang yah!?" Tanya Alia.

Riki menjawab dengan anggukan.

"Hemmm, … teksturnya sudah sangat buruk." Setelah mengatakan itu Alia berbalik badan, kemudian kembali dan duduk diantara Loka dan Andrew.

Sementara Riki mematung mendengar komentar dari Alia. Nyalinya semakin menciut, tatapan Loka yang tajam, Andrew yang tidak terlalu banyak bicara, dengan komentar Alia demikian, membuat Riki merasa ragu jika dirinya bisa mendapatkan apron dan masuk ke tahap seleksi selanjutnya.

"Chef Andrew, … silahkan!" Kata Alia sambil tersenyum.

"Eee, … untuk kuah sotonya enak, daging ayamnya kenyal, flavour nya masih oke, walaupun seperti kamu terlalu banyak memakai kunyit dan hampir merubah rasa dari kuahnya itu sendiri." Andrew memberikan komentar.

"Thank you, Chef Andrew." Ucap Riki.

"Ya, saya setuju dengan apa yang Chef Andrew katakan. Kuahnya sendiri terlalu kunyit, beruntung ada jeruk nipis yang bisa sedikit menyembunyikan bau strong dan dari rasa pahit kunyit itu sendiri. Untuk mie soun, karena menyiapkannya tidak terlalu memakan waktu, seharusnya kamu bisa merebus itu tadi setelah start, hingga kamu masih dapat mempertahankan teksturnya." Alia tersenyum.

Lalu wanita itu menoleh ke arah Loka.

"Saya tidak akan banyak bicara, karena semuanya sudah dikomentari Alia dan Andrew. Saya cuma mau bilang, mie soun nya terlalu lembek, dan saya tidak suka itu. Kuahnya enak, suwiran ayamnya sesuai. Tapi ingat, ini ajang memasak yang sangat bergengsi, semuanya tidak cukup hanya karena beberapa kesalahan masih bisa ditutupi oleh kelebihan yang lain." Jelas Loka.

Riki mengangguk. Dan untuk beberapa saat keadaan menjadi hening. Membuat Riki semakin merasa gugup, dan ragu atas apa yang dia lakukan.

"Kenapa juga nggak kepikiran masak mie soun nya disini!" Batinnya berbicara.

Dia merutuki apa yang dia lakukan.

"Bagaimana Chef Loka?" Alia bertanya, seraya menoleh dan menatap rekannya lekat-lekat.

"No!" Ucap Loka tanpa basa-basi.

"Thank you, Chef Loka!" Riki menghela nafasnya dengan raut wajah kecewa.

"Chef Andrew?" Alia beralih pada satu rekannya lagi.

"Seperti yang saya sudah bilang. Saya suka soto Madura buatkan kamu, … meskipun mie soun nya sudah bertekstur aneh. Tapi kondimen yang lain masih bisa menyelamatkan! Jadi saya yes." Andrew tersenyum.

"Terimakasih, Chef Andrew."

Riki merapatkan telapak tangannya, kemudian meletakan di hadapan mulut, dengan perasaan berdebar-debar.

"Seasoningnya bagus, perpaduan antara asin, gurih, asam, juga sedikit rasa pedas karena kamu menyiapkan sambal dan potongan jeruk nipis, saya menyukainya. Tapi ingat, penggunaan kunyit itu seadanya saja, tidak boleh terlalu too much karena akan mengubah rasa dari kuahnya itu sendiri, benar kata Chaf Andrew tadi." Ujar Alia.

"Siap, Chef."

Alia tersenyum, dia bangkit dari duduknya, berjalan mendekati salah satu tempat penyimpanan, membawa satu apron dan segera memberikannya kepada Riki.

"Saya, yes. Kamu lolos untuk seleksi selanjutnya, tapi ingat! Ini galeri, kamu tidak bisa menganggap remeh. Ada banyak orang-orang dengan kemampuan memasak yang sangat luar biasa, jadilah yang terbaik dari yang pailing baik, karena persaingan akan semakin sengit." Kata Alia.

Riki mengangguk, dia segera meraih apron putih yang Alia sodorkan. Kemudian memakainya dengan perasaan bahagia.

"Thank you, Chef." Katanya, lalu mengulurkan tangan, yang seketika di raih oleh Alia.

"Ya."

Riki maju mendekat, lalu meraih tangan dari masing-masing Chef juri.

"Setelah ini kamu harus membuat hidangan yang dapat memukau saya, oke?" Loka kepada Riki.

"Siap, Chef Loka."

"Congrats, ya. Selamat berjuang, akan ada banyak tantangan di dalam sana. Dan ini baru saja permulaan!" Kata Andrew saat peserta itu menjabat tangannya.

"Terimakasih banyak, Chef."

Terpopuler

Comments

Tri Sulistyowati

Tri Sulistyowati

loka ini mirip Juna

2023-07-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!