5. Kejam

Kejam

Keenan masih terdiam di tempatnya. Ia berjalan mendekati sosok wanita yang tengah tertidur di sofa ruang tamu. Ia menundukkan wajahnya dan menyibakkan rambut wanita itu. Maka terlihat lah wajah cantik dari Clara yang tengah tertidur.

Senyum miring terlihat di wajahnya. Ia bersedih pelan. “Cih, apa dia pikir aku akan simpati padanya dengan dia melakukan hal ini? Aku justru malah semakin jengkel dengan dirimu. Kau sengaja melakukan semua ini hanya untuk mencari perhatian dariku. Tapi aku enggak akan peduli dengan hal itu. Kau harus menderita atas pilihan yang kau ambil,” desis Keenan

Ia menegakkan tubuhnya dan berjalan berlalu dari hadapan Clara yang masih tertidur di sana. Bahkan, tak ada keinginan dari pria itu untuk memindahkan tubuh Clara ke kamarnya. Tentu saja jawabannya ia sama sekali tak peduli dengan hal itu.

Keenan lebih memilih untuk membersihkan tubuhnya itu karena saat ini tubuh dan pikirannya sangat lelah. Setelah membersihkan tubuhnya itu, ia beranjak untuk segera mengistirahatkan tubuhnya itu.

Saat ia mencoba untuk menutup matanya itu, tiba-tiba saja matanya kembali terbuka. Entah kenapa pikirannya kembali melayang pada Clara yang tertidur di luar.

“Akh! Ngapain juga aku pikirin wanita itu? Mending sekarang aku tidur aja. Aku sudah sangat lelah saat ini,” gumam Keenan yang lebih memilih untuk fokus mengistirahatkan tubuhnya itu.

“Hmm. Enggh! Auhh, tubuhku sakit,” keluh Clara yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Ia cukup terkejut kala ia terbangun di sofa ruang tamu. Ia melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul lima pagi.

“Bagaimana bisa aku tertidur disaat pria itu belum pulang?” gumam Clara

Ia memegangi pinggangnya yang cukup nyeri karena tertidur di sofa. Ia berjalan menaiki tangga dengan perlahan. Ia harus menunaikan kewajibannya untuk salat.

Setelah salat, Clara membersihkan tubuhnya yang cukup letih. Tadi malam ia tidur terlalu larut karena menunggu sang suami pulang ke rumah. Entah suaminya itu sudah pulang atau tidak.

Tubuhnya sudah cukup segar karena sudah ia bersihkan tubuhnya. Setelah memakai pakaiannya, Clara berjalan keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju dapur.

Saat sampai di dapur, ia melihat seorang pelayan yang sudah ia kenal.

“Pagi Bibi Nani!” sapa Clara

Wanita paruh baya itu menolehkan wajahnya dan tersenyum lebar pada Clara. “Pagi juga Nyonya!” sapa balik Bibi Nani

“Ihh, Bibi ini. Saya sudah bilang jangan panggil dengan embel-embel ‘Nyonya’. Saya enggak biasa tau,” keluh Clara

Bibi Nani terkekeh pelan mendengar nada protas dari Clara. “Saya tidak bisa dong kalau kayak gitu. Nyonya kan istri Tuan Muda. Sudah seharusnya saya memanggil seperti itu bukan,” timpal Bibi Hani

“Yahh, Bibi panggil saya ‘Nyonya’ disaat ada orang aja. Tapi jika kita berdua, panggil saya Clara aja. Saya enggak mau terlalu formal,” balas Clara

“Baiklah Clara! Bibi Nani mengerti,” balas Bibi Nani balik.

Keduanya langsung tertawa bersama.

“Oh ya, Bi. Saya boleh tanya tidak?” pinta Clara

“Apa? Tanya saja,” jawab Bibi Nani

“Hmm, apa Kak Keenan memang tak suka sarapan pagi?” tanya Clara hati-hati.

“Sebenernya bukan tak suka. Biasanya Tuan Muda hanya meminum kopi dan biasanya juga hanya memakan selembar roti,” jawab Bibi Nani

Clara agak terkejut mendengar hal itu. “Bukankah itu tak terlalu baik untuk minum kopi di pagi hari? Apalagi dia minum kopi hitam,” timpal Clara

“Bibi sudah pernah menawarkan untuk dibuatkan makanan yang lain saja. Tapi Tuan Muda tak mau,” balas Bibi Nani

Clara memasang wajah berpikirnya. “Saya akan membuatkan Kak Keenan sarapan,” ujar Clara

Bibi Nani terlihat tertegun dengan apa yang dikatakan oleh Clara. “Sebaiknya jangan Clara. Bibi tidak mau kamu terkena amarah dari Tuan Muda. Tuan Muda itu memiliki tempramen yang buruk,” timpal Bibi Nani yang ingin menahan agar Clara tak membuatkan sarapan untuk Keenan.

Clara menggelengkan kepalanya pelan. “Tak apa-apa, Bibi. Ini sudah tugasku sebagai istrinya. Oh ya, apa Kak Keenan sudah pulang?” tanya Clara yang baru mengingat kalau dirinya belum melihat Keenan daritadi.

“Tuan Muda sudah pulang, Clara. Tadi Bibi lihat Tuan Muda masuk ke kamar malam itu,” jawab Bibi Nani

Clara merasakan sakit di dadanya. Itu berarti harusnya Keenan melihatnya tertidur di ruang tamu malam itu. Tapi, pria itu tak ada rasa kasihan untuk mengangkatnya ke kamarnya.

Untuk apa aku berpikir seperti itu? Lagian, sejak awal Kak Keenan tidak menganggapku. Tak apa, Clara. Kau harus sabar menjalaninya ~ batin Clara

Clara mulai memasak buat suaminya itu. Entah Keenan akan terima atau tidak. Yang terpenting ia sudah menjalankan tugasnya sebagai istri.

Ia membuat sarapan berupa nasi goreng untuk suaminya itu. Setelah selesai, ia langsung membawa makanan itu ke atas meja makan. Baru saja ia menaruh makanan itu ke atas meja, bersamaan dengan suara sepatu pantofel yang berjalan menuruni tangga.

Clara melihat sang suami yang sudah rapi dengan setelan jas navy blue. Tetap saja, hanya wajah datar yang ditampilkan oleh pria itu.

Keenan berjalan ke arah meja makan dan di sana ia mengeryitkan dahinya melihat makanan di atas meja makan.

“A-Aku membuatkan sarapan untukmu,” ucap Clara

Keenan langsung menatap ke arah Clara yang menatapnya dengan gugup. Ia mengeluarkan napas kasar.

“Apa kau tidak mengingat kata-kataku kemarin?” tanya Keenan dengan nada penuh penekanan.

“I-Itu....”

“Aku sudah bilang padamu kalau aku tak perlu diperhatikan olehmu. Aku enggak peduli apa yang kau lakukan. Aku sudah memperingatimu untuk tak menggangguku. Apa itu kurang jelas di telingamu? Sepertinya kau perlu ke dokter THT untuk memeriksa telingamu itu,” sarkas Keenan dengan tatapan tajam.

Clara cukup tertegun dengan nada yang begitu tajam itu. Tapi ia tak boleh nyerah.

“Aku membuatkan sarapan untukmu karena ini adalah kewajibanku sebagai istri. Dan aku....”

“Apa kau bilang?! Istri?!” potong Keenan yang membuat Clara menatap bingung padanya.

“I-Iya”

Seketika Keenan tertawa dengan keras. Atau lebih tepatnya tertawa remeh.

“Kau itu bodoh atau pikun sih? Sejak kapan aku menganggapmu itu istriku? Cih, kau sama sekali tak pantas bersanding denganku. Kau mau tau kenapa? Aku tak suka dengan gadis kecil seperti dirimu ini. Aku juga enggak suka dengan seseorang yang menerima apa saja yang dilakukan untuknya. Jadi, mulai dari sekarang jangan pernah mengurusi kehidupanku. Dan ini,” jelas Keenan seraya mengambil piring yang berisi nasi goreng itu.

Clara penasaran apa yang akan dilakukan oleh Keenan pada makanan yang ia buat itu.

Keenan berjalan ke arah bak sampah dan langsung membuang semua makanan itu ke dalam. Sontak hal itu membuat Clara melebarkan matanya melihat apa yang dilakukan oleh pria itu.

“Ke-Kenapa kau membuangnya?” tanya Clara

Keenan berbalik menatap ke arah Clara. Ia berdiri di depan wanita itu dan menatapnya dengan dingin.

“Kau mau tau kenapa?” tanya Keenan

Belum saja Clara ingin berkata, tiba-tiba saja Keenan membanting piring yang ada di tangannya sehingga menimbulkan suara nyaring. Sontak Clara menutup matanya karena suara yang begitu nyaring itu.

Keenan mencapit dagu Clara dengan kuat. “Buka matamu!” sentak Keenan

Perlahan Clara membuka matanya. Ia cukup takut melihat sikap Keenan yang seperti ini.

“Lihat ini! Lihat piring yang pecah ini. Itulah dirimu. Kau itu hanya sebuah piring yang pecah. Dan jika ingin ditampal hanya akan menimbulkan bekas. Kau harus ingat kalau kau itu bukan istriku yang sebenarnya. Ingat satu hal, kau itu hanya pengganti saja,” hina Keenan seraya membuang wajah Clara hingga wanita itu terjatuh ke lantai.

Tangan Clara diinjak dengan keras oleh Keenan hingga membuat tangan Clara tertusuk oleh pecahan piring itu.

“Akh! Sakittt!” jerit Clara dengan air mata yang keluar dengan cukup deras.

“Tu-Tua Muda, tolong jangan injak tangan Nyonya. Saya mohon,” pinta Bibi Nani dengan wajah memelas.

Keenan mengangkat kakinya. Ia memandang sinis pada Clara. “Kalau kau menggangguku lagi, aku akan berikan hukuman yang lebih dari ini. Kau mengerti?!” gerak Keenan seraya berlalu dari hadapan keduanya.

“A-Clara, ayo bangun. Kita obati tanganmu dulu,” ucap Bibi Nani seraya membantu Clara untuk bangun.

Clara berjalan perlahan dan duduk di meja pantry dapur. Bibi Nani berjalan mengambil kotak P3K dan duduk di dekat Clara.

Air mata masih mengalir dengan deras di wajahnya. Ia tak menyangka jika Keenan akan sekejam itu hanya karena ia membuatkan sarapan untuk pria itu.

“Tahan yah. Ini akan sangat perih. Tapi kalau enggak diobati akan infeksi,” ucap Bibi Nani yang mulai mengobati tangan Clara yang terluka.

Lukanya begitu dalam, sampai Bibi Nani harus mengeluarkan dulu pecahan di tangan Clara. Bibi Nani melihat ke arah Clara yang hanya diam saja dengan tatapan kosong. Karena bukan tangannya yang sakit, tapi hatinya yang saat ini sangat sakit karena perkataan Keenan.

“Nah, sudah selesai. Untuk saat ini, luka ini jangan sampai terkena air dulu. Kamu bisa panggil Bibi jika butuh sesuatu,” ucap Bibi Nani

Clara melihat ke arah tangannya yang diperban. “Makasih yah Bi. Bibi sudah bantu saya tadi. Tapi, lain kali jangan lagi yah. Saya tak mau kalau Bibi jadi ikutan terlibat dan malah akan terkena marah juga,” jelas Clara

Bibi Nani mengangkat wajah Clara. Ia menggelengkan kepalanya seraya menghapus air mata Clara.

“Mana mungkin Bibi bisa membiarkan dirimu terluka seperti tadi. Kamu tenang aja, Bibi tak apa-apa terkena marah nantinya. Yang penting kamu enggak apa-apa,” timpal Bibi Nani

Bibi Nani meraih Clara dan memeluknya dengan erat. Ia mengelus punggung wanita itu dengan pelan untuk membiarkannya tenang.

“Apakah tanganmu terasa sangat sakit?” tanya Bibi Nani

“Daripada tanganku yang sakit, hati saya lebih sakit Bibi. Saya enggak nyangka saja jika Keenan akan semarah itu hanya karena saya membuatkannya sarapan,” lirih Clara dengan tatapan sedih.

“Lain kali kamu jangan lakukan lagi yah. Nanti yang ada Tuan Muda akan lebih marah lagi. Atau kamu jangan terlalu mengurusi kehidupan Tuan Muda aja. Bibi khawatir denganmu,” jelas Bibi Nani

Clara memikirkan apa yang dikatakan oleh Bibi Nani. Apakah ia tak seharusnya mengurusi kehidupan Keenan? Tapi Keenan adalah suaminya saat ini. Terlepas dari sikap kejam padanya. Ia tak mau dipandang sebagai istri yang durhaka oleh Tuhan.

“Clara?!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!