Setelah seminggu yang lalu tidak sengaja bertemu dengan Sabintang, Rembulan menjalani rutinitasnya seperti biasa. Mengelola butik dengan desainnya sendiri. Setelah tamat Sekolah Menengah Atas, Rembulan melanjutkan pendidikan di Prancis dengan jurusan Design. Bekerja sambil kuliah tidak membuat Rembulan merasa terbebani, sebaliknya, gadis itu cukup senang karena dengan kesibukannya, dia tidak memiliki waktu untuk memikirkan masa lalu.
Setelah menyelesaikan pendidikan, Rembulan kembali ke Indonesia dan membangun butik di bantu Zico yang selalu ada menemaninya dari nol. Sekarang, butiknya selalu ramai dan mempunyai 5 cabang besar di kota yang ada di Indonesia.
‘AGNES BOUTIQUE’
“Selamat datang di Butik Agnes” Sapa Pramuniaga.
“Kenapa sih Lo ajak ke butik segala? Pake acara mengancam Gue ke Mama lagi”
“Lo bisa diam enggak sih? Gue cuma minta Lo temani bukan minta di bayari”
Perdebatan dua manusia itu membuat para pengunjung melihat ke arah mereka, termasuk Rembulan.
Untuk beberapa detik, mata Rembulan memancarkan ekspresi kaget, namun dengan lihai gadis itu menetralkan ekspresinya.
“Ehm, Tolong jangan buat keributan!” Ujar Rembulan dingin.
Sontak saja kedua manusia berbeda jenis kelamin itu menoleh dan kaget saat melihat Rembulan.
“Rembulan?” Beo keduanya berbarengan.
“Astaga! Mimpi apa Gue semalam sampai bisa ketemu bidadari” Ujar lelaki itu membuat perempuan di sebelahnya mencubit lengannya.
“Lo ingat kita kan? Gue Raina, dan si kutu kupret ini Jupiteng” Ujar Raina antusias.
Jupiter mendelik kesal, Raina selalu saja mengganti namanya dengan seenaknya.
“Jupiter, bego!”
“Hilih, santuy dong Mamang, meuni nge gass wae” Cibir Raina sambil berkacak pinggang.
Rembulan tersenyum tipis, sangat tipis hingga tidak ada yang menyadari kalau dia sedang tersenyum. Raina dan Jupiter, adalah sepasang sahabat yang sudah bersahabat dari masih di kandungan. Orang tua bersahabat dan rumah bertetangga membuat keduanya sangat dekat. Tiada hari tanpa adu mulut, tapi keduanya tetap saling menyayangi.
“Eh BTW Lo makin cantik saja, Lan” Puji Raina sambil menatap kagum.
“Ya iyalah, enggak kayak Lo, dari dulu sampai sekarang tetap saja burik” Ejek Jupiter membuat Raina kembali mencubit lengan lelaki itu. Raina ini hobi sekali mencubit lengan orang lain, terlebih lengan Jupiter.
“Terserah, sabodo teuing” Ujar Raina kesal.
“Eh Lan, selama ini Lo ke mana saja? Tiba-tiba hilang terus enggak bisa di hubungi” Tanya Raina penasaran.
“Iya Lan, tega banget Lo sama kita. Si Sabintang hampir gila mencari kabar tentang Lo” Ujar Jupiter santai.
Rembulan tertawa di dalam hati, Sabintang mencarinya? Bukannya merasa senang, Rembulan malah semakin muak. Setelah menyakitinya, lelaki itu mencarinya? Untuk apa? Apa lelaki itu tidak puas menyakitinya?
“Gue kuliah di Prancis” Ujar Rembulan datar.
“Widih, keren banget!” Ujar Raina antusias.
Rembulan hanya berdehem menanggapi ucapan Raina.
Tahu kalau ada yang tidak beres dengan sikap Rembulan, Raina memilih bungkam dan akan membicarakannya kepada Jupiter nanti.
“Eh sampai lupa, Gue kesini mau beli baju” Ujar Raina setelah mengingat tujuan awalnya.
“Eh minta nomor Lo yang baru dong” Pinta Raina.
Rembulan mengangguk kemudian menyerahkan nomor ponselnya.
“Jangan dikasih ke siapa pun” Ujar Rembulan datar.
Raina merasa semakin ada yang tidak beres, apa ini ada hubungannya dengan Sabintang? Apa menghilangnya Rembulan dulu karena Sabintang? Tapi kalau begitu, kenapa Sabintang uring-uringan mencari keberadaan Rembulan? Ah memikirkan hubungan orang lain memang bikin pusing.
“Thanks ya Lan. Gue pergi dulu ya, lain kali kita ketemu, gua punya banyak cerita”
Setelah Raina dan Jupiter sedang memilih baju, Rembulan masuk ke dalam ruangan yang berada di lantai atas.
...****************...
*Flash Back On*
“Bintang, Bulan sudah bisa masak loh, Bulan belajar sendiri. Hari ini Bulan masak nasi goreng, kita makan bareng ya”
“Ciee Pagi-pagi sudah di kasih makanan saja, kayak suami Istri” Ejek Wildan membuat wajah Sabintang masam.
“Lo pergi deh Lan, jangan ganggu Gue” Usir Sabintang sambil mengibaskan tangannya.
Senyum Rembulan sirna mendengar ucapan Sabintang, namun 5 detik kemudian Rembulan kembali menerbitkan senyum.
“Bulan bangun pagi-pagi masak buat Bintang”
“Gue enggak peduli, Gue juga enggak minta Lo masak” Ujar Sabintang pedas.
“Hahaha enggak dengar Lo Sabintang ngomong apa? Pergi sana, dasar cewek jelek enggak tahu diri!” Ujar Wildan menghina.
“Tapi Bin-“
Brak!
Kotak nasi yang berada di genggaman Rembulan jatuh saat dengan sengaja Sabintang menyenggolnya, nasi goreng yang susah payah Rembulan buat berserakan di lantai.
“Lo mengerti bahasa manusia enggak sih!” Bentak Sabintang kesal.
Rembulan menatap nanar nasi goreng yang berserakan, tidak terasa air mata mengalir di pipinya. Rembulan jongkok untuk memungut kotak nasinya.
“Kalau Bintang enggak suka, enggak papa, tapi tolong hargai perjuangan Bulan masak buat Bintang” Ujar Rembulan lirih.
Sabintang memandang ke arah lapangan, tidak ingin melihat wajah Rembulan yang penuh air mata.
“Pergi” Ujar Sabintang pelan.
Rembulan meremas kuat kotak bekalnya, “Siang nanti jangan lupa makan ya, Bintang”
Tanpa menunggu jawaban Sabintang, Rembulan berlari kencang menuju toilet.
Wildan menepuk bahu Sabintang, “Yuk cabut, Gue jijik injak lantai bekas cewek jelek itu”
Sabintang menepis tangan Wildan yang masih berada di bahunya, lelaki itu pergi dengan tergesa.
“WOY! SUKA LO SAMA CEWEK JELEK ITU?” teriak Wildan sambil tertawa mengejek.
Tanpa menoleh, Sabintang mengacungkan jari tengahnya, “BACOT”
*flash back off*
“Saat Bulan tiba-tiba menghilang, Lo ada bikin salah sama dia?”
Sabintang menghela nafas, “Hmm. Memangnya kenapa Lo tiba-tiba bertanya soal Bulan, Jup?”
Jupiter memakan baksonya sebelum menjawab pertanyaan Sabintang.
“Kemarin Gue sama Raina ketemu Bulan” Ujar Jupiter santai.
Mata Sabintang membulat sempurna, “Serius Lo? Lo ketemu dia di mana?”
Jupiter mengangguk, “Di Butik yang baru itu loh, yang dekat RS”
“Lo ada nomornya enggak?” Tanya Sabintang antusias.
“Gue sih enggak punya, tapi si Raina kemarin minta” Senyum Sabintang semakin lebar, “Minta dong ke Raina”
“Malas ah, dia lagi marah sama Gue. Lo kan tahu dia kalau marah kayak apa”
Melihat wajah Sabintang kembali lesu, Jupiter menepuk pundak sahabatnya.
“Coba Lo pergi saja ke Butik itu, siapa tahu Bulan ada di sana” Ujar Jupiter memberi saran.
“Bener. Kalau begitu thanks infonya Jup, Gue pergi” Sabintang langsung pergi meninggalkan Jupiter yang melongo heran.
Setelah sampai di Butik yang di maksud Jupiter, Sabintang bergegas masuk.
“Mba, saya mau tanya, Mba kenal dengan Rembulan?”
Si Mba Kasir melongo heran, Rembulan? Siapa itu, dia tidak tahu.
“Maaf Mas, saya tidak kenal dengan orang bernama Rembulan” Si Mba kasir masih menjawab dengan sopan.
“Aduh Mba, kata teman saya dia kemarin ada di sini, Rambutnya warna coklat, wajahnya putih, tinggi, punya lesung pipi di pipi kiri”
“Maaf Mas, Mas bisa mencari ke kantor Polisi dan tolong jika sudah tidak ada urusan Mas bisa pergi”
Sabintang mengacak rambutnya frustrasi, “Masa Mba enggak tahu sih!” Gerutunya kesal.
Si Mba kasir semakin dongkol saja, meskipun lelaki di depannya ganteng, percuma kalau otaknya di taruh di dengkul. Begitu pikirnya.
“Mas mau pergi sendiri apa di temani satpam?”
Akhirnya Sabintang pergi dengan kesal, lihat saja besok dia akan datang lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments