Qiana membuka matanya perlahan, ia masih tidak percaya kalau pria yang tengah memeluknya ini adalah Reino , pemuda yang di cintainya dalam diam.
Qiana pun sedikit mencubit pipinya.
" Auuuww...sakit ternyata , ini kenyataan bukanlah mimpi , kamu sudah jadi milik ku Rei , mimpiku jadi nyata ".
" Kau tau Rei , aku sangat mencintai kamu , aku tidak ingin apa - apa lagi , asalkan bisa hidup bersama dengan kamu sampai maut memisahkan ". Qiana memcium bibir Rei sekilas , takut Rei terbangun.
Padahal Rei sudah bangun dari tadi , hatinya menghangat dengan ucapan istrinya.
" Mau kemana?". Rey makin memeluk pinggang Qiana , Ketika wanita itu hendak bangun.
" Mau ke kamar mandi , kamu sudah bangun Rei ?".
" Sudah ".
" Dari tadi kah ?".
" Iya dari tadi ".
" Jadi, kamu mendengar semua yang aku ucapkan dan apa yang aku lakukan tadi ?". pipi Qiana bersemu merah, ia malu.
" Tentu saja, coba ulangi , yang kamu lakukan tadi !".
" Yang mana Rei...aku tidak mau ".
" Ck...saat kamu mencium bibir ku , ayolah sayang , aku tidak akan melepaskan kamu , sebelum bibir mu mendarat di bibir ku ".
" Tapi aku malu Rei ".
" Kita ada di kamar Qi , enggak akan ada yang lihat , buruan sayang...".
Qiana mengikuti perintah suaminya, tapi ketika bibirnya sudah bersentuhan dengan bibir Rei , dengan cepat Rei meraih tengkuk Qiana.
Pagi menjelang subuh itu , Rei kembali membawa Qiana terbang ke angkasa.
Rei dan Qia begitu bahagia , hari - hari mereka lalui dengan penuh senyum , cinta dan sayang mereka makin tumbuh dengan kuat.
Hingga tanpa terasa ujian telah selesai dan mereka semua dinyatakan lulus . Malam ini mereka berdua merayakannya bersama teman - teman mereka.
Mereka pulang sudah cukup malam . Tanpa mereka ketahui sang Nyonya rumah sudah pulang dari luar negeri.
" Sayang , kita mulai projek bikin anak ya , kan sudah lulus , aku juga akan meresmikan pernikahan kita ".
" Aku mau Rei, tapi bukannya sudah sebulan ini kamu engga pake pengaman ya ".
" He...he..he memang iya , aku sengaja, kamu baru sadar ya ".
Bibir Qiana mencebik...menyebalkan, lirihnya.
Rei tertawa, tapi sedetik kemudian ia langsung menerjang sang istri untuk mewujudkan keinginannya memiliki keturunan dari rahim Qiana.
Paginya Rei dan Qia di kejutkan ketika melihat Mami Rieta sudah berada di meja makan.
Melihat sang anak bergandeng mesra bersama anak pembantunya, apalagi mereka turun berdua dari atas , tentu saja banyak pikiran buruk berseliweran di otaknya.
" Mam , kapan balik , kok enggak ngasih kabar sama Rei ". Rei melepas genggaman tangannya dari Qiana, ia mendekat ke arah sang Mami lalu memeluknya.
" Rei kangen sama Mami ".
" Mami juga kangen sama Rei , duduklah !! kita sarapan dulu , baru nanti kita bicara ".
Melihat suasana yang tidak enak , Qiana berjalan menjauh dari ibu dan anak itu.
" Qia....mau kemana ?".
" Ak.. aku mau ke belakang ". jawab Qiana gugup...apalagi melihat tatapan tajam dari Nyonya Rieta.
" Duduk di sini sayang , kita sarapan bersama Mami ". Rei langsung menarik tangan istrinya , agar duduk di sebelahnya.
Mami Rieta tetap diam tak ada respon darinya sedikitpun, ia akan meminta penjelasan setelah mengisi perutnya.
Makanan yang ada di depan Qiana begitu sulit untuk di telan , seperti bongkahan batu. Ia tau ini tidak baik - baik saja , ia berusaha menyembunyikan kegundahannya.
" Temui Mami di ruang kerja Papi !". Mami Rieta lebih dahulu meninggalkan meja makan.
" Kamu sendiri Rei !". ucapnya lagi.
" Pergilah Rei , jangan buat Mami kamu menunggu , aku akan membereskan ini terlebih dahulu, nanti kamu bisa mencariku di kamar belakang ". Maksud Qiana adalah kamarnya dulu sebelum ia menikah dengan Reino.
" Baik , aku akan temui Mami dulu ".
Tok..Tok..Tok...
" Masuk Rei !".
" Ada yang mau kamu ceritakan pada Mami ?".
" Apa yang harus aku ceritakan ".
" Reiiii...., apa yang kamu lakukan bersama Qiana , kalian tidak berbuat zina kan ".
" Astagfirullahaladzim Mami ngomong apaan sih , kami sudah menikah , jadi tidak ada yang namanya zina ". Rei tidak terima dengan ucapan Maminya.
Mami Rieta tersenyum miring , akhirnya mengaku juga nih anak , ucapnya dalam hati.
" Mami tidak marah kan , karena aku menikahi Qiana tanpa sepengetahuan Mami dan Papi ".
" Buat apa marah , toh semuanya sudah terjadi ". Rei bisa bernafas dengan lega.
" Kamu sekarang sudah lulus , jadi bersiaplah , kamu akan ikut Mami besok lusa , Mami dan Papi sudah mendaftarkan kamu kuliah di sana !".
" Tapi aku mau kuliah di sini Mam , aku tidak bisa meninggalkan Istriku ". tolak Reino.
" Tidak bisa Rei , ini sudah keputusan kami ".
" Kalo begitu biarkan aku membawa Qiana ikut bersamaku ". mohon Reino.
" Itu juga tidak bisa , Ceraikan dia...kalian kan hanya menikah siri, jadi lebih mudah untuk menceraikan Qiana ".
" Baiklah, kalo begitu aku akan tetap di sini bersama istriku ".
" Kamu menantang Mami Rei , kamu mau jadi anak durhaka, apa kamu ingin terjadi sesuatu pada Qiana dan kedua Orang tuanya ".
" Jangan sentuh mereka Mam ".
" Semua keputusan ada di tangan kamu , kamu pasti tau apa akan yang Papi kamu lakukan pada mereka , Mami tunggu jawaban kamu besok....jadi segeralah ceraikan Qiana ".
Qiana menutup mulutnya , secepat kilat ia meninggalkan tempat itu, ketika mendengar langkah kaki mendekat ke arah pintu.
Arrgggghhhhh....Rei mengerang , ia memukul tembok di sana , air matanya pun mengalir , sungguh keputusan yang sangat berat.
Seharian ini Rei dan Qia tidak bertemu , Rei mengurung dirinya di ruangan kerja Papinya.
" Maafkan aku Qia...maafkan aku ". Semalaman Rei masih di ruangan itu , meninggalkan Qiana atau tetap bertahan, tapi pasti itu tidak akan mudah , yang ia takutkan sang Papi akan menyakiti wanita yang sangat di cintainya itu.
Di ruangan lain , Qiana sama seperti Reino...ia tidak berhenti menangis , sampai ia kelelahan .
Ternyata sang Mami memajukan keberangkatannya....dia tak sendiri, Reino ada bersamanya.
Jangan lupa dukungannya 👍🏻
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments