"Apa ini sepeda'mu?" tanya Dista.
"Yah, ini sepeda'ku"
"Sungguh, tapi siapa yang melakukan ini? ban nya sampai terpisah" ucap Dista.
Ayla menatap sepedanya yang sudah tak terbentuk. Kedua bannya sudah terpisah dan juga bannya tampak sengaja di tlrobek oleh benda tajam.
Hahahaha...
Terdengar suara tawa dari arah belakang mereka. Ayla dan Dista menoleh ke sumber suara itu.
"Kasian... sepedanya rusak, yah..?" Enak Tasya.
Hahah ... Teman-temannya kembali tertawa.
"Enggak bisa pulang, deh" ejek Sofia
Mereka tidak berhenti mengejek Ayla.
"Kalain kan yang melakukan ini?" Ucap Dista.
"Kok, main tuduh-tuduh orang" Ucap Tasya.
"Siapa lagi yang akan melakukan ini jika bukan kalian!" Dista mulai emosi.
"Yee..sepeda jellek itu seharusnya tidak terparkir disekolah ini" Sifa kembali mengejek.
"Itu membuat mata kami sakit, makanya kami membantu membersihkan sampah itu" Ucap Sofia.
Hahahaha.....
Mereka kembali tertawa, setelah mereka puas, mereka pergi meninggalkan Dista dan Ayla, tapi sebelum pergi Tasya menendang sepeda Ayla.
"Makanya jangan bermain-main dengan kami!" Tasya memeringati Ayla.
"Kalian apa-apaan sih!" Dista sangat geram melihat tingkah trio itu.
Ayla hanya diam sejak tadi. Memperhatikan sepedanya yang sudah tak terbentuk. Marah, pasti, tapi Ayla menahan. Dia tidak ingin membuat keributan disana.
Ayla mengambil kedua ban serta badan sepeda miliknya dan membawanya keluar dari sekolah.
"Ehh..Itu mau dibawa ke mana, ayla?" Tanya Dista, saat ia melihat Ayla menentang sepedanya.
"Aku akan membawanya ke bengkel" jawab Ayla.
"Jalan kaki?"
"Iyah, memang kenapa?"
"Tapi bengkel dari sekolah sangat jauh"
"Mau bagaimana lagi, aku juga tidak bisa ke sekolah besok, kalau ini tidak diperbaiki" ujar Ayla.
"Bagaimana kalau kita naik taxi aja?" usul Dista.
"Emm..aku tidak punya uang untuk naik taxi"
"Aku yang akan membayarnya!"
"Tidak perlu. Kamu pulang saja! pasti kamu sudah dijemput"
Ayla melangkah keluar dari gerbang sekolah di ikuti oleh Dista.
"Itu, penjemput'mu sudah datang" tunjuk Ayla pada mobil hitam yang terparkir didekat halte.
Dista kaget, Ayla sudah mengetahui mobil miliknya.
"Di mana kamu tahu, kalau itu mobil'ku?"
"Aku pernah melihat'mu turun dari mobil itu. Saat hari pertama kita sekolah" jelas Ayla.
"Ternyata kau sudah tahu, padahal aku ingin menyembunyikan nya, heheh" Ucap Dista cengengesan.
Ayla hanya tersenyum kecil, "Pulanglah, aku akan ke bengkel"
"Aku akan mengantar'mu kesana!" Tawar Dista.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri" tolak Ayla.
"Tidak-tidak, aku akan mengantar'mu. Tunggu disini, oke!"
"Eh..tapi..." Ayla ingin menolaknya, tapi Dista lebih dulu berlari sebelum dia menyelesaikan perkataannya.
Dista datang ke hadapannya dengan menaiki mobil miliknya.
"Ayo naik!" ajak dista.
Ayla akhirnya pasrah dan menaiki mobil itu. Sepeda miliknya sudah disimpan di bagasi oleh sopir milik Dista.
Mobil itu mulai berjalan membelah jalan raya. Ayla marasa canggung didalam. Ini pertama kalinya dia menaiki mobil mewah.
"Ay.." Panggil Dista.
"Hmm...?"
"Boleh aku tahu dimana rumah'mu?"
"Rumah'ku dekat dari sini, cuman tidak bisa dilalui oleh mobil"
"Kepan-kapan boleh, yah aku kesana!"
Ayla terdiam, dia bukan tidak ingin Dista datang ke rumahnya, tapi dia takut Dista tidak nyaman dengan rumahnya. Apalagi kalau dilihat sepertinya Dista orang kaya.
"Gak boleh, yah?" Dista mengira, Ayla tidak mengizinkannya untuk datang kerumahnya.
"Buk..bukan begitu, tapi..."
"Sudah sampai nona" ucap pak Jang.
Ayla belum menyelesaikan ucapannya, tetapi mereka sudah sampai di bengkel dan akhirnya Ayla tidak jadi melanjutkan perkataannya.
"Terimakasih sudah mengantar'ku" Ayla turun dari mobil dan pak jang menurunkan sepeda milik Ayla.
"Sama-sama" balas Dista tersenyum.
Ayla membawa sepedanya ke bengkel.
"Paman, perbaiki sepeda Ayla, yah!" ucap Ayla pada pemilik bengkel.
"Astaghfirullah. Kenapa sepeda bisa terpisah begini!" pekik paman Han.
Ayla sudah sangat dekat dengan paman Han, pemilik dari bengkel itu. Ayla selalu ke bengkel itu saat terjadi sesuatu pada sepedanya atau hanya ingin mengisi angin saja.
"Biasalah paman, anak yang gak suka sama Ayla"
"Tapi ini sangat keterlaluan, Ayla!"
"Mau bagaimana lagi, paman"
Ayla menunggu disana sampai sepedanya selesai diperbaiki.
"Sudah selesai, nih" ucap paman Han.
"Harganya berapa, paman" tanya Ayla.
"Lima puluh ribu saja"
"Ini paman, pas, kan?" tanya Ayla, saat ia sudah memberikan uangnya.
"Iyah, pas"
"Ayla pamit, paman"
"Hati-hati"
Ayla mengayuh sepedanya pulang ke rumah. Dalam perjalan Ayla termenung. Uang yang ia bawa untuk membeli bahan makanan nantinya, tapi sepedanya malah rusak. Uang itu habis, padahal sudah tidak ada makanan yang akan dimakan nanti.
Ayla menghentikan sepedanya, memeriksa apakah masih ada uang yang tersisa untuk membeli bahan makanan.
"Hah.., hanya tersisa sepuluh ribu. Ini bisa belli apa, yah?" Ayla berfikir uang sepuluh ribu itu cukup untuk apa saja.
"Belli telur aja, deh!" akhirnya Ayla pergi ke warung untuk membeli telur.
Setelah kembali dari membeli telur, Ayla kembali pulang ke rumahnya. Neneknya pasti menunggunya pulang.
Rumah
"Assalamualaikum, nek"
"Waalaikumsalam. Kenapa kamu baru pulang, nak?" ucap nenek moya.
"Sepeda Ayla tadi rusak, nek, jadi Ayla membawanya ke bengkel duku" jelas Ayla.
"Owalah, nenek kira terjadi sesuatu denganmu, nenek sangat khawatir!"
"Ayla baik-baik saja, nek" ucap Ayla dengan tersenyum.
"Syukurlah, kamu bersihkan dirimu setelah itu makan. Nenek sudah masak tadi"
"Nenek sudah masak? dari mana nenek mengambil bahan untuk dimasak? bukan stoknay sudah habis?ini Ayla baru belli telur tadi!" tanya Ayla bingung.
"Tadi, ada ibu-ibu yang kasi nenek tahu dengan sayur, jadi nenek memasaknya" Jelas nenek Moya.
"Benerkah, nek? alhamdulillah, kita dapat rezeki yah, nek?" Ayla sangat senang mendengarnya. Dia tidak merasa khawatir lagi akan kelaparan nantinya.
"Alhamdulillah" ucap nenek Moya.
Ayla pergi membersihkan dirinya, setelah itu dia bergabung dengan sang nenek untuk makan bersama.
"Makanan buatan nenek memang selalu enak" ucap Ayla. Ayla mengangkat jari jempolnya untuk sang nenek.
"Kamu ini bisa saja" nenek Moya merasa malu dengan pujian cucunya.
Ayla tersenyum geli. Dia kembali menyantap makanan itu dengan mata terpejam disertai gelengan kepala sebagai tanda makanan itu sangat enak.
Nenek Moya yang melihat itu tersenyum. Dia mengingat anaknya, ibu dari Ayla.
"Erna, anakmu sudah besar, dia tumbuh sangat cantik. Mamah yakin kamu dan suamimu dapat melihat anakmu disini" batin nenek Moya.
Erna merupakan ibu dari Ayla yang sudah meninggal. Ayla ditinggalkan oleh ibunya saat dia berumur dua belas tahun.
Ayah dari Ayla lebih dulu meninggalkanya saat Ayla berumur sepuluh tahun. Terpaut dua tahun dari kematian sang ibu.
Nenek Moya yang mengingat itu, meneteskan air matanya. Dia buru-buru menghapusnya agar sang cucu tidak melihatnya dan membuatnya khawatir.
.
.
.
Next....
Buat para pembaca, saat membaca cerita ini jangan lupa tinggalkan jejak, yah. itu sangat berharga bagi author.
Like, kome, and vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Dini Novita
sangat meharukan jdi keingat ibuku ibu udh meninggal dunia udh 3 tahun ini rasanya sedih dan hampaaaa bangattt.😞
2024-02-24
0