Dista telah sampai dirumahnya.
"Assalamualaikum" ucap Dista.
"Waalaikumsalam, sayangnya mommy" balas mom Awah, Dia menyambut Dista dengan pelukan hangat.
"Bagaimana sekolahnya hari ini, seru?" Tanya mom Awah, kembali.
"Biasa aja" Balas Dista lesuh.
Mom Awah, yang melihat itu tersenyum.
"Yasudah, ganti baju sana! terus makan, yah!"
"Baik, mom" Dista melangkah kekamar dan melakukan ritual mandinya.
Malam harinya
Di manssion Smith, Mereka semua sedang makan bersama-sama ditaman belakang. Mengadakan barbeque bersama-sama, bahkan disana juga ada para pekerja yang bergabung dengan keluarga Smith.
"Uhhh.., dagingnya gede banget" Dista terpukau melihat daging yang besar-besar itu.
"Makanlah, nona" pinta Tila.
"Terimakasih kak Tila" Dista tersenyum kearahnya.
Dista mengambil daging itu dan hendak memakannya, namun tiba-tiba Dimas mengambil potongan daging itu dan memakannya.
"Ihh, kak Dimas, itu punya dista" pekik Dista.
"Itu daging masih banyak" tunjuk Dimas pada daging tersebut.
"Kenapa bukan kakak saja yang amb daging itu?,"
Dimas tak acuh dan langsung meninggalkan adiknya. Dista sangat kesal dengan kakaknya, dia sampai menggerutu dibuat nya.
Mereka semua makan dengan sangat hikmat, canda, tawa, menjadi satu disana. Tak terasa waktu sudah larut malam, semua anggota yang ada di manssion kembali ke kamar mereka masing-masing, kecuali para pekerja yang harus membereskan tempat itu baru mereka boleh istirahat.
Pagi hari.
"Kenapa semua orang sudah siap sangat pagi?" tanya Dista bingung. Dia melihat semua keluarganya sudah sangat rapi, biasanya sang mommy hanya memakai pakaian biasa dipagi hari, tapi kali ini berbeda.
"Apa kamu tidak tahu, jika pagi ini kakak'mu akan keluar negeri?" mom Awah memberitahu anak bungsunya.
"Apa?" pekik Dista.
"Aku tidak tahu sama Sekali" lanjut Dista.
"Mommy kira kau sudah tahu, karena pesta semalam itu untuk kakak"
Dista benar benar kecewa mendengar. Dia berlari kekamar kakaknya dan memukul pintunya dengan keras.
"Kak dim, buka pintunya!" teriak Dista.
Ceklekkk..
Dimas membuka pintunya dan melihat wajah adiknya yang sudah memerah, dia heran melihat itu.
"Kamu kenapa?"
"Kenapa kakak tidak memberitahu'ku, kalau kakak akan keluar negeri hari ini" wajah Dista sudah sangat memerah, dia berusaha agar air matanya tidak keluar.
"Maafkan kakak, kakak tidak bermaksud seperti itu. Awalnya kakak akan memberitahu'ku saat kita di bandara, ternyata kamu sudah tahu" ujar Dimas.
"Kenapa harus menunggu dibandara?, kan bisa semalam kakak memberitahu'ku"
"Karena, kakak tidak ingin melihat'mu menangis seperti ini" Dimas mengusap air mata Dista yang sudah ingin keluar.
Apa yang dilakukan Dimas membuat Dista tak sanggup menahan air matanya. Air mata itu akhirnya lolos keluar. Dimas yang melihat adiknya menangis, langsung memeluknya. Ini yang dari awal dia tidak ingin memberitahu adiknya, karena pasti dia akan menangis.
Dimas mengusap kepala adiknya dengan sayang.
Srukk..
"Oh astaga, baju'ku jadi banyak ingusnya" pekik Dimas dalam hati.
"Udah yah, nanti kakak ketinggalan pesawat, kamu juga harus ke sekolah" Dimas melepas pelukannya dan mengangkat wajah adiknya yang sudah terlihat banyak ingusnya.
"Aku gak mau, hiks hiks" Dista tidak berhenti menganga dan kembali membenamkan wajahnya.
Dimas pasrah dan menggendong adiknya seperti kuala. Dia melangkah ke lantai bawah, membuat mereka yang ada dibawah kaget melihat putri mereka ada digendong sang kakak.
Mom Awah memberi kode pada Dimas, "Kenapa dia!"
Dimas yang mengerti kode itu menjawab juga, " Dia menangis"
Mom Awah ber Ohh. Mereka akhirnya pergi kebandara dengan diam. membiarkan Dista menempel dengan Dimas.
Bandara.
Mereka sumua mengantarkan Dimas sampai di bandara. Pesawat yang akan ditumpangi Dimas akan segera berangkat.
Dista sudah tidak berada di gendongan Dimas, dia tengah berada disamping sang daddy.
"Mom, Dimas berangkat, yah! "Dimas pamit dengan mommy'nya dan mencium pipinya.
"Iyah sayang, telpon kami jika kau sudah sampai!" Dimas mengangguk.
Kini dia beralih ke daddy'nya.
"Aku pamit, dad!"
"Jangan kecewakan kami!" Daddy memeluk putranya. Kata jangan kecewakan kami, artinya, dua berharap sang anak tidak melakukan tindakan diluar batas.
"Pasti"
Dimas melihat adiknya yang sedang memeluk sang daddy, dia tersenyum melihat adiknya yang tidak mau melihatnya. Apalagi sudah terlihat air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
"Kakak sudah mau pergi, loh. Kamu tidak mau memeluk kakak?" Dimas menggodanya.
Dista tetap tidak ingin melihatnya.
"Yah, kakak gak mau dipeluk.yaudah deh, mom, dad, Dimas pamit yah, soalnya ada yang gak mau peluk aku" Dimas pura-pura sedih dan pura-pura berjalan.
"Yaudah, hati-hati" kata mom dan Daddy bersamaan. Mereka juga sengaja menggoda putri mereka.
"Hiks.. Dista mau kok peluk kakak" Dista berlari dan memeluk Dimas dari belakang.
Dimas tersenyum, saat merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Dia berbalik dan membalas pelukan adiknya.
"Jangan menangis terus, kau tambah jellek kalau menangis terus" Dimas mengejeknya.
"Biarin" jawab Dista ketus.
"Kakak harus pergi, jangan nakal, kasihan mommy sama daddy,"
"Kakak harus janji, bawa'in Dista oleh-oleh,kalau kakak pulang nanti!"
"Kakak janji"
"Awas yah, Kalau gak ada" ancam Dista.
"Iyah, kakak pasti membelinya"
"Yasudah, kakak pergi sanah!" Dista mendorong kakaknya.
"Ih, jahat banget langsung didorong"
"Biarin, bleeeww" Dista menjulurkan lidahnya dan langsung berbalik menuju orang tuanya.
Dimas geleng-geleng dan melambaikan tangannya pada keluarganya.
"Sekarang, adek yang pergi sekolah!" ucap Daddy. Mereka mengantarkan putrinya ke sekolah.
Disekolah
Dista berjalan ke kelasnya dan ternyata sudah ada Ayla disana. Dia masih sangat penasaran dengan gadis itu.
Dista duduk di bangkunya yang ada dibelakangnya Ayla. Dia sebenarnya ingin duduk dengan Ayla, tapi dia tidak ingin membuat Ayla tidak nyaman dengan sikapnya.
Terdengar bell berbunyi tanda pelajaran pertama masuk. para siswa dan siswi kelas sepuluh satu belajar dengan baik. Tak terasa sudah waktunya jam istirahat.
"Tugas itu kumpulkan besok, yah!" pinta pak guru.
"Baik pak" Mereka menjawab serentak.
Mereka semua keluar dari kelas dan hanya tersisa Dista dengan Ayla disana. Dista mencoba untuk berbicara dengan Ayla.
"Kamu tidak ingin ke kantin?"
"Tidak" jawab Ayla singkat.
"Kenapa?"
"Aku tidak lapar"
"Yahh, padahal aku sangat lapar, tapi aku tidak memiliki teman untuk kekantin" Dista berbohong, padahal dia hanya ingin lebih dekat dengan Ayla.
"Kenapa kamu tidak ikut dengan mereka?" Ayla mulai terpancing, membuat Dista tersenyum dalam hatinya.
"Mereka tidak mau dengan'ku, apalagi dengan tiga sekawan itu, diakan tidak menyukai'ku" Dista pura pura sedih.
Ayla mulai tersentuh hatinya, sebenarnya dia ingin kekantin, tapi uang yang dia bawa hanya cukup untuk membeli bahan makanan nantinya.
Ayla yang merasa iba dengan dista , akhirnya mau menemani Dista ke kantin. Masalah uang buat bahan makanan nanti, dia akan memikirkannya nanti.
"Baiklah, aku akan menemanimu"
"Sungguh?" dista bertanya dengan tidak percaya, ternyata rencananya berhasil.
"Hmmm.."
"Ayo!"
.
.
.
.
Next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Dini Novita
👍😊🙂
2024-02-18
0