..."Sikap profesional adalah sebuah penghargaan untuk kita, karena tidak semua orang bisa melakukannya. Untuk itu, sangat diapresiasi bagi orang yang bisa membedakan antara urusan pribadi atau urusan bersama."...
..._Hai Mantan!_...
"Permisi Nona Serena, ada yang ingin bertemu." Seorang laki-laki dengan setalah jas tapi menghampiri Seren yang sedang sibuk dengan berkas-berkasnya diatas meja.
Seren mendongakkan kepalanya, "Siapa Bram?"
"Mas Gevano." Seren tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya.
"Langsung disuruh masuk saja!" Ujar Seren dengan nada perintah.
Bram, sekretaris Seren menganggukkan kepalanya mengerti. Lelaki itu keluar dan mempersilahkan Gevano masuk keruangan baru Seren.
"Selamat siang Kak Seren." Gevano berjalan pelan kearah sang kakak. Laki-laki berumur 20 tahun itu membawa makanan dan juga bunga kesukaan sang kakak.
"Gevan, kamu tunggu di sofa aja Dek. Kakak mau membereskan berkas-berkas kerja Kakak dulu," ujar Seren sambil menutup berkas-berkas pekerjaan diatas mejanya.
Gevan tersenyum, lelaki itu meletakkan makanan yang ia bawa diatas meja, lalu kemudian ia meletakkan bunga lili putih yang dibawanya kedalam Vas meja kerja Seren.
"Bagaimana hari ini Kak? Apa melelahkan?" Gevano duduk disofa ruangan Seren, disusul Seren yang juga ikut duduk disana.
Seren diam, kemudian ia menatap adik bungsunya itu. "Kakak bahagia, memang semua terasa melelahkan, tapi ini sangat menyenangkan."
Gevan menganggukkan kepalanya, lalu ia menyiapkan makanan untuk sang kakak. "Kak, ini menu baru Gevantara Resto, Kakak harus mencobanya."
Bagi yang belum tau apa itu Gevantara resto, jadi Gevantara Resto adalah sebuah restoran yang berada di dalam sebuah hotel. Gevano adalah pengusaha muda pemilik dari Gevantara Group yang menaungi hotel Gevantara dan beberapa Restoran Gevantara didalam hotel. Diusia yang masih 20 tahun memang sebuah pencapaian yang luar biasa bagi Gevan, Seren sangat bangga dengan adiknya itu.
Seren mengambil makanan yang Gevan siapkan. Ia kemudian memakannya, Seren diam, lalu ia kembali menatap Gevan yang berada dihadapannya.
"Gimana Kak? Enak?"
Seren lanjut mengunyah makanannya, lalu gadis itu menganggukkan kepalanya. Hal itu tentu saja membuat Gevan bernafas lega. Ia tersenyum, "Gevan senang Kakak suka."
Pada akhirnya sepasang kakak beradik itu menikmati makan siang mereka bersama. Sesekali diiringi oleh humor dari Gevan yang membuat Seren tertawa.
...***...
Seren pulang keluar dari kantornya, gadis itu bersiap untuk pulang. Kebetulan hari itu mendung cukup tebal menyelimuti langit Jogja. Seren tampak khawatir, sebentar lagi azan magrib sepertinya akan berkumandang.
"Nona Serena, apa anda sedang menunggu jemputan?"
Seren memasang wajah datarnya, lalu ia berdecak kesal. "Jangan memanggilku se-formal itu jika sudah bukan jam kerja. Aku tidak ingin bersikap seperti atasan dan bawahan, anggap saja kita sudah berteman lama, berlaku untuk semua karyawan ku."
"Ma—maaf Nona."
"Panggil aku Seren, sekarang sudah bukan jam kantor." Ujar Seren kesal sambil membulatkan matanya.
"Ba--baik, Non...., Maksudnya Se--ren."
Seren tersenyum, ia mengibaskan rambutnya dan berjalan kearah gerbang kantornya. Tadi Giantra mengatakan akan menjemput gadis itu.
"Halo. Lo dimana?"
"Ban mobil gue bocor, gimana nih?"
Seren menghembuskan napasnya pelan, kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri. "Ehh, stop!!" Seren menghentikan motor seseorang yang akan keluar dari gerbang kantornya.
"Ada apa Nona?"
"Nebeng."
"Ta--tapi Non---"
"Udah nggak apa-apa, nanti saya bayar." Seren kemudian menyuruh orang yang tak lain adalah karyawannya itu untuk menjalankan motornya.
"Halo, Seren lo naik apa? Kok berisik banget?"
"Diem aja, gue naik motor. Amanlah!" Balas Seren kepada orang diseberang sana dengan nada yang sedikit kencang karena suaranya kalah dengan angin.
"Aduh Nona, sepertinya sebentar lagi hujan akan turun." Seren memandang langit, sebenarnya ia sedikit khawatir, tapiencoba untuk tetap tenang.
"Seren? Lo masih disana?" Tanya seseorang diponselnya.
Seren diam, "Eh, apa?"
"Lo baik-baik aja kan? Di sini udah hujan, gue takut lo kehujanan."
"Nggak apa-apa, gue sebentar lagi sampek kok. Udah dulu ya Gian, nanti kalau udah sampai rumah gue kabarin."
"Ser--"
Tut
Seren mengakhiri panggilan teleponnya, lalu kembali fokus dengan jalanan disekitar. "Sedikit ngebut Mas, takutnya kita kehujanan!" Ujar Seren sambil memukul pelan pundak karyawannya itu.
Untungnya tadi sebelum pulang Seren sudah mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian biasa, gadis itu hanya menggunakan celana jeans dan juga baju kaos lengan panjang. Mungkin jika orang tidak tau siapa Seren yang sebenarnya, pasti Seren akan dianggap hanya orang biasa.
"Aduh, sudah gerimis Nona. Bagaimana ini?" Ujar karyawan Seren itu dengan sedikit berteriak.
"Nggak apa-apa Mas, sebentar lagi ada minimarket didepan sana. Nanti tolong turunkan saya disana ya? Oh ya, panggil Seren ketika di luar jam kerja!" Ujar Seren tegas, sambil menutup wajahnya karena hujan yang sudah mulai sedikit deras.
"Tapi..."
"Udah nggak usah kebanyakan tapi!" Final Seren.
Sedangkan karyawan Seren tersebut pasrah saja menganggukkan kepalanya. Sampai akhirnya motor yang dikendarai sampai di depan sebuah mini market.
"Sudah sampai Seren."
Seren langsung turun dari motor, kemudian ia mengucapkan terima kasih dan memberikan beberapa lembar uang berwarna biru kepada karyawannya tadi, lalu Seren berlari masuk ke mini market. "Aduh gila dingin banget."
Seren mengibaskan rambutnya, gadis itu kemudian berjalan kearah rak makanan. Lalu mencari-cari sesuatu untuk dimakan. Pilihan Seren jatuh kepada roti yang berisi Vanilla, kemudian Seren berjalan kearah tempat es krim. Ia membuka penutup freezer dan memilih-milih es krim. Ketika ingin mengambil salah satu es krim, tanpa sengaja ada orang lain juga yang ingin mengambil es krim sama seperti Seren. Seren menoleh kesamping, ia sedikit terkejut melihat siapa yang ada disampingnya.
"Hel--Helmi?"
Awalnya orang di samping Seren itu terkejut, sampai akhirnya ia menyadari sesuatu, kemudian langsung memeluk Seren. "Seren! Astaga! Gue kangen banget. Seenaknya pergi tanpa pamitan."
Seren menepuk punggung orang yang ia panggil Helmi tadi. Helmi, gadis yang tadi bertemu dengan Seren melepaskan pelukannya, kemudian ia memukul pelan kening Seren. "Punya sahabat bego banget, dikira gue nggak khawatir apa, dia dengan tenangnya hilang selama 4 tahun gini."
Seren hanya cengengesan, kemudian ia menepuk jidatnya sendiri. "Es krim gue, minggir! Gue mau makan es krim Vanilla." Seren menggeser pelan tubuh Helmi.
Helmi yang melihat itu menggelengkan kepalanya, "Umur doang yang udah tua, kelakuan masih kayak penghuni neraka."
Seren tidak peduli, ia tetap mengambil es krim kesukaannya kemudian membawa ke kasir. Setelah membayar, Seren mengajak Helmi duduk di teras mini market. Kebetulan di teras mini market terdapat beberapa kursi dan meja yang sengaja disediakan.
"Ngapain lo masih berdiri? Duduk sini!" Seren akhirnya menyuruh Helmi duduk.
"Emang ya, kelakuan nggak ada berubahnya, masih bar-bar," ejek Helmi sambil memandang kesal kearah Seren.
Seren tidak menggubrisnya, ia masih fokus dengan es krimnya.
"Seren, gue serius!"
"Apa? Gue nggak suka yang serius-serius."
"Nggak gitu juga, maksud gue kenapa lo pergi tiba-tiba tanpa kabar. Lo gatau kan, kalau gue dan yang lain nyariin lo.."
Seren menarik nafasnya pelan, ia terdiam, memandang kearah air hujan yang turun kebumi.
"Gue...."
"Kenapa?"
"Lo kenapa bisa pergi gitu aja tanpa kabar? Sini cerita ke gue."
Seren meletakkan Cup es krimnya yang telah tandas, lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan meletakkan diatas meja. "Gue sedang berusaha buat nyembuhin diri."
"Nyembuhin diri? Maksud lo?"
"Apa lo tau tentang gue dan juga Farez?"
Helmi menganggukkan kepalanya, "Gue tau, bahkan sangat tau. Farez juga sama kayak yang lain, dia nyariin lo, dia khawatir sama lo."
Seren menatap Helmi, ia kemudian tertawa hambar. "Khawatir? Nyariin gue? Kenapa terdengar lucu?"
Helmi mengerutkan keningnya bingung, ia tidak mengerti maksud dari Seren. Akhirnya Seren menjelaskan semuanya, tanpa ada yang ia tutupi sedikitpun.
"Gue nggak nyangka Farez ngelakuin itu, gue nggak habis fikir. Kalau dari awal gue tau Farez yang sebenarnya, gue nggak akan ngerestuin lo sama Farez. Kalau gue tau trauma lo bakalan kambuh lagi kayak gini, gue nggak akan biarin lo deket sama Farez. Maafin gue karena ngebiarin lo menderita sendirian selama empat tahun belakangan ini, maaf untuk tidak ada di samping lo. Maafin gue Seren." Helmi langsung memeluk sahabatnya itu, Seren mengusap punggung Helmi.
"Nggak apa-apa, gue seneng punya partner kayak lo. Lo sahabat gue yang selalu mengerti gue, lo nggak pernah ninggalin gue. Cuma gue aja yang nggak mau nyusahin lo, gue sayang banget sama lo Helmia, sahabat sekaligus partner gue." Seren melepaskan pelukannya, lalu kemudian gadis itu tersenyum.
"Besok gue mau lo datang diacara reunian kelas kita pas kuliah dulu. Gue nggak sabar ngeliat mukanya si Farez kalau ketemu lagi sama lo, mana umur udah 27 tapi masih aja keliatan muda gini. Masih cocok kalau jadi Maba tau nggak." Helmi tertawa melihat Seren yang memutar bola matanya malas.
"Canda Maba," Kesal Seren kepada Helmi
"Datang ya besok."
"Nggak mau."
"Padahal lo sendiri yang katanya pengen ketemu Farez tadi, lo cerita lo rindu dia. Tapi kenapa ketika lo punya kesempatan untuk ketemu dan melihat dia lo malah nggak mau?" Tanya Helmi yang penasaran dengan sahabatnya itu.
Seren diam, ia menatap ke jalan di depan mini market, "Gue seneng ketemu dia, gue bukannya nggak mau. Cuma gue menghindari ketemu dia dalam kondisi kayak gitu, lo taukan kalau nanti di sana bakalan banyak orang, bukan cuma dia, ada temen-temen dia, lo pikir deh, kalau gue ngeliat dia gue nggak bisa nahan buat nggak rindu dia, kalau gue pas ngomong terus gue mewek gimana, iyuhhh malu-maluin banget. Gue benci banget sama diri gue yang lemah cuma karena ini, gue benci. Mana gue yang kuat, mana gue yang nggak pedulian sama siapapun, mana diri gue yang keras kepala dan egois, semuanya hilang ketika berhadapan sama dia. Gue selemah itu jika berurusan dengan semua hal tentang dia" Tanpa sadar, airmatanya terjatuh.
"Gue paham, tapi... pokoknya lo harus datang!"
"Kalau gue datang, entar gue makin susah move on bodoh!" Kesal Seren pada Helmi.
Helmi berdecak, "Justru dengan lo datang, lo bisa tau apa lo udah move on atau belum. Buktiin dong, jangan lemah jadi cewek." Helmi tau jika Seren dari dulu tidak akan pernah terima diremehkan, untuk itu ia memancing Seren agar mau datang ke acara reunian kelasnya.
"Oke, gue datang!" Final Seren, namun dengan nada juteknya.
Bersambung. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments