Bab 2 Strong Women Seren

..."Setiap orang diciptakan dengan kemampuan masing-masing yang mereka miliki. Tidak ada manusia yang sempurna, ada kekurangan pasti punya kelebihan."...

..._Hai Mantan!_...

Seorang gadis menuruni anak tangga rumahnya. Gadis dengan penampilan simple namun anggun itu berjalan menuju ke meja makan rumahnya. Baju kemeja berwarna putih, rok berwarna cream dan juga beberapa aksesoris yang ia kenakan terkesan menambah manis penampilannya.

"Selamat pagi semua."

"Selamat pagi Kak Seren." Orang-orang disana, keluarga gadis itu membalas sapaannya.

Seren duduk disalah satu kursi di samping Gevano. Disana mereka berlima, karena nenek Seren sudah kembali dari Ngawi.

"Kakak mau makan apa?"

"Apa aja Nek, semua masakan di rumah ini enak."

Sang nenek tersenyum, Seren memang tidak pernah ingin membuat orang terdekatnya kecewa. Gadis itu akan menghargai semua yang dilakukan oleh orang terdekatnya jika itu untuk kebaikannya.

"Terimakasih Nek. Seren rindu Nenek, Seren senang liat Nenek selaku sehat."

"Nenek juga senang liat Seren, Seren kebanggan kami semua."

Seren tersenyum bahagia, ia memilih untuk memakan makanannya dan berdoa didalam hati agar semua keluarganya selalu diberkan kesehatan.

"Kakak mau Gevan anterin atau bareng mama, atau mau dianterin Bang Cakra?"

Gevano menyingkirkan alat makannya, laki-laki itu telah menyelesaikan sarapannya.

Seren tampak berpikir, gadis itu kemudian tersenyum. "Nggak usah Dek. Kakak sama Giantra."

"Aduh kenapa sama Giantra sih Kak? Nggak ada cowok lain apa?" Bukan Gevano, itu Cakra. Dari dulu memang Cakra tidak pernah cocok dengan Giantra. Sebenarnya Giantra seumuran dengan Cakra, jadi Giantra beda 3 tahun jika dibandingkan dengan Seren. Tapi Giantra adalah laki-laki yang dewasa, lagipula umur hanya sekedar angka, tidak ada salahnya bukan berteman dengan orang yang lebih muda daripada kita. Apalagi semenjak kejadian 4 tahun lalu, Seren menutup hatinya untuk siapapun bahkan untuk sekedar dekat atau berteman. Tapi berkat Giantra, gadis itu mulai membuka hatinya dan lebih berpikiran terbuka terhadap kaum berjenis kelamin lelaki, meskipun hanya sekedar teman atau sahabat tidak lebih.

"Kenapa emangnya Bang. Bang Giantra itu ganteng, baik, mana mapan lagi. Kalau Gevan sih yes. Mama gimana?"

"Mama terserah Kak Seren, kalau Kak Seren yes mama juga yes."

"Apaan sih ini Yas yes Yas yes, nggak, pokoknya kak Seren nggak boleh sama Giantra titik." Cakra dengan kesal menyudahi makannya dan beranjak dari meja makan.

Seren hanya menghembuskan napasnya pelan melihat itu, ia memandang punggung adik keduanya yang telah menjauh.

"Adek jangan gitu, kasian Bang Cakra sarapannya sampai nggak habis." Seren menasehati adik bungsunya dengan nada lembut.

"Lagi pula bang Cakra kenapa sih Kak? Heran banget, kenapa tiba-tiba marah gitu?"

"Kakak juga nggak tau. Lagi pula Kakak juga nggak suka sama Giantra, Kakak mau fokus sama karir kakak, mau bahagiain Mama, Nenek, Adek sama Abang aja. It's enough," Ujar Seren, gadis itu mengambil air minum digelas dan meminumnya.

"Tapi kenapa? Apa karena Bang Farez?"

Seren menggelengkan kepalanya, "Bukan, itu karena diri Kakak sendiri. Keluarga kakak itu segalanya."

"Seren?"

"Iya Nek? Kenapa?"

"Seren boleh memikirkan kami, bahkan kami sangat bahagia melihat Seren yang sekarang. Tapi tolong nak, kami juga berhak bahagia dengan orang yang kamu sayang selain dari keluargamu. Kamu berhak mendapatkan kebahagian itu."

Seren tersenyum, sang mama hanya diam menyaksikan hal itu. Ia tidak sanggup membuat hati putri kesayangannya sedih, karena ia yang paling tau Seren ia amat sangat menyayangi Seren.

"Nenek tenang aja, Seren bahagia dengan keadaan Seren yang sekarang."

"Ingat baik-baik pesan Nenek ya, Seren harus mencari kebahagiaan Seren selain dari keluarga ini, ini demi kebaikan Seren sendiri." Nenek Seren bernama nenek Suji, nenek dari sebelah ayahnya tapi memilih untuk tinggal bersama mama Seren dan cucu-cucunya. Nenek yang sangat Seren sayangi dan sangat menyayangi Seren.

"Iya Nek, kalau gitu Seren berangkat ke kantor dulu ya nek. Hari ini pembukaan cabang kantor baru yang di Jogja. Jadi Seren sebagai CEO sekaligus Owner harus hadir disana." Ujar Seren, gadis itu berpamitan dengan nenek dan mamanya.

"Kak, bareng ya kedepannya. Gevan juga harus ke kantor Gevan. Nanti Gevan mampir ke kantor Kakak ya, tapi agak siang." Gevano juga melakukan hal yang sama seperti Seren, laki-laki itu berpamitan dengan sang mama juga neneknya.

"Ayo." Seren menggandeng lengan sang adik. Keduanya sudah seperti pasangan, bukan kakak dan adik. Gevano yang memang memiliki tubuh tinggi sampai-sampai Seren yang sebenarnya juga memiliki tinggi 162 hanya sebatas dada Gevan saja.

"Mobil Bang Cakra udah nggak ada ya Kak?"

Seren menoleh kearah depan, mencari-cari keberadaan mobil adik keduanya. Namun nihil, sepertinya Cakra sudah berangkat ke tempat usahanya.

Tin tin tin

Suara klakson mobil berwarna hitam mengalihkan perhatian Seren dan Gevano. Seorang laki-laki dengan setelan kemeja berwarna Dongker dan celana bahan berwarna hitam turun dari mobil tersebut.

"Selamat pagi Seren, Gevano ganteng." Sapa Giantra, lelaki itu mengedipkan sebelah matanya kearah Gevano. Hak itu tentu saja membuat Gevano jijik, namun berbeda dengan Seren, gadis itu tertawa ngakak.

"Jijik gue bang. Najis bener muka lo kayak pedofil. Ngeri gue, hih." Gevano menjauh dari laki-laki tadi. Ia bersembunyi di balik punggung Seren.

"Jangan gitu ah sayang Gevan." Bukannya marah dengan kata-kata Gevano, laki-laki itu justru semakin menggoda Gevano dan mendekat kearah Gevano.

"Awas ya lo bang. Berani nyentuh gue, nggak gue restuin lo ngedeketin kakak gue. Mampus lo, kagak ada yang dipihak lo."

Seren semakin tertawa ngakak mendengar ucapan Gevano, apalagi ketika Giantra, laki-laki tadi terus menggoda Gevano.

"Ih kok gitu sih. Nggak apa-apa deh nggak sama Seren, aku sama kamu aja."

Plak

"Aww, sakit bego."

"Mampus, makan tuh sakit. Mau belok lo, mau jadi homo gara-gara Kakak gue nggak pernah nerima lo?" Gevano berkata dengan wajah datar, namun kata-kata yang menyelekit.

"Ya jangan mukul juga Bambang, kesannya lo yang homo, nyentuh-nyentuh gue."

Seren menarik tangan Giantra, "Ayo, udah jangan ribut lagi kalian. Gue lama-lama bisa telat nih. Ayo Gian, Gevan buru ke kantor kamu."

Kedua lelaki itu menghembuskan napasnya pelan, "Siap Boss."

Akhirnya Seren dan Giantra sudah berada didalam mobil dengan Giantra yang yang mengendarai mobilnya.

"Gimana?"

Seren mengerutkan keningnya menatap kearah Giantra yang sedang fokus mengendarai mobilnya. "Gimana apa?"

"Gimana, udah siap dengan cabang Neve publisher yang baru CEO sekaligus Owner?"

Seren tersenyum, "Tentu saja." Semangat Gadis itu.

Beberapa saat kemudian mobil yang Giantra kendarai telah sampai diparkiran gedung baru Neve publisher. Neve publisher yang dijogja merupakan cabang ke 9 milik Seren, hal luar biasa yang bisa Seren gapai. Setelah menjadi penulis best seller dari semester 4 diperkuliahan akhirnya sekarang gadis itu bisa mewujudkan mimpi-mimpi lainnya sekarang.

"Selamat pagi Nona Seren." Beberapa rekan bisnisnya sudah berada disana menunggu Seren, menyambut gadis itu dengan ramah. Menjadi orang yang sukses merupakan impiannya, dihormati semua orang dan menjadi kebanggan orang terdekatnya.

Seren tersenyum membalas sapaan mereka. Gadis itu bersalaman satu persatu dengan rekan bisnisnya. Disana juga sudah ada beberapa karyawannya yang hadir.

"Baiklah, karena Nona Serena Neve Zelmira sudah hadir, mari langsung saja kita resmikan kantor cabang dari Neve Publisher Yogyakarta ini. Untuk Nona Seren silahkan memotong pita ini." Seorang MC bersuara dan Seren akhirnya menerima gunting yang diserahkan kepadanya untuk memotong pita sebagai simbol telah diresmikannya perusahaan cabang milik Seren ini.

Giantra yang berada di samping Seren tersenyum melihat Seren. Gadis kuat yang berulang kali terjatuh namun selaku berusaha bangkit lagi, tidak pernah peduli dengan sakitnya luka yang ia rasakan.

"Serena Neve Zelmira, itulah kenapa aku sangat menganggumimu. Kamu adalah wanita kuat yang bisa mengubah lukamu menjadi sebuah pembuktian bahwa kamu bisa bangkit. Kamu berbeda, disaat semua wanita lebih mementingkan dirinya sendiri, kamu justru berjuang demi keluargamu. Aku tidak bisa menjauh darimu Seren. Aku akan memperjuangkan mu," Batin Giantra ketika Seren sedang mengucapkan terimakasih karena banyaknya ucapan selamat dari rekan-rekannya.

Bersambung. . .

Terpopuler

Comments

Lusiana Karangan

Lusiana Karangan

sampai sini masih belum paham ceritax

2023-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!