Bab 3. Happiness

..."Kebahagian yang sebenarnya adalah ketika kau merasa puas dengan apa yang ada pada dirimu dan siapa yang sekarang ada bersamamu."...

..._Hai Mantan!_...

"Bangun kak, Ya Allah punya kakak susah banget dibangunin." Gevano menarik paksa selimut yang menutupi seluruh tubuh Seren.

Gadis dengan piyama biru dongker itu memang tidak pernah bisa bangun pagi. Ia akan marah ketika waktu tidurnya diganggu oleh orang lain. Namun, rasanya tidak masuk akal tidur sampai pukul dua siang seperti sekarang ini. Akhirnya Gevano yang harus turun tangan sendiri, karena sang mama sudah tidak sanggup membangunkan Seren yang kalau tidur sudah seperti orang mati.

"Kak, ada Bang Farez."

"Hah, mana? Mana Farez? Gue belum mandi lagi, nggak mau nanti dikatain dekil." Dengan panik dan mata yang masih setengah tertutup, Seren lari ke kamar mandi dalam kamarnya.

Gevano yang melihat tingkah laku sang kakak hanya bisa menggelengkan kepalanya heran. "Itu kakaknya siapa sih, malu gue. Mana gagal move on padahal udah 4 tahun berlalu."

Gevano akhirnya memilih untuk membereskan kamar kakaknya. Setelah itu ia berjalan menuruni tangga menuju ruang keluarga. Disana ada sang mama dan sang Abang yang sedang menikmati waktu libur mereka sambil menonton televisi.

"Kakak mana Dek? Udah berhasil bangunin Kakak?"

Gevano tersenyum, "Jangan panggil Gevano kalau urusin bangunin Kak Seren aja gagal."

"Cihh sombong banget, Bang Cakra juga bisa bangunin Kak Seren," celetuk Cakra, adik kedua Seren Abang dari Gevano.

"Huwek, nggak mungkin. Buktinya tadi Abang nggak berani bangunin Kak Seren," ejek Gevano sambil mencomot keripik kentang dari bungkusnya yang berada ditangan Cakra.

"Ya itu sih, Abang takut ditendang sama Kak Seren."

"Huuu." Gevano melempar keripik tadi kearah wajah Cakra.

"Hush, jangan ribut Mulu, Mama lagi nonton gosip nih. Kalian ganggu aja."

Gevano dan Cakra saling pandang, kemudian keduanya menatap kearah sang mama yang sedang fokus menatap tv.

"Adek!!! Iseng banget sih, mana si Farez nggak ada? Kamu nipu Kakak?"

Gevano membulatkan matanya, lelaki itu langsung sembunyi dibalik punggung Cakra abangnya.

Seren turun dari tangga lantai dua rumahnya dengan kesal. Wajah gadis itu terlihat menahan amarah karena di kerjai oleh adiknya sendiri.

"Oh pantesan berhasil bangunin Kak Seren, gitu caranya. Minggir!!" Cakra mendorong tubuh Gevano yang berada dibelakangnya.

"Bang, jahat banget sama Adek sendiri."

"Bodo amat."

"Kak, ampun ya? Tadi Gevan becanda kok."

Seren memutar bola matanya malas, gadis itu mendekat kearah Gevano dan menjambak  rambut laki-laki itu. Ia tidak peduli meskipun sang adik meminta maaf berulang kali. Siapa yang tidak kesal jika ditipu, apalagi oleh adik sendiri.

"Ma tolongin, kak Seren jahat banget sih," rengek Gevano sambil memegang ujung baju sang mama. Vera hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak-anaknya itu. Sedangkan Cakra sudah tertawa puas melihat penderitaan Gevano.

Vera bahagia, ia tersenyum melihat kedekatan anak-anaknya itu. Meskipun ia harus berjuang sendiri untuk mendidik anak-anaknya, tapi ia bahagia memiliki mereka. Ia bahagia karena lebih memilih hidup dengan ketiga anaknya yang kini sudah dewasa. Seren yang sudah berusia 27 Tahun, Cakra yang sudah berusia 24 Tahun dan Gevano yang kini sudah berusia 20 tahun. Mereka bertiga adalah hartanya, harta yang tidak akan pernah bisa ditukar dengan apapun. Vera beruntung memiliki 1 putri dan 2 putra seperti mereka.

"Huh, haus. Pengen makan es krim diluar." Seren membenarkan posisi rambutnya. Lalu mengibaskan dihadapan Gevano.

"Aduh Kak, rambut jelek kakak kena muka Gevan, pengen bersin jadinya," ujar Gevano sambil menggosok hidungnya yang gatal akibat terkena rambut Seren.

Seren memutar bola matanya malas, lalu ia mendekat kearah Cakra. "Cakra, temenin Kakak makan es krim dong di luar. Kakak yang traktir, tapi nggak usah ngajak biang kerok ini ya."

Cakra tertawa mendengar ucapan kakaknya, Seren memang sangat suka mengganggu adik bungsu mereka. Hal itu karena Gevano yang paling dekat dengan Seren dari mereka kecil, Gevano sangat manja jika dirumah. Berbeda ketika berada diluar rumah, Gevano akan berubah menjadi sosok lelaki yang cerdas, juga berkharisma.

"Jahat banget sama Adek sendiri."

"Biarin, siapa suruh nakal," ejek Seren, gadis itu menjulurkan lidahnya.

"Yaudah deh, aku pergi sama Mama aja. Nanti Mama yang traktir. Ayo Ma!" Gevano berusaha membujuk sang mama yang sedang asik melihat perdebatan anak-anaknya itu.

"Mama mau dirumah aja Dek, kamu pergi sama Abang dan Kakak kamu aja ya?"

"Nggak mau. Mereka jahat, Gevan mau sama Mama aja," rajuk lelaki itu, Gevano memandang sinis kakak dan abangnya.

"Kasian, Mama aja nggak mau pergi sama dia. Cakra, ayo kita aja yang keluar beli es krim, Gevano nggak usah."

"Jahat banget sumpah. Terserah deh, Gevan keluar sama temen-temen aja." Gevano yang kesal pun akhirnya beranjak dari ruang keluarga menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

Sedangkan Cakra dan Seren malah asik bertos ria karena berhasil mengerjai adik bungsu mereka.

"Kakak usil banget, untung Adek udah gede. Seandainya masih kayak jaman sekolah dulu kamu pasti susah ngebujuk biar Adek nggak ngambek." Ujar sang mama sambil melanjutkan aktivitasnya menonton televisi.

"Abisnya Adek lucu Ma kalau ngambek. Lagian juga, umur udah 20 tahun tapi masih aja suka ngambekan."

"Nenek mana ma?" Seren melanjutkan ucapannya, gadis itu tampak mencari-cari keberadaan sang nenek.

"Nenek lagi ke rumah Eyang Nun kak."

Seren ber oh ria fan menganggukkan kepalanya mengerti.

"Kak, ngomong-ngomong kita jadi kan kak keluar, katanya Kakak semalam waktu chat Cakra mau minta temenin jalan?"

Seren menganggukkan kepalanya, "Iya, Kakak pengen jalan-jalan bareng Cakra. Biasanya kan Kakak lebih sering bareng sama Gevan, nah hari ini Kakak pengen traktir Cakra, mumpung kita libur. Cakra boleh belanja sepuasnya."

"Serius Kak?" Cakra memang sudah berumur 24 tahun, tapi bagi Seren, Cakra tetaplah adiknya dan Seren sangat menyayangi Cakra sama seperti menyayangi Gevan.

"Iya, Kita siap-siap dulu ya." Seren mengajak Cakra untuk bersiap-siap.

Seren menuju kamarnya, gadis dewasa itu mengenakan celana jeans berwarna putih dan sweater berwarna abu-abu, tidak lupa tas selempang kecil berwarna putih juga sepatu berwarna putih yang ia kenakan. Simple namun cantik. Selain itu Seren juga mencepol rambut sebahunya dan menambahkan hiasan jepit berbentuk pita disana, juga kacamata bulat sebagai aksesoris.

"Perfect," gumamnya sambil memandangi cermin dihadapannya. Seren masih seperti gadis remaja, padahal umurnya sudah 27 tahun, cute.

"Cakra, Kakak udah siap. Ayo." Ujar Seren ketika melihat Cakra yang sedang duduk dikursi teras rumahnya sambil menunggu Seren.

"Ayo Kak, kita langsung berangkat aja kan?"

"Iya, KITA AJA YA!?" Teriak Seren ketika melihat Gevano keluar dengan Style yang simple tapi membuat laki-laki itu terlihat tampan.

"Sombong banget, awas aja," Kesal Gevano melihat kedua saudaranya yang meninggalkannya.

...***...

Didalam mobil milik Cakra, Seren sama sekali tidak bisa berhenti tertawa. Gadis itu sangat puas berhasil menjadi adin bungsunya.

"Cakra liat nggak tadi mukanya si Gevan?"

"Iya Kak, ngakak banget ya Allah." Cakra terkekeh saja.

"Kita mau kemana dulu ini?"

"Gimana kalau kita ke Zelmirise aja kak?"

"Zelmirise, kok kayak kenal nama tempatnya?" Gumam Seren pelan, ia bertanya kepada dirinya sendiri. Namun ternyata Cakra masih mendengar gumaman Seren.

Cakra berdecak pelan, "Cafe punya kakak sendiri masa lupa."

"Sejak kapan Kakak punya Cafe?"

"Kakak tinggal 3 tahun di belanda dan cuma pulang ke Indonesia 2 kali, waktu itu juga kita belum tinggal menetap di Jogja, jadi wajar kalau Kakak belum tau. Asal Kakak tau, setelah memutuskan untuk tinggal di Jogja satu tahun terakhir ini, mama mutusin buat membangun cafe kecil-kecilan seperti yang Kakak impikan dulu. Tapi ternyata bukan cuma cafe kecil-kecilan, 6 bulan berlalu cafe itu semakin terkenal sampai-sampai mama udah buka beberapa cabang di Jogja dan Kalimantan kak. Semuanya berkat kakak. Kakak bisa sukses diusia muda, Kakak bekerja keras jadi penulis dan juga kuliah di Belanda melalui beasiswa yang Kakak dapat. Mama, Cakra, Gevan bangga dengan Kakak. Zelmirise adalah Cafe yang dibangun menggunakan uang hasil kerja keras Kakak."

Seren membisu, ia tidak bisa berkata apa-apa. Pernyataan dari Cakra barusan adalah hal yang sangat membuatnya terkejut. Ia tidak menyangka jika sang mama membangun sebuah Cafe untuknya, padahal tujuannya pulang ke Indonesia untuk membangun impiannya disini. Tapi sang mama lebih dulu mewujudkannya. Maka dari itu, inilah alasan kenapa ia sangat menyayangi keluarganya, terutama sang mama, karena sang mama yang selalu ada untuknya meski disaat terendah Seren sekalipun. Seren bahagia memiliki keluarga seperti mereka, meskipun tanpa sang ayah.

Bersambung. . .

Terpopuler

Comments

Lusiana Karangan

Lusiana Karangan

ayahx seren di mana thor

2023-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!