Zahrah (Korban Pembalasan)

Zahrah (Korban Pembalasan)

Juara Olimpiade

"Ayah sama ibu pasti senang melihat piala ku ini" Zahrah semakin cepat mengayuh sepedanya. Dia sudah tidak sabar ingin memperlihatkan kepada kedua orang tuanya piala besar yang dia dapatkan.

Zahra Maharani, siswi kelas 3 SMA yang tinggal di sebuah desa pinggiran kota.

Memiliki wajah cantik dan tubuh ideal merupakan bonus baginya. Namun, menjadi wanita yang berprestasi adalah impian baginya.

Gunawan Handono dan Lastri Handono merupakan orang tua yang paling beruntung memiliki anak seperti Zahra.

Karena semangat dan keinginan nya ingin sekolah, membuat dia selalu mendapatkan prestasi yang membanggakan kedua orang tuanya. Dengan prestasi itu juga Zahra tidak terlalu membutuhkan banyak biaya. Ayah dan ibu nya tidak perlu terlalu pusing memikirkan biaya pendidikan untuk dirinya.

Saat tiba di depan rumah, Zahra terkejut melihat beberapa mobil mewah terparkir tepat di halaman rumah nya.

"Wah bagus juga mobil nya, siapa yang datang yah?" Gumam Zahrah memperhatikan satu persatu mobil mobil itu.

Cepat cepat Zahra memarkirkan sepeda nya, lalu masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum" Zahrah mengucap salam. Dia terkejut melihat banyak nya orang di dalam rumah nya.

"Waalaikumsalam" jawab mereka secara bersamaan.

Zahra menatap satu persatu tamu di rumahnya,hingga tatapan matanya berhenti pada sosok yang sangat jarang ia lihat.

Sirena Anjani, gadis cantik yang duduk di samping ibunya dengan kepala menunduk.

"Tumben kakak di rumah, biasanya jam segini dia tidak pernah pulang" batin Zahrah heran.

Sirena merupakan kakak Zahra, wanita yang super sibuk dan bahkan sering tidak pulang ke rumah.

Kini, di siang begini Sirena berada di rumah. Tidak kah hal itu membuat Zahrah terkejut?

Tentu saja, dia sangat terkejut. Apalagi dengan banyak nya tamu seperti ini semakin membuat Zahrah penasaran.

"Zahrah sayang, kamu masuk gih. Ganti baju dulu" suruh Lastri.

Zahra mengangguk patuh, dengan rasa penasaran yang kuat dia berlalu ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Lastri melihat tatapan penuh tanya dari para tamunya.

"Dia adalah Zahrah, putri kedua keluarga kami. Kelas 3 SMA" ucap Lastri memperkenalkan putri keduanya.

Ellen mengangguk mengerti, dia yang merupakan sahabat Lastri melempar senyum pada sahabat nya itu.

"Bagaimana Lastri, apa kalian setuju dengan pendapat kami?" ujar Ellen.

Lastri tampak bingung, dia melirik suaminya meminta pendapat darinya.

"Apa itu tidak terlalu terburu buru? bagaimana kalau mereka bertunangan dulu?" ujar Gunawan sedikit keberatan dengan usulan mereka.

"Itu tidak perlu, bertunangan hanya akan membuang buang waktu. Apalagi keponakan ku juga tidak akan bisa cuti bekerja terlalu lama untuk pergi ke desa ini!" ucap Hena kakak Ellen.

Gunawan menatap Hena, dia merasa sangat tersinggung mendengar ucapan Hena barusan. Dari nada nya saja mereka terkesan menghina mereka yang hidup di desa. Bahkan pernikahan ini terlihat seperti suatu perkara sepele bagi mereka.

Gunawan hendak meletup letup emosinya, beruntung Lastri cepat dan memegang tangan suaminya agar menahan emosinya.

"Bukan seperti itu, kami hanya ingin memberi waktu bagi Sirena dan Jerico untuk saling mengenal satu sama lain" kata Lastri menjelaskan maksud suaminya pada Hena.

Ellen menghela nafas, dia sedikit merasa malu karena sikap kakak nya yang sedikit angkuh.

"Lastri, kamu jangan ambil hati yah. Apa yang kakak ku katakan. Kamu kan tahu sendiri sikap dia seperti apa" ucap Ellen membuat Hena menekuk wajah nya kesal.

"Bagaimana kalau keputusan ini kita serahkan kepada mereka berdua. Apapun yang mereka inginkan, itu yang kita lakukan" sambung Ellen.

Lastri mengangguk setuju, dia menoleh pada suaminya yang juga memberikan respon setuju.

"Aku setuju" ujar Lastri.

Ellen tersenyum lega,di langsung menoleh pada putranya.

"Jerico, menurut kamu bagaimana. Apa kalian mau tunangan terlebih dulu, atau langsung menikah saja?"

Pria tampan yang bernama Jerico Wilson itu pun tersenyum, tatapan matanya tidak lepas dari gadis yang sejak tadi hanya menunduk.

"Lebih cepat lebih baik" jawab Jerico singkat. Ellen tersenyum senang mendengarnya. Kemudian, mereka beralih kearah Sirena.

"Kalau kamu bagaimana nak?" kini Lastri yang mengajukan pertanyaan pada putrinya.

Sirena tidak langsung menjawab, untuk beberapa saat di terdiam memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan.

Lastri menyenggol lengan putrinya yang terlihat diam saja.

"Bagaimana nak?" ulangnya.

"Menurut ku terserah ibu sama ayah aja deh. Aku ngikut!" jawab Sirena pasrah.

Jerico tersenyum mendengar jawaban wanita yang teramat ia suka. Suaranya mengalun seperti kicauan burung yang merdu di telinganya.

Lastri dan Gunawan menatap Siren dalam, hingga suara Ellen menyadarkan mereka.

"Bagaimana Lastri? kamu sudah dengarkan jawaban mereka berdua. Apa kamu setuju dengan usulan Ki tadi?"

Lastri menghela nafas, kelu dia mengangguk setuju.

"Aku setuju" jawab nya.

Jerico sumringah, sebentar lagi gadis itu akan menjadi milik nya.

Di dalam kamar nya, Zahrah berbaring di atas ranjang. Dia merasa lelah dengan semua kegiatan hari ini.

"Kenapa mereka lama sekali?"

"Hmm.. Mereka siapa yah, seperti nya sedang membahas suatu hal yang penting" sambung Zahrah bertanya tanpa ada yang menjawab.

Gadis itu meraih piala dan sertifikat lomba yang dia dapatkan hari ini. Betapa bangga dan bahagianya dirinya hari ini.

Namun, dia harus menahan rasa bahagia ini sampai para tamu pergi dan dia bisa membagi kebahagiaan bersama keluarga nya.

Cling~

Ponsel Zahra berdering, pertanda ada pesan baru masuk. Dengan malas, dia pun meraih ponselnya dan melihat nama pengirim.

Saat melihat nama pengirim pesan, cepat cepat Zahra membuka pesan itu.

'Kamu jadi ikut kan, kumpul di warung bakso mang Mamat?'

Zahrah kebingungan ingin menjawab apa kepada teman teman nya. Jika para tamu masih ada, dia tidak akan bis minta ijin pergi keluar.

Dengan cepat Zahrah mengetik balasan pada pesan pada sahabat nya.

'Aduh maaf yah guys, aku belum bisa memastikan bisa ikut atau nggak. Soal nya di rumah ku ada tamu!'

"Semoga mereka segera pergi" gumam Zahra menatap balasan pesan yang ia kirimkan kedalam grup WhatsApp.

Sembari menunggu para tamu pulang, Nisa memutuskan untuk bermain game online di ponselnya. Mendengarkan lagu, hingga akhirnya Zahra pun tertidur pulas.

Cukup lama Zahra tertidur, hingga dia terbangun karena mendengar suara Isak tangis sang kakak.

Zahra mengucek mata, memastikan bahwa dia benar-benar melihat kakak nya yang sedang menangis bukan halusinasi nya saja.

"Kakak?" panggil Zahra pelan.

Sirena menoleh, Matanya sembab dan masih berlinang air mata.

Zahrah langsung beringsut, pemandangan mata nya tidak salah. Kakak nya benar benar sedang menangis.

Terpopuler

Comments

Isma Ismawati

Isma Ismawati

Semangat kakakku🥰😘

2023-06-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!