" Saya terima nikah dan kawinnya Sirena Anjani binti Gunawan Handono dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang 50 juta di bayar tunai" ucap Jerico dalam satu helaan nafas di hadapan pak penghulu dan para saksi yang hadir menyaksikan pernikahan
nya.
"Bagaimana para saksi??" tanya penghulu.
"Sahhhh!!!!"
"Alhamdulillah" semua pihak keluarga dan para tamu yang hadir mengucapkan syukur atas kelancaran acara akad pernikahan Jerico dengan Sirena.
Setelah semua proses akad di selesaikan, kini saatnya bagi Jerico dan Sirena bersanding di pelaminan untuk melayani para tamu undangan yang hadir memberikan ucapan selamat dan berbagai kata kata indah lainnya.
"Kamu cantik!" bisik Jerico, tangannya sejak tadi menggenggam erat tangan Sirena.
"Kamu kok diem aja sih?" Tanya Jerico penasaran, sejak tadi istri nya hanya duduk diam dan berdiri ketika ada tamu yang memberikan ucapan selamat.
"Nanti make up ku jadi rusak!" jawab Sirena singkat. Jerico mengangguk paham.
Acara berlangsung dengan sangat lancar. Para tamu undangan sudah mulai berangsur pulang.
Setelah merasa sudah mulai sepi. Sirena dan Jerico pun memutuskan untuk pergi ke kamar. Merasa sudah sangat lelah seharian duduk dan berdiri di pelaminan.
Kini mereka sedang berada di kamar pengantin. Sirena berjalan menuju ke kamar mandi setelah membersihkan make up nya. Dia meras tubuhnya sudah sangat gerah mengenakan pakaian seperti ini.
Jerico duduk di tepi ranjang sambil memainkan ponsel nya.
"Kok gerah yah, apa karna aku terlalu gugup?" gumam Jerico sambil mengibas ngibaskan tangannya pada area lehernya.
Jerico merasa hawa kamar berubah menjadi sedikit lebih panas. Padahal kipas angin sudah menyala dan dalam kecepatan yang lumayan tinggi. Tapi, mengapa dia masih merasa gerah?.
Setelah 20 menit berada di kamar mandi, Sirena pun keluar. Dia terlihat jauh lebih segar dengan baju tidur yang biasa dia pakai.
Sirena melihat pada Jerico. "Apa kamu ingin mandi?" Tanya Sirena yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Jerico.
"Sebentar, aku akan mengambilkan handuk yang baru untuk mu" ucap Sirena sambil berjalan kearah lemari. Dia mengambilkan handuk dan memberikan pada Jerico.
"Apa kamu tidak ingin membantu ku mandi?" Sirena menatap Jerico, tubuhnya menegang mendengar pertanyaan pria yang sudah menjadi suaminya secara sah.
"Aku hanya bercanda, tapi kalau kamu mau boleh juga" Sambung Jerico terkekeh pelan.
Sirena menatap malas pasa pria yang sudah menjadi suaminya secara sah.
Sirena berjalan kearah meja rias, kemudian melakukan ritual malamnya sebelum dia tidur. Yaitu, memakai skincare. Agar kulitnya tetap terjaga dan selalu terlihat cantik.
Setelah selesai memakai skincare, Sirena sudah siap tidur cantik. Dia pun berjalan kearah tempat tidur dan menaikinya.
Sebelum berbaring, Sirena menumpuk beberapa bantal guling di bagian tengah ranjang. Kemudian, dia juga mengambil selimut baru untuk dirinya.
"Aku belum siap satu selimut dengan nya" gumam Sirena sambil menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut tebal dan menyisakan kepalanya saja yang terlihat.
Dengan begini, barulah Sirena bisa tidur dengan aman. Tanpa ada gangguan dari pria itu.
Jerico keluar dari kamar mandi. Sambil mengeringkan rambut nya dengan handuk kecil, pria itu menoleh kearah tempat tidur.
Di sana terlihat Sirena tengah berbaring dengan selimut tebal menyelimutinya. Yang membuat Jerico kesal adalah tumpukan bantal yang memisahkan dirinya dengan Sirena.
"Apa apaan ini!" dengus Jerico sambil berjalan cepat kearah tempat tidur.
Dengan tidak berperasaan, Jerico membuang semua bantal yang menjadi dinding pembatas antara dirinya dengan Sirena.
Sirena yang memang belum tidur langsung duduk saat melihat Jerico membuang semua bantal nya.
"Kenapa guling nya di buang!"
"Karena aku tidak bisa tidur dalam keadaan sempit!" jawab Jerico.
"Kalau begitu, kamu tidur di bawah saja. Lebih luas dibandingkan dengan tempat tidur yang di bagia dua ini!" balas Sirena kesal.
Jerico tidak membalas, dia malah langsung naik ke tempat tidur dan berbaring di samping Sirena.
"Eh, bisa geser gak sih!" tanya Sirena saat Jerico terlalu menempel padanya.
"Tempat tidur mu terlalu kecil!"
"Kenapa kamu menyalahkan tempat tidur ku, kenapa kamu tidak membawa tempat tidur mu ke sini, biar lebih luas!" cibir Sirena kesal.
"Apa kamu ingin aku membawa tempat tidur ku ke sini?" tanya Jerico lugu.
Sirena semakin kesal, pria yang menjadi suaminya ini terlalu polos.
"Ais... Jangan ganggu aku" ucap Sirena merasa malas berdebat dengan Jerico. Dia kembali membaringkan tubuh nya dengan posisi membelakangi Jerico.Lalu, Sirena menarik selimutnya hingga ke leher.
Bukan Jerico namanya jika dia mematuhi ucapan Sirena begitu saja. Dia bergerak semakin merapat pada tubuh Sirena. Lalu secara perlahan Jerico mulai meletakkan tangannya di pinggang Sirena.
Merasakan sentuhan itu di tubuhnya, membuat Sirena merasa kaget. Dia hendak memberontak. Namun, dengan cepat Jerico mengunci pergerakan nya.
"Tidur lah, atau aku akan meminta hak ku saat ini juga!" ancam Jerico.
Sirena langsung bungkam, dia tidak berani bergerak. Membiarkan Jerico semakin memeluknya erat.
...----------------...
"Zahrah, kamu ngapain di situ?" panggil Lastri pada putri kedua nya yang sejak tadi dia cari.
"Eh ibu, ada apa Bu?"
"Sejak tadi ibu mencari kamu. Apa kamu sudah makan?" Zahrah menggeleng.
"Loh kenapa? kok kamu belum makan? ini sudah malam loh!"
Zahrah tidak menjawab, dia mendadak tidak selera makan. Zahrah kepikiran dan kakak nya yang menangis sebelum pernikahan nya di langsungkan.
Zahrah merasa ada sesuatu yang terjadi, sehingga kakaknya terlihat sangat sedih. Tapi apa?? kenapa dia tidak tahu apapun.
"Zahrah?" panggil Lastri membuyarkan lamunan Putrinya.
"Eh iya Bu, ada apa?"
"Kamu kenapa melamun hm?"
"Tidak kok Bu, Zahrah hanya meras lelah, seharian melayani tamu yang hadir" jawab Zahra berbohong.
Sebenarnya, Zahrah ingin bertanya pada ibu nya soal kakaknya yang menangis. Namun, Zahrah merasa ini bukan lah waktu yang tepat. Jadi, dia mengurungkan niatnya itu.
"Eleh eleh, cuma jaga meja tamu saja kok capek. "
Zahra tercengir, kemudian pamit pergi ke kamar pada ibu nya.
Sesampainya di kamar, Zahrah menceritakan pada ketiga sahabat nya tentang apa yang dia pikirkan saat ini.
'Aku benar benar bingung. Di saat hari pernikahan nya. Kakak ku malah menangis' #Zahrah.
'Kok bisa' #Jeni
'Karena terharu kali'# meli
'Aku juga memikirkan hal itu. Tapi, aku melihat seperti rasa sedih yang mata kakak ku pancarkan.' #Zahrah.
'Menurut kalian kenapa kakak ku sedih?'#Zahrah
'Kawin paksa kali'#Hana.
Zahrah terdiam membaca pesan yang Hana kirimkan. Dia tidak pernah terpikirkan soal ini.
"Mungkin juga" gumam Zahrah.
'Apa mungkin?'#Zahrah
'Bisa jadi itu, apalagi seperti kata kamu. Kak Sirena menangis dia kali'#Meli
'Coba kamu tanya sama ibu Lastri saja'#Jeni
Benar, dia harus menanyakan kepada kedua orang tuanya. Apakah pernikahan kakaknya ini merupakan hasil paksaan atau perjodohan?
Jika iya, maka Zahrah akan sangat kasihan kepada kakaknya. Dia pasti akan tersiksa dengan orang asing itu.
"Besok, aku akan menanyakan pada ibu dan ayah" gumam Zahrah sebelum dia terjun ke dunia mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments