NovelToon NovelToon

Zahrah (Korban Pembalasan)

Juara Olimpiade

"Ayah sama ibu pasti senang melihat piala ku ini" Zahrah semakin cepat mengayuh sepedanya. Dia sudah tidak sabar ingin memperlihatkan kepada kedua orang tuanya piala besar yang dia dapatkan.

Zahra Maharani, siswi kelas 3 SMA yang tinggal di sebuah desa pinggiran kota.

Memiliki wajah cantik dan tubuh ideal merupakan bonus baginya. Namun, menjadi wanita yang berprestasi adalah impian baginya.

Gunawan Handono dan Lastri Handono merupakan orang tua yang paling beruntung memiliki anak seperti Zahra.

Karena semangat dan keinginan nya ingin sekolah, membuat dia selalu mendapatkan prestasi yang membanggakan kedua orang tuanya. Dengan prestasi itu juga Zahra tidak terlalu membutuhkan banyak biaya. Ayah dan ibu nya tidak perlu terlalu pusing memikirkan biaya pendidikan untuk dirinya.

Saat tiba di depan rumah, Zahra terkejut melihat beberapa mobil mewah terparkir tepat di halaman rumah nya.

"Wah bagus juga mobil nya, siapa yang datang yah?" Gumam Zahrah memperhatikan satu persatu mobil mobil itu.

Cepat cepat Zahra memarkirkan sepeda nya, lalu masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum" Zahrah mengucap salam. Dia terkejut melihat banyak nya orang di dalam rumah nya.

"Waalaikumsalam" jawab mereka secara bersamaan.

Zahra menatap satu persatu tamu di rumahnya,hingga tatapan matanya berhenti pada sosok yang sangat jarang ia lihat.

Sirena Anjani, gadis cantik yang duduk di samping ibunya dengan kepala menunduk.

"Tumben kakak di rumah, biasanya jam segini dia tidak pernah pulang" batin Zahrah heran.

Sirena merupakan kakak Zahra, wanita yang super sibuk dan bahkan sering tidak pulang ke rumah.

Kini, di siang begini Sirena berada di rumah. Tidak kah hal itu membuat Zahrah terkejut?

Tentu saja, dia sangat terkejut. Apalagi dengan banyak nya tamu seperti ini semakin membuat Zahrah penasaran.

"Zahrah sayang, kamu masuk gih. Ganti baju dulu" suruh Lastri.

Zahra mengangguk patuh, dengan rasa penasaran yang kuat dia berlalu ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Lastri melihat tatapan penuh tanya dari para tamunya.

"Dia adalah Zahrah, putri kedua keluarga kami. Kelas 3 SMA" ucap Lastri memperkenalkan putri keduanya.

Ellen mengangguk mengerti, dia yang merupakan sahabat Lastri melempar senyum pada sahabat nya itu.

"Bagaimana Lastri, apa kalian setuju dengan pendapat kami?" ujar Ellen.

Lastri tampak bingung, dia melirik suaminya meminta pendapat darinya.

"Apa itu tidak terlalu terburu buru? bagaimana kalau mereka bertunangan dulu?" ujar Gunawan sedikit keberatan dengan usulan mereka.

"Itu tidak perlu, bertunangan hanya akan membuang buang waktu. Apalagi keponakan ku juga tidak akan bisa cuti bekerja terlalu lama untuk pergi ke desa ini!" ucap Hena kakak Ellen.

Gunawan menatap Hena, dia merasa sangat tersinggung mendengar ucapan Hena barusan. Dari nada nya saja mereka terkesan menghina mereka yang hidup di desa. Bahkan pernikahan ini terlihat seperti suatu perkara sepele bagi mereka.

Gunawan hendak meletup letup emosinya, beruntung Lastri cepat dan memegang tangan suaminya agar menahan emosinya.

"Bukan seperti itu, kami hanya ingin memberi waktu bagi Sirena dan Jerico untuk saling mengenal satu sama lain" kata Lastri menjelaskan maksud suaminya pada Hena.

Ellen menghela nafas, dia sedikit merasa malu karena sikap kakak nya yang sedikit angkuh.

"Lastri, kamu jangan ambil hati yah. Apa yang kakak ku katakan. Kamu kan tahu sendiri sikap dia seperti apa" ucap Ellen membuat Hena menekuk wajah nya kesal.

"Bagaimana kalau keputusan ini kita serahkan kepada mereka berdua. Apapun yang mereka inginkan, itu yang kita lakukan" sambung Ellen.

Lastri mengangguk setuju, dia menoleh pada suaminya yang juga memberikan respon setuju.

"Aku setuju" ujar Lastri.

Ellen tersenyum lega,di langsung menoleh pada putranya.

"Jerico, menurut kamu bagaimana. Apa kalian mau tunangan terlebih dulu, atau langsung menikah saja?"

Pria tampan yang bernama Jerico Wilson itu pun tersenyum, tatapan matanya tidak lepas dari gadis yang sejak tadi hanya menunduk.

"Lebih cepat lebih baik" jawab Jerico singkat. Ellen tersenyum senang mendengarnya. Kemudian, mereka beralih kearah Sirena.

"Kalau kamu bagaimana nak?" kini Lastri yang mengajukan pertanyaan pada putrinya.

Sirena tidak langsung menjawab, untuk beberapa saat di terdiam memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan.

Lastri menyenggol lengan putrinya yang terlihat diam saja.

"Bagaimana nak?" ulangnya.

"Menurut ku terserah ibu sama ayah aja deh. Aku ngikut!" jawab Sirena pasrah.

Jerico tersenyum mendengar jawaban wanita yang teramat ia suka. Suaranya mengalun seperti kicauan burung yang merdu di telinganya.

Lastri dan Gunawan menatap Siren dalam, hingga suara Ellen menyadarkan mereka.

"Bagaimana Lastri? kamu sudah dengarkan jawaban mereka berdua. Apa kamu setuju dengan usulan Ki tadi?"

Lastri menghela nafas, kelu dia mengangguk setuju.

"Aku setuju" jawab nya.

Jerico sumringah, sebentar lagi gadis itu akan menjadi milik nya.

Di dalam kamar nya, Zahrah berbaring di atas ranjang. Dia merasa lelah dengan semua kegiatan hari ini.

"Kenapa mereka lama sekali?"

"Hmm.. Mereka siapa yah, seperti nya sedang membahas suatu hal yang penting" sambung Zahrah bertanya tanpa ada yang menjawab.

Gadis itu meraih piala dan sertifikat lomba yang dia dapatkan hari ini. Betapa bangga dan bahagianya dirinya hari ini.

Namun, dia harus menahan rasa bahagia ini sampai para tamu pergi dan dia bisa membagi kebahagiaan bersama keluarga nya.

Cling~

Ponsel Zahra berdering, pertanda ada pesan baru masuk. Dengan malas, dia pun meraih ponselnya dan melihat nama pengirim.

Saat melihat nama pengirim pesan, cepat cepat Zahra membuka pesan itu.

'Kamu jadi ikut kan, kumpul di warung bakso mang Mamat?'

Zahrah kebingungan ingin menjawab apa kepada teman teman nya. Jika para tamu masih ada, dia tidak akan bis minta ijin pergi keluar.

Dengan cepat Zahrah mengetik balasan pada pesan pada sahabat nya.

'Aduh maaf yah guys, aku belum bisa memastikan bisa ikut atau nggak. Soal nya di rumah ku ada tamu!'

"Semoga mereka segera pergi" gumam Zahra menatap balasan pesan yang ia kirimkan kedalam grup WhatsApp.

Sembari menunggu para tamu pulang, Nisa memutuskan untuk bermain game online di ponselnya. Mendengarkan lagu, hingga akhirnya Zahra pun tertidur pulas.

Cukup lama Zahra tertidur, hingga dia terbangun karena mendengar suara Isak tangis sang kakak.

Zahra mengucek mata, memastikan bahwa dia benar-benar melihat kakak nya yang sedang menangis bukan halusinasi nya saja.

"Kakak?" panggil Zahra pelan.

Sirena menoleh, Matanya sembab dan masih berlinang air mata.

Zahrah langsung beringsut, pemandangan mata nya tidak salah. Kakak nya benar benar sedang menangis.

Kebanggaan Keluarga

Sirena memeluk Zahrah, menumpahkan semua kesedihan nya dalam air mata yang terus mengalir membasahi baju Zahrah.

"Kakak kenapa? siapa yang sudah berani membuat kakak menangis seperti ini? "

Sirena tidak menjawab, dia terus saja menangis, membuat Zahrah terdiam dan membiarkan kakaknya menangis di dalam pelukan nya.

Setelah cukup lama menumpahkan air mata. Sirena pun menyudahi kesedihannya.

Zahrah menatap wajah sembab kakaknya penuh dengan kekhawatiran.

"Kak, sebenarnya ada apa?"

Lagi dan lagi Sirena tidak menjawab.

"Kakak pergi dulu, maaf sudah membuat baju mu basah" kata Sirena sebelum melengos pergi.

"Tidak apa apa" balas Zahrah menatap kepergian kakaknya.

"Jika tidak mau mengobrol dengan ku, kenapa menangis di kamar ku. Dasar" gerutu Zahrah sambil beranjak dari kasur.

Zahrah keluar dari kamarnya sambil membawa sertifikat dan piala kejuaraan nya.

"Ayah ibu" Zahrah menghampiri Lastri dan Gunawan yang sedang duduk di sofa.

"Eh anak ibu, bawa apa itu?" Lastri langsung bersorak saat Zahrah memberikan piala kejuaraan nya.

"Alhamdulillah, putri kesayangan ibu juara olimpiade matematika. Ayah lihat, anak kita juara lagi"

Gunawan ikut gembira, dia langsung memeluk putri kebanggaan nya.

"Alhamdulillah, terimakasih ya Allah. Telah memberikan putri secantik dan sepintar Zahrah" puji syukur Gunawan.

Zahrah tersenyum senang, melihat kedua orang tuanya bahagia seperti ini adalah cita cita dan tujuan hidupnya.

"Bukan hanya itu Bu, ayah. Zahrah juga dapat beasiswa kuliah gratis di kota"

"Benarkah? wah bagus sekali sayang. Kamu memang putri kebanggaan ibu"

Kebahagiaan berlipat ganda melingkupi keluarga Gunawan. Mungkin ada sedikit rasa sedih yang Sirena rasakan. Namun, mendengar kabar baik ini dari Zahrah, membuat hati Lastri dan Gunawan kembali ceria.

"Ya sudah, ayo kita makan. Kamu pasti belum makan sejak siang kan?" ajak Gunawan.

"Eh ayah, aku mau makan di luar ayah. Teman teman ku ingin merayakan keberhasilan ku"

"Jika aku makan di rumah, nanti perut ku akan penuh dan tidak sanggup makan lagi di sana" sambung Zahrah.

Lastri menepuk kening, benar juga apa yang putrinya katakan.

"Apa kamu punya uang nak?" tanya Gunawan.

"Punya ayah. Uang jajan yang kakak berikan di setiap bulan nya masih tersisa banyak " jawab Zahra.

Lastri dan Gunawan kembali merasa bangga. Zahra merupakan putri mereka yang paling baik, paling rajin, dan paling hemat. Berbeda dengan kakaknya yang lumayan boros.

"Ya sudah ayah, ibu. Zahrah pamit dulu yah. Kasian teman teman udah pada nunggu "

Zahra mencium punggung tangan kedua orang tuanya pamit.

"Hati hati yah, jangan pulang kemalaman " peringat Gunawan.

"Siap ayah,aku akan kembali sebelum pukul 5 sore" janji Zahrah.

Gunawan dan Lastri mengangguk, mereka percaya dengan janji yang Zahrah ucapkan. Karena memang Zahrah merupakan anak yang jujur dan menempati janji. Sejauh ini dia belum pernah ketahuan berbohong.

Lastri dan Gunawan menatap kepergian Zahrah, lalu mereka di kejutkan oleh kedatang Sirena yang berdiri di ambang pintu ruang makan.

"Ayah, ibu, aku juga pamit pergi yah" ucap Sirena.

"Loh mau kemana sayang?" tanya Lastri kaget.

"Aku mau kembali ke kosan Bu, beri aku waktu untuk berpikir, memantapkan hati dan meyakinkan diri apa yang harus di lakukan."

Gunawan menghela nafas berat, dia tahu apa yang saat ini putri sulung nya rasakan.

Namun, mereka tidak bisa berbuat apa apa. Ellen merupakan sahabat Lastri sejak SMP, banyak sedikitnya Ellen sering membantu Lastri ketika dia kesusahan.

Sampai sudah menikah dan sudah memilih anak. Ellen masih sering membantu Lastri.

"Jangan lama lama yah sayang, acaranya tinggal 1 Minggu lagi!" peringat Gunawan.

Sirena tidak menjawab, dia hanya mengangguk pelan. Kemudian, tanpa kata apapun gadis itu pergi begitu saja.

Fyuu...

Gunawan menghembuskan nafas gusar. Dia memaklumi sikap putri pertama nya itu. Perjodohan ini pasti sangat sulit di terima olehnya.

Setelah selesai makan di warung mang Somat. Zahrah dan teman teman nya pergi nongkrong di cafe yang ada di desa nya.

Cafe itu lumayan ngetrend di desanya, tak khayal banyak anak anak muda nongkrong di sana.

"Eh Rah, aku heran deh sama kamu. Kok kamu bisa sih, nolak cowo yang di idam idamkan oleh semua gadis di sekolah kita!" Kata Meli.

"Tau ih, aku mau kalo kalo di tembak sama dia" timpal Jeni.

Zahrah tersenyum simpul mendengar ucapan sahabat nya.

"Gini yah teman teman ku tersayang. Menjalin hubungan dengan seseorang itu jangan lihat fisik nya. Tapi lihat lah hatinya. Kalian tahu kan, bagaimana sikap dia sama anak anak lain?" kata Zahrah menjelaskan. Kemudian dia menyeruput es lemon tea milik nya.

"Jika kalian memandang fisik, maka kebahagiaan tidak akan bertahan lama. Seiring berjalan nya waktu, fisik ini akan semakin melemah, dia akan menjadi tua dan tidak berdaya. Lalu, apa yang akan kita nikmati lagi? apakah rasa sesal? atau mencari kebahagiaan bersama orang lain?"

Meli dan jeni menarik nafas dalam, Zahrah sudah mulai dengan ceramah tanpa ujungnya.

"Udah lah, jangan bahas soal pria lagi.Zahrah tidak akan berhenti berceramah jika kalian terus membahasnya" Sahut Hana mengalihkan pembicaraan ke arah lain.

Sedangkan Zahrah, dia hanya tertawa mendengar ucapan Hana.

...----------------...

Seperti yang sudah dia janjikan, tepat pukul 5 kurang 10 menit. Zahra tiba di depan rumah sambil menggiring sepedanya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab Gunawan yang sedang duduk di ruang tv.

"Wah, benar benar tepat janji. Anak ayah emang yang terbaik" puji Gunawan sambil mengusap punggung Zahra ketika gadis itu Salim.

"Iya dong ayah, janji itu adalah hutang. Dan hutang harus di tunaikan. Bukan hanya di ucapkan saja."

Gunawan tertawa mendengar jawaban islamiah dari putrinya. Dia merasa berhasil merawat Zahrah.

"Ya sudah ayah,Zahrah masuk ke kamar dulu. Mau mandi, dah lengket ni badan" ujar Zahrah pamit. Dia berlalu menuju ke kamar nya setelah ayahnya mengangguk.

Sesampainya di kamar, Zahrah langsung membersihkan diri. Tubuhnya benar-benar terasa lengket setelah mengayuh sepeda sejauh itu.

Selesai mandi, Zahrah merasa tubuhnya kembali segar bugar.

"Huaaammm..."

Zahrah naik keatas tempat tidur, selesai mandi dia malah merasa sangat mengantuk. Karena itu, Zahrah akan tidur sebentar sambil menanti adzan magrib.

Baru memejamkan mata, tiba-tiba ponsel nya berdering sangat keras.

Zahra berdecak kesal, dengan malas tangannya merayap meraba raba balas di samping tempat tidurnya, untuk mencari keberadaan ponsel yang sebelum mandi ia simpan di sana.

"Ngapain dia menghubungi aku?" gumam Zahrah kesal saat melihat siapa yang menghubungi nya sampai mengganggu waktu tidurnya.

Zahra mengabaikan panggilan itu, dia kembali menyimpan ponselnya di atas nakas dan kembali tidur.

Di antar Ayah

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Seorang pria tampan enggan untuk meninggalkan meja kerjanya. Ada banyak dokumen yang harus dia periksa dan beberapa laporan yang harus dia pelajari.

Dia adalah Jerico, pria yang harus lembur setelah cuti 2 hari untuk pergi melihat calon istrinya.

Seorang pelayan mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam setelah mendengar seruan suara Jerico yang mempersilahkan dia masuk.

"Ini kopi nya tuan" Jerico mengangguk, kemudian memberi kode kada pelayan itu agar segera pergi setelah meletakkan kopi di atas mejanya.

Pelayan itu pun langsung pergi keluar dari ruangan kerja Jerico.

Fyuuu

Terdengar suara helaan nafas berat dari Jerico.

Merasa matanya mulai mengantuk, Jerico menyeruput kopi nya agar rasa kantuk di matanya menghilang.

Setelah minum kopi, Jerico meraih ponselnya dan membuka galery foto. Mencari foto seorang gadis kecil yang tengah tersenyum pada seorang anak laki laki.

Gadis itu adalah Sirena waktu kecil. Dia merupakan cinta pertama bagi Jerico. Hingga saat ini, rasa cinta itu masih utuh dan semakin banyak.

Hal ini berawal ketika kedua orang tua nya mengajak mengunjungi keluarga Sirena. Saat itu dia masih kelas 3 SD, masih sangat kecil dan imut.

Saat Jerico bertemu dengan Sirena, Jerico langsung terkagum pada gadis itu.

Hingga akhirnya, Jerico pun mengagumi Sirena secara diam diam. Dia bahkan mengatakan pada kedua orang tuanya. Bahwa dia akan menjadikan Sirena sebagai istri nya, bagaimana pun caranya.

Hal ini hanya di ketahui oleh kedua orang tuanya.

Dulu, ketika Jerico lulus SMA. Ellen ingin melamar kan Sirena untuk putranya. Dia juga sangat setuju bola putranya dan putri sahabat baiknya menikah.

Namun, Jerico tidak menyetujui rencana mami nya. Dia mencegah maminya dengan alasan ingin menafkahi istri nya dengan jerih payahnya.

Jika dia masih sekolah atau sudah kuliah, Jerico takut istri nya akan menderita nanti. Meskipun harta kedua orang tuanya sudah sangat cukup untuk membiayai hidup mereka bersama.

Kini, Jerico sudah memiliki segalanya. Perusahaan, rumah mewah, mobil. Semua sudah dia dapatkan. Hanya Sirena yang belum dia dapatkan.

"Aku sudah tidak sabar, ingin segera memiliki mu Sirena sayang"

Cup.

Jerico mencium layar ponselnya, seolah sedang mencium Sirena.

...----------------...

Pagi yang malang, Zahrah mendapati ban sepedanya kempes saat dia akan berangkat ke sekolah.

"Aduh, gimana ini. Kenapa ban sepeda ku bisa kempes begini" gumam Zahrah panik. Dia tidak tahu harus pergi naik apa ke sekolah. Jika dia jalan kaki, maka dia akan terlambat nanti.

"Kenapa nak?" Gunawan melihat putrinya kebingungan sambil menatap sepedanya.

"Ya ampun, ban kamu kempes?" itu suara Lastri.

"Iya Bu, ayah. Gak tahu kenapa ban nya tiba tiba kempes begini" jawab Zahrah sedih.

"Jangan risau sayang, ayah akan mengantar mu" ujar Gunawan yang langsung berlalu mengambil helm dan kunci motor.

"Apa tidak merepotkan, ayah mengantar Zahrah?" ucap Zahra tidak enak hati. Ayah nya akan terlambat pergi ke kebun bila mengantarnya ke sekolah.

"Astagfirullah nak, ayah tidak pernah merasa direpotkan oleh anak anak yah" ucap Gunawan mengucap.

"Tau ih Zahrah, kami sebagai orang tua tidak boleh melakukan hal itu. Kalian itu adalah tanggung jawab kami." sahut ibu.

Zahrah tercengir, menerima uluran helm dari sang ayah agar segera dia pake.

"Yaudah ayo kita berangkat!"ujar Gunawan penuh semangat. Sangat jarang bagi nya bisa mengantar putrinya ke sekolah.

"Yaudah Bu, Zahra berangkat dulu yah" pamit Zahra mencium tangan Lastri.

"Hati hati yah sayang, ayah" balas Lastri melambaikan tangan.

"Assalamualaikum " ucap Zahrah sebelum mereka melaju.

"Waalaikumsalam " jawab Lastri lagi.

......................

Sesampainya di gerbang sekolah, Zahrah langsung mencium tangan ayah nya pamit.

"Zahrah sekolah dulu yah ayah"

"Iya sayang.Nanyi kalo kamu uda selesai sekolah. Kamu telfon ayah saja yah. Biar ayah jemput kamu"

Zahrah hendak menjawab, namun seseorang lebih dulu menjawabnya.

"Tidak perlu om, Zahrah biar aku yang antar saja nanti"

Zahra dan Gunawan menoleh ke sumber suara.

"Kamu siapa?" tanya Gunawan mengernyitkan dahi. Dia baru melihat Fian, teman sekolah Zahrah.

"Udah ayah, tidak usah dengarkan dia. Sekarang ayah pulang lah, gak enak sama rekan kerja ayah di kebun kalau ayah datang terlambat" ujar Zahrah.

Gunawan mengangguk, kemudian berlalu pergi mengendarai sepeda motor nya.

"Kamu apa apaan sih, ngomong gitu sama ayah. Kalo sempat aku mendapat masalah karena ulah mu. Awas aja! aku akan pastikan hidup mu hancur!" kata Zahrah ketus dan berlalu pergi.

"Semakin susah di dapat semakin membuat aku tertarik" gumam Fian.

"Eh sayang tunggu aku?!"Fian berlari mengejar gebetan nya.

Mendengar teriakan Fian, Zahrah semakin mempercepat langkahnya. Bahkan dia sudah setengah berlari. Agar Fian tidak berhasil mengejarnya. Zahra benar benar tidak mau berurusan dengan orang seperti Fian.

...----------------...

Tanpa terasa waktu cepat berlalu. Waktu yang sangat Jerico nantikan dan yang paling Sirena hindari pun tiba.

Jerico merasa sangat senang, berbanding terbalik dengan Sirena yang sejak tadi tidak berhenti menangis.

Hari ini Jerico dan Sirena akan melangsungkan pernikahan.

Zahrah menatap kakak nya heran, sejak tadi kakaknya hanya menangis. Padahal hari ini adalah hari kebahagiaan nya.

Atau, apa itu air mata bahagia yang kakak nya keluarkan?

Berbagai pendapat meluncur di benak Zahrah. Dia tidak mendapat jawaban yang pasti akan pertanyaan yang dia jawab sendiri.

"Kakak kok nangis sih, ini pernikahan kakak loh. Harusnya kakak bahagia!" ujar Zahra akhirnya melontarkan pertanyaan.

"Kamu tidak akan mengerti, jadi kamu diam saja" jawab Sirena sambil menyeka air matanya.

"Gimana mau mengerti, kakak aja, gak ada cerita sama aku" dengus Zahra kesal pada kakak nya yang tidak pernah mau terbuka kepadanya.

Tok..... Tok..... Tok

Sirena segera menghapus air matanya dengan hati hati, agar make up nya tidak ikutan terhapus. Sedangkan Zahra, dia menoleh kearah pintu yang tidak lama terbuka dan muncullah ibunya.

Lastri tersenyum melihat putrinya yang terlihat sangat cantik dalam balutan baju pengantin.

"Masyaallah, cantik sekali putri ibu. " ungkap Lastri.

Sirena tersenyum tipis, menutupi rasa sedih yang menjalar di hatinya.

Demi kebahagiaan kedua orang tua. Sirena rela di jodohkan dengan pria asing yang tidak ia kenal. Jangankan cinta, rasa suka saja Lastri tidak punya pada Jerico.

"Ayo nak, semua orang sudah menunggu kita" kata Lastri membantu putrinya berdiri.

Zahra ikut berdiri, dia membantu ibu nya merapikan untaian gaun pengantin kakaknya agar tidak membuat kakaknya kesusahan dalam berjalan.

Lastri yang di bantu oleh Zahra menggiring Sirena pelan keluar dari kamar.

Semua orang terpukau, mereka kagum ketika melihat Sirena yang terlihat sangat cantik. Bahkan Jerico sempat melongo melihat calon istrinya yang sangat cantik. Beruntung maminya menyadarkan dirinya sebelum lalat masuk ke dalam mulutnya saking lamanya dia melongo melihat kecantikan Sirena.

"Apakah ini yang dinamakan bidadari surga?" gumam nya pekan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!