Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Seorang pria tampan enggan untuk meninggalkan meja kerjanya. Ada banyak dokumen yang harus dia periksa dan beberapa laporan yang harus dia pelajari.
Dia adalah Jerico, pria yang harus lembur setelah cuti 2 hari untuk pergi melihat calon istrinya.
Seorang pelayan mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam setelah mendengar seruan suara Jerico yang mempersilahkan dia masuk.
"Ini kopi nya tuan" Jerico mengangguk, kemudian memberi kode kada pelayan itu agar segera pergi setelah meletakkan kopi di atas mejanya.
Pelayan itu pun langsung pergi keluar dari ruangan kerja Jerico.
Fyuuu
Terdengar suara helaan nafas berat dari Jerico.
Merasa matanya mulai mengantuk, Jerico menyeruput kopi nya agar rasa kantuk di matanya menghilang.
Setelah minum kopi, Jerico meraih ponselnya dan membuka galery foto. Mencari foto seorang gadis kecil yang tengah tersenyum pada seorang anak laki laki.
Gadis itu adalah Sirena waktu kecil. Dia merupakan cinta pertama bagi Jerico. Hingga saat ini, rasa cinta itu masih utuh dan semakin banyak.
Hal ini berawal ketika kedua orang tua nya mengajak mengunjungi keluarga Sirena. Saat itu dia masih kelas 3 SD, masih sangat kecil dan imut.
Saat Jerico bertemu dengan Sirena, Jerico langsung terkagum pada gadis itu.
Hingga akhirnya, Jerico pun mengagumi Sirena secara diam diam. Dia bahkan mengatakan pada kedua orang tuanya. Bahwa dia akan menjadikan Sirena sebagai istri nya, bagaimana pun caranya.
Hal ini hanya di ketahui oleh kedua orang tuanya.
Dulu, ketika Jerico lulus SMA. Ellen ingin melamar kan Sirena untuk putranya. Dia juga sangat setuju bola putranya dan putri sahabat baiknya menikah.
Namun, Jerico tidak menyetujui rencana mami nya. Dia mencegah maminya dengan alasan ingin menafkahi istri nya dengan jerih payahnya.
Jika dia masih sekolah atau sudah kuliah, Jerico takut istri nya akan menderita nanti. Meskipun harta kedua orang tuanya sudah sangat cukup untuk membiayai hidup mereka bersama.
Kini, Jerico sudah memiliki segalanya. Perusahaan, rumah mewah, mobil. Semua sudah dia dapatkan. Hanya Sirena yang belum dia dapatkan.
"Aku sudah tidak sabar, ingin segera memiliki mu Sirena sayang"
Cup.
Jerico mencium layar ponselnya, seolah sedang mencium Sirena.
...----------------...
Pagi yang malang, Zahrah mendapati ban sepedanya kempes saat dia akan berangkat ke sekolah.
"Aduh, gimana ini. Kenapa ban sepeda ku bisa kempes begini" gumam Zahrah panik. Dia tidak tahu harus pergi naik apa ke sekolah. Jika dia jalan kaki, maka dia akan terlambat nanti.
"Kenapa nak?" Gunawan melihat putrinya kebingungan sambil menatap sepedanya.
"Ya ampun, ban kamu kempes?" itu suara Lastri.
"Iya Bu, ayah. Gak tahu kenapa ban nya tiba tiba kempes begini" jawab Zahrah sedih.
"Jangan risau sayang, ayah akan mengantar mu" ujar Gunawan yang langsung berlalu mengambil helm dan kunci motor.
"Apa tidak merepotkan, ayah mengantar Zahrah?" ucap Zahra tidak enak hati. Ayah nya akan terlambat pergi ke kebun bila mengantarnya ke sekolah.
"Astagfirullah nak, ayah tidak pernah merasa direpotkan oleh anak anak yah" ucap Gunawan mengucap.
"Tau ih Zahrah, kami sebagai orang tua tidak boleh melakukan hal itu. Kalian itu adalah tanggung jawab kami." sahut ibu.
Zahrah tercengir, menerima uluran helm dari sang ayah agar segera dia pake.
"Yaudah ayo kita berangkat!"ujar Gunawan penuh semangat. Sangat jarang bagi nya bisa mengantar putrinya ke sekolah.
"Yaudah Bu, Zahra berangkat dulu yah" pamit Zahra mencium tangan Lastri.
"Hati hati yah sayang, ayah" balas Lastri melambaikan tangan.
"Assalamualaikum " ucap Zahrah sebelum mereka melaju.
"Waalaikumsalam " jawab Lastri lagi.
......................
Sesampainya di gerbang sekolah, Zahrah langsung mencium tangan ayah nya pamit.
"Zahrah sekolah dulu yah ayah"
"Iya sayang.Nanyi kalo kamu uda selesai sekolah. Kamu telfon ayah saja yah. Biar ayah jemput kamu"
Zahrah hendak menjawab, namun seseorang lebih dulu menjawabnya.
"Tidak perlu om, Zahrah biar aku yang antar saja nanti"
Zahra dan Gunawan menoleh ke sumber suara.
"Kamu siapa?" tanya Gunawan mengernyitkan dahi. Dia baru melihat Fian, teman sekolah Zahrah.
"Udah ayah, tidak usah dengarkan dia. Sekarang ayah pulang lah, gak enak sama rekan kerja ayah di kebun kalau ayah datang terlambat" ujar Zahrah.
Gunawan mengangguk, kemudian berlalu pergi mengendarai sepeda motor nya.
"Kamu apa apaan sih, ngomong gitu sama ayah. Kalo sempat aku mendapat masalah karena ulah mu. Awas aja! aku akan pastikan hidup mu hancur!" kata Zahrah ketus dan berlalu pergi.
"Semakin susah di dapat semakin membuat aku tertarik" gumam Fian.
"Eh sayang tunggu aku?!"Fian berlari mengejar gebetan nya.
Mendengar teriakan Fian, Zahrah semakin mempercepat langkahnya. Bahkan dia sudah setengah berlari. Agar Fian tidak berhasil mengejarnya. Zahra benar benar tidak mau berurusan dengan orang seperti Fian.
...----------------...
Tanpa terasa waktu cepat berlalu. Waktu yang sangat Jerico nantikan dan yang paling Sirena hindari pun tiba.
Jerico merasa sangat senang, berbanding terbalik dengan Sirena yang sejak tadi tidak berhenti menangis.
Hari ini Jerico dan Sirena akan melangsungkan pernikahan.
Zahrah menatap kakak nya heran, sejak tadi kakaknya hanya menangis. Padahal hari ini adalah hari kebahagiaan nya.
Atau, apa itu air mata bahagia yang kakak nya keluarkan?
Berbagai pendapat meluncur di benak Zahrah. Dia tidak mendapat jawaban yang pasti akan pertanyaan yang dia jawab sendiri.
"Kakak kok nangis sih, ini pernikahan kakak loh. Harusnya kakak bahagia!" ujar Zahra akhirnya melontarkan pertanyaan.
"Kamu tidak akan mengerti, jadi kamu diam saja" jawab Sirena sambil menyeka air matanya.
"Gimana mau mengerti, kakak aja, gak ada cerita sama aku" dengus Zahra kesal pada kakak nya yang tidak pernah mau terbuka kepadanya.
Tok..... Tok..... Tok
Sirena segera menghapus air matanya dengan hati hati, agar make up nya tidak ikutan terhapus. Sedangkan Zahra, dia menoleh kearah pintu yang tidak lama terbuka dan muncullah ibunya.
Lastri tersenyum melihat putrinya yang terlihat sangat cantik dalam balutan baju pengantin.
"Masyaallah, cantik sekali putri ibu. " ungkap Lastri.
Sirena tersenyum tipis, menutupi rasa sedih yang menjalar di hatinya.
Demi kebahagiaan kedua orang tua. Sirena rela di jodohkan dengan pria asing yang tidak ia kenal. Jangankan cinta, rasa suka saja Lastri tidak punya pada Jerico.
"Ayo nak, semua orang sudah menunggu kita" kata Lastri membantu putrinya berdiri.
Zahra ikut berdiri, dia membantu ibu nya merapikan untaian gaun pengantin kakaknya agar tidak membuat kakaknya kesusahan dalam berjalan.
Lastri yang di bantu oleh Zahra menggiring Sirena pelan keluar dari kamar.
Semua orang terpukau, mereka kagum ketika melihat Sirena yang terlihat sangat cantik. Bahkan Jerico sempat melongo melihat calon istrinya yang sangat cantik. Beruntung maminya menyadarkan dirinya sebelum lalat masuk ke dalam mulutnya saking lamanya dia melongo melihat kecantikan Sirena.
"Apakah ini yang dinamakan bidadari surga?" gumam nya pekan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments