5- Cinta yang manis

Dia jadi kandidat yang terkuat untuk menjadi ketua OSIS selanjutnya. Begitulah pikir semua teman sekelasnya pada Daren. Cowok itu memiliki kepribadian yang tenang dan juga tidak banyak bicara, dan sebagai ketua kelas, kinerjanya juga sangat baik dalam memimpin.

Selain itu yang paling penting, pesona dan tampangnya selalu berhasil memikat siswi-siswi di kelasnya. Namun meski begitu, Daren adalah tipikal cowok yang tidak terlalu suka berbaur dengan teman sekelasnya. Ia sulit untuk didekati.

"Kumpulkan tugasnya ke ruang guru, tolong, ya." kata Daren pada wakil ketua kelas, gadis itu dengan pipi merona karena malu lantas mengangguk cepat dan segera pergi.

Setelah selesai mengerjakan tugasnya sebagai ketua kelas, Daren ingin cepat-cepat bertemu Dasha. Rasanya sangat antusias setiap kali ingin bertemu gadis itu, selalu membuatnya bahagia.

"Bro!"

Daren tersentak kaget saat tangan seseorang tiba-tiba merangkulnya, lantas membuat Daren menoleh sang empunya. Azka, teman sekelasnya.

"Hah?"

Azka yang tidak berhenti senyam-senyum membuat Daren merinding, ada apa dengan cowok itu?

"Lo tau, nggak?" tanya Azka.

Daren menggeleng polos, "nggak." jawabnya.

"Gue lagi jatuh cinta!" Azka yang tipikal cowok penuh energik itu, sangat cocok sekali berteman dengan Daren yang pendiam.

Mendengar ucapan Azka, Daren tidak tahu harus apa. Ia hanya mengangguk sambil garuk-garuk kepala, bingung apa yang harus ia lakukan jika cowok itu sedang jatuh cinta.

"Oh, oke."

"Pasti Lo pengen dengar 'kan, kronologi kenapa gue bisa jatuh cinta?! itu tepat tadi pagi, jir! gue benar-benar jatuh cinta sama bidadari!" Azka sangat antusias, ia bahkan semakin mengunci kepala Daren di bawah ketiaknya.

"Bau!" kesal Daren, setengah mendorong tubuh Azka menjauh.

Cowok itu tersenyum, "bau harum, 'kan? bau ketek orang lagi jatuh cinta nih!" sentak Azka, membuat Daren terhenyak menatapnya.

Benarkah? pikir Daren, karena ucapan Azka barusan. Apakah berarti ia juga seperti itu?!

Azka berjalan beberapa langkah mendahului Daren, kemudian menoleh. "Lo mau dengar, nggak?"

Daren mengangguk santai, "iya."

Ini cerita yang cukup berkesan bagi Azka, karena kejadian itu terjadi saat tadi pagi ketika ia baru sampai di sekolah.

Azka yang baru saja memarkirkan motornya, lantas berjalan memasuki halaman sekolah. Seraya memainkan kunci motor ditangannya, ia mulai bersiul.

Bruk!

Namun tidak sengaja Azka malah menabrak seorang siswi, dan saat melihat siswi itu membuat Azka langsung menyodorkan setangkai bunga mawar merah padanya.

"Maaf karena nabrak Lo, Kak! gue cinta sama Lo!"

"Kok bisa ada bunga? tiba-tiba!"

Siswi itu tidak berkedip menatap Azka, dan sempat menoleh ke belakang jikalau Azka ternyata salah orang.

"Gue cinta sama Lo, Kak!"

"Stres!"

Begitulah ceritanya, benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama pada siswi itu! Azka tidak bisa berhenti tersenyum ketika mengingatnya.

Dan Daren yang mendengar ceritanya itu, hanya bisa diam dan membiarkan temannya itu bahagia semaunya.

"Bantuin gue, Ren! gue pengen tahu siapa nama bidadari itu, gue cinta sama dia!" seraya mengeluarkan setangkai mawar merah dari sakunya, Azka menyodorkannya pada Daren.

Perbuatan cowok itu mengundang kesalahpahaman dari murid-murid yang berlalu lalang, mereka geleng-geleng kepala melihat Azka menyodorkan bunga pada Daren. Tidak wajar!

Daren terhenyak seraya memandangi bunga di hadapannya, melihat ekspresi itu Azka spontan mendelik.

"Bunga ini buat bidadari gue, bukan buat Lo!" ujarnya membuat Daren mengangguk paham.

"Penampilan cewek yang kamu suka itu, kayak gimana?" tanya Daren santai, Azka spontan bereaksi geli.

"Kampret! kenapa cara Lo ngomong pake aku-kamu?! kenapa nggak lo-gue aja?!" sentaknya menatap Daren, dan mencengkram kedua pundaknya.

Daren terkekeh kecil, "maaf, kebiasaan. Karena di keluarga kami cukup disiplin dalam hal berbicara." jawabnya, Azka mengangguk paham.

"Orang kaya emang beda." gumamnya, detik selanjutnya ia lantas mengibaskan tangannya di udara. "Tenang aja! nanti gue bakal ajarin banyak hal yang dilakukan orang miskin kayak gue."

Perkataannya membuat Daren memiringkan kepalanya, bingung.

Kembali ke topik utama mereka, Azka kembali membahasnya. "Kayaknya dia kelas 12, terus penampilannya itu ... dia cantik tapi agak cuek, rambutnya panjang dan bergelombang."

Daren mengangguk, memikirkan bagaimana sosok yang Azka gambarkan.

"Ada tahi lalat kecil juga di pipinya!" mendengar ucapannya, entah kenapa Daren malah teringat Dasha.

Pasalnya, gadis itu juga memiliki tahi lalat kecil di pipinya.

Apa mungkin? pikir Daren.

"Oh iya, kayaknya dia lagi terluka. Soalnya gue sempat lihat, kepalanya di perban. Kasihan banget cinta gue!" tambah Azka lagi.

Daren yang sempat menduga-duga lantas menghela napasnya, kalau cewek yang Azka suka itu sedang terluka, berarti dia bukan Dasha.

Nggak mungkin, batin Daren.

Syukurlah, lagipula kalaupun Dasha terluka, tidak mungkin tidak mengabarinya. Mereka 'kan pacaran, sudah pasti Daren juga prioritasnya.

"Kantin, oi. Gue lapar." ajak Azka melenggang pergi duluan, Daren kemudian mengangguk dan mengikutinya.

••••••

"Kalian tau nggak, kenapa pentol bulat?"

Dasha bertanya dengan mulut yang penuh makanan, ia sangat menikmati dua mangkuk bakso yang ia pesan.

Ayara dan Satya yang makan bersamanya di kantin, saling berpandangan dan geleng-geleng kepala melihat betapa rakusnya gadis itu saat makan.

"Lo tau kenapa Lo bulat? karena Lo queen pentol!" kata Satya yang spontan saja membuat Dasha melempar tisu padanya.

"Nggak jelas lu, Bang-Sat-ya!" kesal Dasha, kemudian kembali menikmati makanannya.

Ayara lantas tersenyum, "nih, gue kasih bakso gue. Habisin, oke?"

Dasha mendadak sumringah seraya mengangguk cepat, namun Satya malah mengatainya.

"Jangan di kasih lagi, jir, nanti dia jadi babi! Lo lihat aja tuh, udah dua mangkuk dia habisin!" kata Satya spontan membuat Ayara terbahak.

"Kampret!" kesal Dasha, mulutnya komat-kamit mengumpat pada Satya seraya mengambil bakso yang Ayara berikan padanya.

Satya lantas tersenyum memandangi Dasha, meskipun sedang terluka, gadis itu tetap seperti dirinya yang biasanya.

"Pacar Lo ... tahu Lo abis kecelakaan?" tanya Satya tiba-tiba.

Dasha spontan menyentuh perban di kepalanya. Kemudian tersenyum tipis, semua teman sekelasnya memang mengira bahwa luka di kepalanya ini karena kecelakaan, padahal bukan. Dan satu-satunya yang mengetahui kejadian aslinya, hanya Ayara. Karena Dasha telah menceritakan semuanya.

"Nggak. Soalnya cuma masalah kecil." jawab Dasha santai.

Satya spontan melotot, "masalah kecil dengkul Lo! Lo bisa aja geger otak atau amnesia, 'kan bahaya! apalagi kalau Lo bener sampai amnesia, entar Lo nggak ingat punya hutang seratus ribu sama gue!"

Dasha tercengang, "seriusan?!'

"Iya! sini bayar!"

Dasha lantas merogoh sakunya dan memberikan uang seratus ribu pada Satya, cowok itu tersenyum puas.

Ayara yang gemas, spontan menjitak kepala Satya.

"Balikin duit dia." titah Ayara datar. Satya nyengir kuda, dan mengembalikan uang gadis itu.

Dasha mendelik kesal seraya memasukan kembali uangnya ke dalam sakunya, "sialan!" umpatnya kesal.

Ayara lantas berdehem, "Lo serius? nggak mau ngasih tahu keadaan Lo sama pacar Lo itu ... siapa sih namanya?" tanya Ayara menoleh ke arah Satya.

"Jamal." jawab Satya datar.

"Daren, kampret!" kesal Dasha.

Ayara mengangguk, "nah iya, si Daren! kalau nanti dia marah, gimana? karena Lo nggak ngasih tahu! dia 'kan pacar Lo!" di akhir kalimatnya, Ayara mengatakannya dengan penuh penekanan.

Dasha mendengus, "dia cuma target permainan." gumam Dasha. Satya terperangah.

"Hah? ngomong apa tadi?" tanyanya penasaran.

Gadis itu menggeleng, "bukan urusan Lo!"

Sementara itu. Daren dan Azka baru saja memasuki kantin. Azka dengan wajah sumringahnya mulai mengedarkan pandangannya dan mencari cintanya yang tadi pagi.

"Mau makan apa mau nyari cinta?" tanya Daren datar.

Azka mengusap bibir dengan punggung tangannya, masih mengedarkan pandangannya. "Dua-duanya!" sahutnya.

Daren mengangguk, sementara Azka sedang mencari gadis yang ia cari. Daren mulai sibuk pada handphone-nya, ia sempat mengirimkan pesan pada Dasha sebelum pergi ke kantin tapi gadis itu belum kunjung membalasnya.

Akhirnya mata Azka yang jeli berhasil menangkap sosok yang sedang ia cari. Cinta pandangan pertamanya tadi pagi, gadis itu sedang makan bakso.

Azka spontan menabok punggung Daren, membuat cowok itu kaget.

"Itu dia!"

"Mana?" tanya Daren heran.

Azka memberikan isyarat agar Daren mengikutinya, dan cowok itu menurut. Seraya mengeluarkan setangkai mawar merah dari punggungnya, Azka sudah siap untuk menyatakan cinta pada gadis yang secantik bidadari itu.

Tubuh Daren spontan tersentak, langkahnya terhenti saat Azka juga berhenti. Ia tidak berkedip memandangi sosok gadis yang Azka jatuh cinta padanya itu, dari belakang.

"Dasha?!"

Mendengar suara itu, Dasha yang ingin mengunyah pentol lantas tersedak dan menyemburkan pentol itu hingga terlempar ke mangkuk Satya, saking kagetnya ia mendengar suara Daren.

Ayara spontan melotot saat pentol yang masuk ke dalam mangkuk Satya, cowok itu malah tidak menyadari dan ingin memakannya.

"Itu bekas mulut Dasha, oi!" ucapnya.

Satya kaget, spontan melempar pentol itu ke sembarang arah namun malah mengarah ke arah Azka yang langsung saja Azka tangkap.

Lumayan, pentol gratis, pikir cowok itu sambil memakannya.

Satya dan Ayara kompak menatap jijik, saling berpandangan. "GILAKKK!!!" teriak mereka.

Azka yang masih mengunyah, mengernyit heran menatap kedua orang itu. Kemudian kembali tersenyum sambil menyodorkan setangkai bunga pada Dasha. Namun gadis itu tidak menyadari kehadirannya.

Dasha spontan bangkit dari duduknya, menatap Daren tercengang. Kenapa cowok itu bisa ada disini?! oh iya, ini 'kan kantin sekolah!

Perban? terluka? Dasha? orang yang Azka suka? pikiran Daren campur aduk, tapi yang lebih mengejutkannya adalah perban di kepala Dasha. Gadis itu terluka, dan tidak memberitahukannya!

Dasha meneguk salivanya kemudian berusaha tersenyum, "hai, Daren."

Daren lantas meraih tangan Dasha, menggenggamnya erat seraya menatap sinis pada Azka yang masih tersenyum.

"Dia milikku." setelah berkata dengan nada dingin itu, Daren menarik Dasha dan membawanya pergi dari kantin.

Mendengar perkataan cowok itu, tangkai mawar merah yang Azka pegang seketika patah, seperti hatinya.

Azka tersenyum, mencoba tabah menghadapi kenyataan pahit yang dirasakannya.

Ia kemudian menoleh ke arah Ayara dan Satya yang menatapnya, "denger bunyi potek nggak?" tanyanya, Ayara spontan menggeleng.

"Nggak."

"Itu hati gue!"

Satya mendengus, suasana hatinya berubah. Apalagi saat cowok itu memegang tangan Dasha dan membawanya pergi, entah kenapa membuatnya kesal saat melihatnya.

••••••

Sepanjang koridor sekolah, Daren belum melepaskan genggaman tangannya. Membuat Dasha merasa kikuk, apalagi murid-murid yang berada di koridor bisik-bisik dan memperhatikan mereka.

"Daren. Mau kemana? kalau mau bicara, ayo ke rooftop." ucap Dasha. Dan cowok itu memang membawanya ke sana.

Setelah menaiki anak tangga akhirnya mereka sampai di sana, dan Daren masih belum melepaskan genggaman tangannya.

Cowok itu membalikkan badannya menghadap Dasha, ekspresinya datar dan tatapannya terlihat sendu memandangi Dasha.

"Aku pacar kamu, 'kan?" pertanyaan Daren yang tiba-tiba itu membuat Dasha mengernyit heran.

Kemudian mengangguk, "iya," jawabnya.

"Kalau gitu, kenapa nggak ngasih tahu?" tangan kiri Daren perlahan mengelus pipi Dasha, kemudian beralih mengusap lembut rambutnya.

Dasha terperangah, "oh ini? yah, nggak penting juga! lagian cuma luka kecil!" jawab Dasha, ia tertawa renyah.

"Penting!" sentak Daren mengejutkannya, "semua tentang kamu itu penting, bahkan jika itu luka kecil."

Mendengar perkataannya, bibir Dasha sedikit terbuka. Ia terhenyak memperhatikan wajah khawatir dan sedih dari cowok itu, benar-benar tulus tanpa ada sedikitpun kebohongan darinya. Berbeda dengan Dasha, bahkan tentang perasaannya pada cowok itu hanya sandiwara.

Tapi kenapa? sedikit demi sedikit, cowok itu perlahan meruntuhkan pertahanannya?

Dasha tersenyum, "aku cewek kuat lho! kalau luka segini mah, nggak bakal nangis! nggak sakit, jadi jangan khawatir, oke?!"

Iya, dia sangat kuat. Saking kuatnya dia sampai lupa, caranya menangis.

"Tapi aku 'kan pacar kamu, jadi kamu harus selalu ngabarin kalau ada apa-apa." ekspresi Daren berubah serius, menatap Dasha marah.

Mereka saling bertatapan sesaat, membuat Daren lantas menghela napasnya seraya tersenyum. Ternyata ia memang tidak bisa marah pada gadis itu.

"Mulai sekarang, kalau terjadi sesuatu sama kamu. Harus ngabarin, janji?" Daren tidak ingin hal ini terjadi lagi, karena itu ia meminta Dasha untuk berjanji.

Awalnya Dasha hanya diam seperti memikirkan sesuatu, beberapa saat kemudian gadis itu mengangguk seraya menyodorkan jari kelingkingnya.

"Janji." sahut Dasha tersenyum, menunggu cowok itu menautkan jari kelingking padanya.

Namun Daren malah menarik tangannya, dan memeluknya erat. Perbuatannya yang tiba-tiba membuat Dasha tidak berkutik, cowok itu sedikit demi sedikit berubah.

Lalu kemana Daren yang polos dan pemalu itu?!

Daren tersenyum, jari jemarinya menyusuri rambut gadis itu kemudian mengusapnya dengan lembut. "Sha, aku wangi, 'kan?"

Dasha terperangah dalam dekapan Daren, bingung dengan perkataan cowok itu. "Hah? ah, iya, wangi kok" karena tidak mengerti, Dasha lantas mengiyakan saja.

Daren mengangguk, "ternyata kata teman aku emang benar," ia tersenyum mengingat perkataan Azka saat itu.

"Maksudnya?"

"Katanya, ketek orang yang lagi jatuh cinta itu wangi."

Mendengar perkataan Daren, Dasha spontan mendorong tubuhnya. Mundur beberapa langkah dari Daren.

"Setelah dengar kamu bilang begitu, rasanya aku mau memukul setiap orang yang lewat di depan aku sekarang."

Daren yang terlalu polos atau temannya itu yang kurang ajar?! bisa-bisanya ia mengatakan hal seperti itu dengan ekspresi polosnya!

"Mana teman kamu itu?" tanya Dasha serius.

"Mau ngapain?"

"Mau aku hajar!"

...••••••...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!