Love, Then Lost

Love, Then Lost

1- Pernyataan Cinta!

Hari ini, hari yang sempurna untuk mendapatkan kesan pertama yang baik saat bertemu dengan adik kelas, di tahun ajaran yang baru di SMA Jaya.

Tentu saja saat Dasha berjalan di sepanjang lorong, ia sudah menjadi pusat perhatian semua murid yang berlalu lalang. Terutama adik kelas dari kelas 10 dan juga 11.

Tapi sepertinya kesan pertama mereka saat melihat Dasha, gadis itu terlihat dingin dan juga anggun.

Padahal sebenarnya gadis itu lembut dan juga baik. Keanggunannya? tentu saja akan terlihat jika dia tetap diam.

BRAKK!!!

"DASHA ADHARA HADIR! MAAF TERLAMBAT DATANG!"

Dan jika dia sudah berbicara, sepertinya keanggunannya itu akan luntur karena gadis itu memiliki kepribadian yang cukup barbar dan juga sedikit tomboy. Berbanding terbalik dengan wajahnya yang sangat cantik dan juga menawan.

"Nggak usah datang juga nggak papa, mending pulang aja dan lanjut tidur sana."

"Mulut siapa itu?! kok nggak dijaga?!" sentak Dasha selidik seraya menunjuk teman-temannya yang duduk di barisan depan.

"Mulut saya, mau apa kamu, hah?!"

Gadis itu spontan terperanjat kaget mendapati sudah ada guru yang mengajar, Pak Edi guru mata pelajaran matematika itu sudah berada disampingnya. Seraya memilin ujung kumisnya, Pak Edi melotot menatap Dasha yang cengengesan.

"Maaf Pak, saya terlambat. Soalnya saya harus tampil cantik. Kita 'kan udah kedatangan adik kelas yang baru." meski mengatakannya dengan setengah bercanda, salah satu siswa yang tidak pernah akur dengan Dasha lantas menanggapi.

"Tampil cantik apaan? dandanan udah kayak tante-tante ae, bukannya malah adik kelas yang kepincut, eh ternyata malah bapak-bapak!"

Tawa seisi kelas meledak, situasi yang lucu ketika teman mereka itu mulai mencari masalah dengan Dasha.

Padahal Dasha hanya memoles wajahnya dengan make up sederhana dan terkesan natural, tapi bukan Satya namanya kalau tidak pernah mencari masalah dengannya. Cowok itu selalu mengganggunya.

"Kalau bapak-bapak yang kepincut, berarti bapak Lo juga kepincut sama kecantikan gue! dengan begitu gue bakal nikah sama bapak Lo dan jadi emak tiri Lo. Gue bakal sita semua aset berharga termasuk handphone Lo itu, biar pas berak Lo cuma bisa mandangin belakang botol shampo doang!"

Mendengar Dasha mengomel sembari berkecak pinggang, semua teman sekelasnya kembali tertawa. Dan Satya, cowok itu mendengus kesal karena ucapannya barusan.

Buk!

"Ngomel aja terus kayak emak-emak, sana cepat duduk ke tempat kamu!"

Pak Edi yang gemas lantas menimpuk kepala Dasha dengan buku paket ditangannya, gadis itu merengek kesakitan sembari menggerutu kesal saat berjalan menuju tempat duduknya.

"Baiklah, kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku paket kalian halaman 4----"

.

.

.

.

Bel istirahat baru saja berbunyi, setelah membereskan barang-barangnya, Pak Edi lantas berpamitan keluar kelas kemudian disusul sebagian muridnya yang ingin segera menuju kantin sekolah.

Terkecuali Dasha, dan juga teman sebangkunya. Ayara. Mereka berdua sedang berbincang-bincang ringan seraya membereskan buku di atas meja. Namun fokus Dasha teralihkan pada dua orang teman sekelasnya yang duduk di barisan paling belakang.

Mereka seperti asik sedang membicarakan sesuatu tentang sebuah permainan tantangan, karena penasaran Dasha lantas menghampiri mereka.

"Main apaan?" tanyanya yang membuat Lena dan Tara, kedua teman sekelasnya itu kompak menatapnya.

"Kenapa? mau ikut?" tanya Lena selidik.

"Ikut aja! jadi pas deh tiga orang! Lena kelas dua belas, gue kelas sebelas, dan Dasha kelas sepuluh." ucap Tara menunjuk ke arahnya.

Dasha mengernyit heran, "yaudah gue ikut, gimana caranya?" tanyanya tanpa berpikir dulu.

Ayara yang mendengar pembicaraan mereka, lantas menepuk dahinya dan geleng-geleng kepala kenapa Dasha langsung ikut saja tanpa bertanya lebih dulu. Padahal mereka tahu, Lena dan Tara itu selalu memainkan permainan yang aneh dan juga beresiko.

"Oke deal! nggak boleh mundur lagi ya, udah setuju buat ikut!" ucap Tara cengengesan.

"Gimana cara mainnya?" tanya Dasha lagi, penasaran.

Lena menghela napasnya sebentar kemudian menjelaskan permainan mereka hari ini.

"Ini namanya permainan cinta, lebih tepatnya kita bakal bersandiwara! karena target kelasnya udah di tentukan, sekarang Lo harus nyatain perasaan Lo dan ajak pacaran salah satu cowok dari kelas 10, random jadi bebas pilih mau yang mana!"

Mendengar penjelasan Lena, Dasha spontan menggebrak meja di hadapannya.

"GI-GILA! PERMAINAN MACAM APA ITU, MISKAH?!"

"Nama gue Lena, Miskah siapa?"

Dasha menutup setengah wajahnya yang memerah karena malu, "Gu-gue, belum pernah pacaran! dan lagi, kenapa harus sama adik kelas?! kalau kelas 11 sih nggak masalah, masa kelas 10?! yang ada gue malah dibilang lebih tertarik sama berondong lagi!"

"Lagian Lo cuma akting pura-pura suka dan jadi pacar yang baik aja, cuma selama satu bulan setelah itu putusin ae. Gimana? terdengar menantang bukan?!" Tara dengan antusias menatap Dasha dengan kedua alisnya yang naik turun.

Dasha lantas menoleh ke arah Ayara, menatap sahabatnya itu yang malah menatapnya datar seraya mendengus. Dari ekspresi Ayara sudah dapat Dasha pahami apa maksudnya.

Lena dan Tara, dua orang itu malah memainkan permainan sandiwara yang siapapun pasti berpikir, bahwa permainan ini mempermainkan perasaan tulus seseorang. Apa mereka tidak berpikir? saat mengetahui bahwa orang yang kita sukai hanya berpura-pura menyukai kita ... itu akan sangat menyakiti hati!

"Nggak bisa di batalin, ya, karena gamenya udah mulai. Oh iya, ada larangannya juga. Kalau sampai jatuh cinta beneran sama target, detik itu juga Lo harus akui kebohongan Lo itu di depan semua orang di tengah lapangan!" Lena tersenyum manis seraya bangkit dari duduknya.

"Kalau itu sampai kejadian, bukannya mereka semua bakal berpikiran bahwa kita jahat, ya, 'kan?" Dasha mendongak, bersusah payah menelan ludahnya yang terasa tercekat.

Lena lantas meliriknya, kemudian mengedipkan sebelah matanya. "Itu konsekuensinya!"

Tara yang berada disampingnya lantas mengangguk, "let's go! cari target!!!" serunya memimpin.

Saat Lena berlalu melewatinya, Dasha spontan mencegat tangannya.

"Tunggu! gue, gue nggak tahu mau nembak siapa! lagian mereka semua 'kan asing, mana gue kenal! masa gue nembak cowok yang nggak gue kenal sama sekali! entar gue malah salah pilih target! bisa repot entar kalau gue malah ketemunya sama jamet!" perkataan yang ada benarnya, namun terkesan ragu saat ia ucapkan.

Lena menjentikkan jarinya, "ah, gue tahu!" lantas membuat Dasha dan Tara spontan menatapnya.

"Apa?" tanya Dasha penasaran.

"Tadi pagi gue dengar cewek-cewek lagi gibah, katanya ada cowok yang ganteng banget dan juga keren! tapi sayangnya, mereka bilang cowok itu nggak banyak bicara dan juga terkesan cuek!"

Dasha mengangguk paham, "oke, siapa namanya?" tanyanya penasaran.

"Dia dari kelas 10 IPA 1, namanya----"

...••••••...

"Permisi, yang namanya Daren Aldevaro. Mana orangnya? bisa panggilkan?"

Menyadari kehadiran kakak kelas berwajah cantik namun asing bagi mereka, membuat sebagian murid di kelas itu tercengang dan saling bertanya-tanya kenapa kakak kelas itu mencari salah satu teman sekelas mereka.

"Tunggu Kak, aku panggilkan dulu."

Dasha mengangguk singkat seraya memandangi kuku jarinya, ia menunggu seraya bersandar pada dinding kelas tanpa menyadari bahwa murid-murid dari kelas itu mengintip dari kaca jendela karena penasaran dengan tujuannya.

"Siapa?"

Deg!

Suara yang terdengar serak itu masuk ke telinganya, spontan menoleh dan membuat Dasha tidak berkedip memandangi cowok yang berdiri di hadapannya sekarang.

Target permainan ini, awal kebohongan dari segala kebohongan yang akan terjadi ke depannya.

Meskipun terpaksa, dan mulai merasa bersalah saat menatap wajah itu. Mau tak mau Dasha harus melakukannya. Dan Dasha juga harus mengakui bahwa cowok di depannya sekarang, dia benar-benar tampan dan keren seperti yang Lena katakan.

"Daren ... 'kan?" kata Dasha dengan sedikit nada keraguan.

Cowok bernama Daren itu, lantas mengangguk kemudian tersenyum ramah.

"Iya, Kak." melihat senyuman itu, Dasha semakin merasa bersalah karena harus membohonginya.

"Kenalin, gue Dasha Adhara, kelas 12 IPS 4." ucap Dasha memperkenalkan dirinya, Daren lantas mengangguk dengan senyuman simpulnya.

"Ada apa, Kak?"

Dasha meneguk ludahnya, tenggorokannya kembali tercekat. Dengan sebisa mungkin mengontrol emosinya, Dasha lantas mengatakan apa tujuannya pada cowok itu.

"Daren, gue suka sama Lo. Ayo kita pacaran." kalimat yang sudah susah payah Dasha pikirkan, akhirnya keluar juga dari mulutnya.

Baiklah, ia tidak tahu ekspresi apa yang akan cowok itu tunjukkan. Tapi Dasha yakin, pasti cowok itu akan menunjukkan ekspresi marah atau bahkan langsung ilfil kepadanya.

"Sa-saya ...."

Deg!

Dasha spontan mendongak, ternganga memperhatikan ekspresi yang cowok itu tunjukkan. Bukan marah, ataupun memandang jijik ke arahnya! cowok itu malah mengusap belakang lehernya, dan memasang ekspresi gugupnya. Daren, sepertinya malu!

"Ah! Lo nggak harus jawab sekarang kok!" Dasha mencoba mencairkan suasana, ia lantas terkekeh pelan seraya membalikkan badannya. "Tapi jawaban Lo, gue bakal tunggu sepulang sekolah. Gue bakal tunggu Lo di taman sekolah. Oke, sampai ketemu nanti."

Ekspresinya yang kadang serius, dan pesonanya yang anggun itu membuat Daren tidak berkedip menatapnya, bahkan saat Dasha mulai melenggang pergi meninggalkannya.

Sepeninggal gadis itu, Daren kemudian menghela napasnya lega, dan menutupi sebagian wajahnya yang terasa panas dan sudah memerah seperti tomat yang di rebus!

...••••••...

"Gue berdosa banget!!! seseorang tolong hukum gue!"

Dasha memekik tertahan dengan mengepalkan kedua tangannya, mencoba menahan gejolak emosi yang dirasakan.

Ayara yang berjalan di sampingnya, lantas mencubit lengan Dasha sampai membuat gadis itu berteriak kesakitan.

"Udah gue hukum, puas?" Ayara dengan ekspresi datarnya membuat Dasha memanyunkan bibirnya.

"Kenapa Lo nggak bilang ke gue sih, harusnya Lo tegur gue gitu supaya gue nggak ikut permainan sialan itu!" Dasha berdecak kesal, bahkan menarik-narik lengan Ayara.

"Tanpa gue bilang juga harusnya Lo 'kan udah tahu, kebiasaan Tara dan Lena itu! harusnya jangan diikutin!"

"Yha, gimana dong! gue lupa!"

"Dasar!" delik Ayara kesal, seraya menghentikan langkahnya. Ayara lantas menoleh ke arah taman, "sana cepat, Lo tunggu dia dan dengar apa jawabannya."

Dasha mengangguk sedih, menatap Ayara dengan lekat. "Doain, ya!"

Ayara mengangguk, "semoga berhasil."

"Jangan berhasil! semoga nggak berhasil, dengan begitu permainan ini bakal selesai sebelum gue mulai! HUAHAHAHAHAHAHA UHUK-UHUK!"

Ayara mendengus seraya mengusap-usap punggung Dasha, "banyak gaya! tersedak, 'kan jadinya." ucapnya masih dengan ekspresi datar.

Dasha menepuk-nepuk dadanya, "ada nyamuk masuk, kampret!"

"Buka mulut Lo selebar goa, biar nyamuknya nemu jalan keluar." titah Ayara, Dasha dengan polosnya malah menurut dan membuka mulutnya.

"Oke, nyamuknya sudah keluar." kata Ayara, masih dengan ekspresi datarnya yang terkesan lesu itu.

Dasha mengangguk, "oke sip, gue pergi dulu."

"Hati-hati ...."

.

.

.

.

Sesuai perkataannya, sepulang sekolah Dasha sudah menunggu cowok itu di taman. Sembari duduk di salah satu kursi, Dasha mulai merenungkan perbuatannya hari ini.

Ia juga berharap bahwa cowok itu menolaknya atau bahkan mencampakkannya dengan kasar, seperti di film-film kebanyakan.

Lagipula dua orang yang tidak pernah kenal, masa tiba-tiba harus pacaran? 'kan tidak masuk akal! apalagi dia kelas 10 sedangkan Dasha kelas 12, semakin tidak masuk akal! apalagi jika si Satya tahu, cowok itu sudah pasti akan meledeknya habis-habisan karena memacari orang yang lebih muda darinya.

Dasha si penyuka brondong. Oke, mungkin panggilan itu tidak lama lagi akan terdengar dari mulut Satya! tapi itu tidak akan terjadi jika Daren menolaknya, oke semoga saja keberuntungan hari ini memihak kepadanya.

"Kak, saya sudah disini." Daren yang baru saja sampai terheran-heran mendapati Dasha yang tidak menyahut, sepertinya gadis itu terlalu larut dalam pikirannya sendiri sampai tidak menyadari kehadirannya.

"Kak, Kak Dasha ...."

Deg!

Dasha terlonjak kaget saat Daren sudah berdiri di depannya, lantas membuat Dasha bangkit dari duduknya.

"Gimana?" tanyanya tidak sabaran.

Daren terdiam sesaat, membuat Dasha kebingungan dan semakin lekat menatap Daren yang terbebani dengan tatapannya. Cowok itu kembali mengusap belakang lehernya, mengalihkan pandangannya dan enggan menatap Dasha yang sudah menantikan jawabannya.

"Sepertinya saya----"

"Sepertinya Lo nggak suka sama gue, dan nolak gue 'kan?" padahal belum selesai Daren berbicara, Dasha sudah lebih dulu menyela.

Raut wajah Dasha nampak sumringah memperhatikan Daren yang tertunduk murung.

YESSSS!!! MESKIPUN DIA ANAK YANG SOPAN DAN JUGA TERLIHAT PEMALU, APALAGI TAMPAN. MEMANG SAYANG SIH, TAPI MAU GIMANA LAGI?! GUE EMANG UDAH DITAKDIRKAN UNTUK MENJOMBLO!

HIDUP JOMBLO! HIDUP JOMBLO!

Kesenangan yang memuncak ini membuat Dasha ingin melompat kegirangan, ia bahkan sudah menahan senyuman dengan menggigit bibir dalamnya dan meremas ujung roknya.

Dasha lantas menghela napasnya, kemudian tersenyum. "Oke deh, gue pergi dulu, ya. Selamat tinggal."

Dasha melangkahkan kakinya pergi, dengan ekspresi sumringahnya. Namun senyumnya sirna tatkala secara tiba-tiba, Daren mencegat tangannya dan menghentikan langkahnya.

Ekspresi yang tercengang, dan tidak berkedip ini menatap Daren yang terlihat malu-malu untuk mengatakan sesuatu.

"Kak, saya juga! saya juga suka sama Kakak! ayo kita pacaran!"

Perkataan yang terdengar tulus itu membuat tubuh Dasha mematung ditempat, manik mereka bahkan saling berpandangan dan dapat Dasha lihat bahwa tatapan cowok itu sangat tulus dan juga lembut.

Daren bahkan melempar senyum manisnya pada Dasha, cowok yang Dasha kira memiliki kepribadian dingin dan kasar itu ternyata hanyalah cowok yang pemalu dan juga terlihat manis dengan tingkah polosnya.

"Saya suka Kakak."

Senyumannya itu ....

Membuatnya semakin merasa bersalah saja ....

...•••••...

Terpopuler

Comments

I'm site

I'm site

next kak jangan lupa mampir baca novelku ya 😍

2023-06-12

0

ig@aya_yaww

ig@aya_yaww

Semangat up terus kk 💪

2023-06-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!