"Siapa Mas YP?" selidiknya seraya mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakan pemantik api. Rokok itu dihisapnya sehingga mengeluarkan kepulan asap yang terbang ke langit-langit ruang tamu.
Yila serba salah, apa yang harus dia katakan? Mau jujur malu, tidak jujur takutnya dituding punya lelaki lain yang dia kagumi. Padahal Yila berharap Yara bisa menebak siapa inisial YP yang Yila maksud.
"Uhuk, uhuk, uhuk." Suara batuk Yila tiba-tiba memenuhi ruangan, Yila sepertinya ikut menyesap asap rokok yang disesap Yara. Namun gara-gara asap rokok, akhirnya Yila terbebas dari pertanyaan Yara yang mempertanyakan siapa Mas YP yang ada di diary kecilnya Yila. Yila merasa menyesal, kenapa juga diary itu bisa jatuh dari dompetnya. Yila berharap Yara lupa akan pertanyaannya tadi.
Yara segera mematikan rokoknya setelah melihat reaksi Yila. Yara memang selalu sembarangan merokok, bukannya di ruang terbuka seperti di luar rumah yang luas.
Rokok pun mati, dan asapnya mulai menghilang, suara batuk Yila pun reda. Yara sekilas melihat ke arah Yila dengan picingan mata, lalu kembali ke sisi semula. Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan lelaki dingin itu?
"Kita sudah menikah, dan kita sudah punya komitmen sehidup semati dalam sebuah ikatan pernikahan. Jadi, jangan pernah nodai pernikahan ini. Walaupun atas dasar perjodohan karena kedekatan orang tua kita, kesuciannya harus tetap dijaga. Kalau kamu masih mengagumi lelaki lain, segera lepaskan dan lupakan dia," tegas Yara seraya berjingkat menuju ruang tamu.
Yila tersentak melihat sikap Yara seperti itu. Lantas Yila menyusul Yara yang kini menuju tangga. Yara masuk kamar, diikuti Yila yang langkahnya ragu.
"Mas, tidak ada laki-laki lain yang saya kagumi. Itu ...."
"Kemasi barang kamu secukupnya untuk kita pergi. Kita akan bulan madu ke pulau Dewata," potongnya membuat Yila terlongo.
"Jam 12 siang kita berangkat dari sini," infonya lagi seraya meraih koper dari atas lemari.
"Berapa hari kita di sana, Mas?" Yila memberanikan diri bertanya, sebab sejak tadi Yara seolah yang mendominasi dalam setiap perbincangan. Yila merasa pernikahan yang baru satu hari dilaluinya ini malah membuat perasaan semakin canggung.
"Empat hari," jawab Yara lalu mengeluarkan pakaian yang akan dia bawa. "Masukkan semua ini punya aku. Milikmu juga satukan saja. Kita tidak perlu dua koper membawa bawaan kita. Barang lain-lain, seperti charger, alat make up kamu, semua masukkan dalam satu tas selempang kamu," titahnya yang segera dipatuhi Yila.
"Ini jangan lupa masukkan juga," susulnya menyodorkan sebuah kain tipis transparan warna abu-abu. Saat tidak sengaja terurai, sejenak Yila menatap kain itu yang rupanya sebuah baju seksi yang minim persis baju tidur. Itu lingerie, bisa jadi untuk dipakai Yila di pulau Bali. Yila menghela nafas sejenak. Rasanya berat saat memegang kain transparan itu.
Siangnya, keberangkatan mereka ke bandara di antar oleh kedua orang tua mereka. Dengan tatapan bahagia dua keluarga yang sudah besanan ini berharap bulan madu anak menantunya, akan segera diberikan keturunan.
Tiba di Pulau Dewata yang indah, waktu sudah menunjukkan senja hari. Yara menyambut dengan bahagia sebab dia ingin menyambut sunset dengan segelas kopi latte favoritnya. Yara memang sering menghabiskan liburan bersama teamwork dari kantornya ke Pulau Bali. Jadi baginya Bali sudah tidak asing lagi.
Sementara bagi Yila, baru kali ini dia menginjakkan kaki di Pulau Bali yang bagi sebagian orang disebut surga dunia. Tidak salah dugaan orang-orang, Bali memang surga dunia, sepanjang penglihatan Yila disuguhi pemandangan pantai yang indah.
Yara dan Yila memasuki sebuah hotel bintang empat di sekitar Sanur. Letak hotel yang menghadap pantai membuat siapa saja merasa adem dan penuh kenyamanan. Itu yang Yila rasakan, sebab baru kali ini dia menikmati pantai yang indah sepanjang jalan.
Kekaguman Yila bukan hanya perkara pantai, dalamnya kamar hotel sungguh bikin dia takjub. Beberapa saat setelah Yara dan Yila memasuki kamar hotel, seorang pelayan hotel mengetuk pintu kamar. Yara segera membuka pintu, dan rupanya pelayan hotel memberikan sebuah dessert selamat datang bagi tamunya.
"Terimakasih, Bli." Ucapan terimakasih meluncur dari mulut Yara sembari menutup kembali pintu hotel.
"Ada dessert buat kita, ayo nikmati dulu," ujarnya mengajak Yila menikmati hidangan dessert yang diantarkan pelayan hotel. Yila menghampiri. Akan tetapi Yara dengan sigap telah menyiapkan dessert untuk Yila dan disodorkan pada Yila.
Hati Yila seketika berdesir, lelaki tampan yang sudah lama dicintainya ini ternyata begitu perhatian. Yila terharu.
"Terimakasih, Mas."
"Mas Yara, mau minum apa?" tanya Yila seraya menatap sebuah dispenser unik khusus di kamar hotel yang diperuntukkan buat tamu hotel.
"Seduh kopi latte saja, itu di sana sepertinya ada," tunjuknya pada dispenser unik tadi yang sudah tersedia beberapa sachet kopi seduhan.
"Kopi latte kebetulan tidak ada Mas, yang ada Cappucino."
"Ok, kamu seduh saja Cappucino," titahnya sembari membuka balkon hotel yang langsung dihadapkan pemandangan pantai yang cukup keren.
Sebentar lagi sunset akan segera kelihatan, Yara menikmati sunset sore itu dengan hati yang gembira.
Sehari di Pulau Bali, Yara dan Yila telah menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di beberapa pantai. Yara sengaja menghabiskan hari itu untuk memanjakan mata Yila melihat pantai di Bali. Sebab dua hari sebelum kembali ke kota asalnya, Yara hanya ingin menikmati indahnya bulan madu.
Malam ketiga di Pulau Bali, merupakan malam yang terasa menegangkan bagi Yila. Semua seperti sudah dikode oleh Yara, bahwa malam ini Yara ingin menikmati surga dunia yang sesungguhnya bagi pasangan pengantin baru.
Setelah makan malam usai, Yara dan Yila segera memasuki kamar hotel. Kembali jantung Yila deg-degan saat Yara mulai memberikan kain tipis transparan warna abu-abu yang wajib Yila pakai malam ini. Yila segera ke kamar mandi untuk mengganti bajunya dengan lingerie pemberian Yara.
Rasa canggung langsung menyergap Yila saat dia mengenakan lingerie itu di badannya. Namun, setelah dia berhasil memakai lingerie, tiba-tiba dari area vitalnya seperti ada sesuatu yang keluar dan terasa hangat. Yila penasaran, saat dilihat ternyata cukup mencengangkan.
Yila keluar kamar mandi dengan was-was. Ia perlahan menghampiri ranjang. Di sana Yara sudah terbaring menunggunya tidak sabar.
"Ayolah, kok lama?" Yara ingin meraih tangan Yila, tapi Yila menolaknya. Yila menatap Yara penuh sesal.
"Yila minta maaf Mas, sepertinya malam ini kita tidak bisa melaksanakan sunahnya," ujar Yila ragu dengan wajah menunduk.
"Apa?" kejutnya sambil bangkit dan turun dari ranjang. Yara menatap Yila, kecewa.
"Bukankah dua hari yang lalu kamu tidak datang bulan?" tanya Yara tidak percaya.
"Iya, Mas. Datangnya baru saja saat tadi selesai memakai baju ini," ujarnya lemah. Yara menatap kecewa lalu memukul ranjang dan beranjak ke balkon hotel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Susi Khayla
duarrrrr apa kbr dunia ..bukan madu yg tertunda..wisssss ngrokok aj lah di balkon
2023-08-20
2
auliasiamatir
🤣🤣🤣🤣
2023-07-15
1
HarryJu
Wahhhh si brewoknya lagi muntah darah rupanya.... kasian Yara ....
2023-07-02
0