Suami Dingin Tapi Perhatian
"Kamu harus mau dijodohkan. Kalau tidak, mau sampai kapan kamu menjomblo dan hidup sendirian sementara umurmu sudah 26 tahun? Ibu dan Bapak sudah tua, Kakak-kakakmu sudah pada menikah, tinggal kamu yang belum," ucap Pak Yoda penuh harap pada Yila anak bungsunya.
"Iya, Nak. Kamu harus mau. Mau sampai kapan kamu hidup sendiri sementara Ibu dan Bapak sudah menua?" sambung Bu Yuli sama saja seperti Pak Yoda mendesak dan penuh harap pada anak bungsunya yang harus mau dijodohkan.
"Tapi, Yila takut, Bu, Pak, kalau laki-laki yang kalian jodohkan tidak menyayangi Yila," sahut Yila lemah menyimpan rasa takut.
"Kamu harus jalani dulu perjodohan ini. Kalau kamu memang tidak mau dan ada calon yang sudah siap dihadapkan pada kami, silahkan kenalkan dia dan ajak pada kami, biar kami tanya apakah serius menjalani hubungan dengan kamu atau sekedar main-main," tekan Pak Yoda tegas.
Yila menggeleng dengan apa yang diucapkan Pak Yoda, sebab dia memang tidak mempunyai calon untuk dihadapkan pada kedua orang tuanya. Pacaran saja tidak pernah sejak enam tahun yang lalu. Kesibukan Yila dengan pekerjaan rumah dan membantu usaha rumahan milik Ibunya, yakni usaha ketring dan kue, membuat Yila lupa memikirkan jodoh. Sehingga kedua orang tuanya merasa khawatir dengan sikap Yila yang cuek akan jodohnya. Kalau tidak disinggung, maka Yila tidak mau membicarakan. Sebab Yila merupakan orang yang sangat tertutup.
"Persiapkan diri kamu besok. Keluarga lelaki akan datang kemari untuk melamarmu," tekan Pak Yoda jelas, tidak menunggu bantahan atau sanggahan apapun dari Yila. Yila hanya mampu diam, dalam hatinya meronta, sebab dia telah memendam cinta pada seseorang sejak lama. Namun lelaki itu bukan siapa-siapa, pacar dan kenalan saja bukan, sehingga Yila tidak bisa menghadapkan dia pada kedua orang tuanya.
Besoknya, ba'da Magrib, rombongan keluarga laki-laki yang akan dijodohkan sekaligus melamar Yila datang. Yila masih diam di kamar dengan wajah yang dirias sederhana oleh Yuri sang Kakak, yang sengaja datang untuk menghadiri acara perjodohan adik bungsunya ini.
"Cantik banget kamu Yil, adik bungsu teteh akhirnya akan menikah. Kamu harus siap dan menerima perjodohan ini dengan lapang dada. Daripada pacaran, hanya akan menimbulkan dosa. Lagipula kamu ini tidak pernah mengenalkan lelaki ke rumah sebagai calon suami, jadi Bapak dan Ibu terpaksa harus menjodohkanmu," ujar Yuri sang Kakak ikut antusias akan perjodohan ini.
"Tapi, Teh. Yila takut," ujar Yila tersendat tidak mampu melanjutkan kata-katanya.
"Takut kenapa? Bismillah saja dulu dan jalani. Pelan-pelan kamu pasti bisa menerima lelaki itu. Teteh yakin lelaki itu baik kok," ujarnya memberi keyakinan pada Yila sang adik.
"Iya, kenapa kamu harus takut Yil, Aa yakin laki-laki itu terbaik buat kamu," timbrung Yudha sang Kakak pertama yang tiba-tiba muncul dari pintu kamar. Yudha duduk di atas ranjang menyaksikan kedua adiknya bercengkrama, ada yang menguatkan ada juga yang sedang dikuatkan. Yudha sebagai Kakak pertama memang terpaut usia enam tahun dengan Yila, sedangkan dengan Yuri empat tahun. Mereka tiga bersaudara yang kompak dan saling menguatkan. Contohnya saat ini, ketika sang adik bungsu akan dilamar seseorang, mereka berdua kakak-kakaknya datang memberi dukungan.
"Tapi, A. Yila takut dan masih asing dengan lelaki itu," ujar Yila lagi menyampaikan perasaan hatinya yang kini dia rasakan.
"Sudah, jangan dibesarkan dulu rasa takutnya. Dijodohkan itu belum tentu menakutkan, kalau kita saling ikhlas dan menerima dengan hati yang lapang dada. Contohnya Aa sama Teh Risa, kami juga dijodohkan, tapi sampai sekarang kami Alhamdulillah bahagia, saling mencintai dan memahami. Bahkan karena perjodohan itu, hadir Yuna dan Yahya yang cantik dan ganteng. Intinya kita harus ikhlas. Tawakal saja pada Allah, anggap saja jalan taqdir jodoh kamu adalah harus lewat perjodohan," ujar Yudha sang Kakak pertama menguatkan Yila.
Tiba-tiba Bu Yuli datang ke kamar memberitahukan bahwa keluarga laki-laki sudah datang. Yila dengan berat hati keluar kamar menghadapi tamunya yang tidak diinginkan.
Namun, ketika sampai di ruang tamu, Yila mendadak tersentak karena tamu yang ditemuinya merupakan tetangga satu komplek di perumahan Kenanga Residence. Yila pikir Bu Rosi dan Pak Riza yang merupakan tetangga depan rumahnya, adalah tamu undangan orang tuanya juga yang khusus diundang untuk menghadiri acara perjodohan dirinya dengan lelaki pilihan orang tuanya.
Sontak Yila menghampiri kedua orang tua itu, memberi salam dan penghormatan.
"Ibu dan Bapak menghadiri acara ini juga?" tanya Yila.
"Tentu saja Nak, bukankah yang akan melamar kamu adalah anak kami." Sontak Yila terkejut bukan main saat mendengar bahwa yang akan melamarnya adalah anak mereka. Lantas anak yang mana yang akan melamarnya? Sedangkan anak lelaki kedua Pak Riza dan Bu Rosi sedang studi ke Amerika menuntut ilmu di Harvard, mengambil program S3 dan sudah memiliki istri serta tinggal di sana.
"Apakah?" Yila tidak meneruskan dugaannya. Mulutnya terkatup, tapi hati berbicara dengan dugaan-dugaan yang tidak pernah dia sangka sebelumnya. Dia tidak bisa mempercayai jika yang akan melamarnya adalah anak pertama mereka yaitu Yara, duda sepuluh tahun yang lalu.
Yila masih melongo terlebih saat lelaki yang dia cintai secara sembunyi-sembunyi itu, kini sudah berada di ruang tamu, berdiri memberikan salam pada kedua orang tuanya, juga pada kedua Kakak Yila, walaupun kedua Kakak Yila masih lebih muda usianya dibanding Yara.
Yara saja merupakan kakak kelas Yudha dua tahun di atasnya dan usinya juga dua tahun lebih tua. Namun keduanya memang terbilang akrab. Meskipun pekerjaan mereka di bidang yang berbeda. Namun, keduanya selalu akrab.
"Silahkan, Mas Yara." Begitu Pak Yoda memanggil Yara dengan sebutan Mas Yara, sebagai panggilan penghormatan karena mengikuti anak-anaknya yang selalu memanggil Mas Yara, lebih dari itu Pak Yoda dan Bu Yuli sudah tidak sungkan lagi dan menganggap anaknya Pak Riza dan Bu Rosi seperti anaknya sendiri. Karena mereka bertetangga dan dekat.
Setelah membicarakan hal inti, yakni perjodohan sekaligus lamaran yang mau tidak mau sudah disetujui keluarga Yila, Yila yang diam saja dianggap setuju terlebih dalam hatinya Yila memang memendam rasa cinta pada Yara. Sehingga Yila tidak banyak bicara.
Akhirnya setelah satu bulan acara perjodohan dan lamaran itu berlalu. Hari ini di kediaman orang tua Yila sebuah ijab qabul tengah diselenggarakan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Yila Permata binti Yoda Lodaya dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan satu set emas seberat 20 gram, dibayar TUNAI." Ikrar ijab qabul telah diucapkan dengan jelas dan lancar tanpa hambatan oleh Yara Delangga, lelaki dewasa yang selalu dingin jika bertemu dengan Yila saat Yila datang ke rumah Bu Rosi dan Pak Riza untuk mengantar pesanan kue.
Tapi, kini lelaki dingin itu sudah sah menjadi suami Yila yang sesungguhnya sudah Yila cintai sejak enam tahun yang lalu.
"Sah, sah, sah." Kata sah dari semua tamu yang hadir terdengar riuh. Mereka nampak bahagia dengan pernikahan Yila dan Yara.
Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk ikuti terus karya baru saya yang masih seputar rumah tangga.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Maya●●●
ternyata yila menyukai lelaki itu
2023-08-13
1
Maya●●●
waduh. nikah sama duda nih
2023-08-13
1
auliasiamatir
trhor, nama mereka semua berawal dari huruf Y yah..😁
2023-07-15
1