Kenangan

Godaan Mantan, Bagian 5

Oleh Sept

"Ih! Lepasin!" Kesal karena mulutnya ditutup, Niken lantas mengangkat satu kakinya, dan dengan keras dia injak kaki Raja tanpa melihat ke bawah.

Mungkin juga dendam, sampai ia injak kaki Raja dengan sekuat tenaga. Membuat laki-laki itu langsung meringis sakit.

'Wanita ini!' gumam Raja dalam hati.

"Ish!" Raja lalu mendesis kesal, ia mundur dan menatap kakinya yang ada bekas hill sepatu Niken.

"Kau ini, benar-benar!" desis Raja sambil melotot melihat mantan istrinya yang sangat childish. Niken masih sama, tidak pernah dewasa. Hanya tubuhnya yang mulai berisi, otaknya sama seperti anak-anak.

"Makannya! Kamu salah cari lawan! Satu lagi! Gak usah nyentuh aku! Ngerti?" kata Niken menatap remeh. Wanita itu kemudian berbalik, ia pergi dari sana. Game over, mau tidak mau dia harus keluar dari sana. Melihat siapa atasannya, ia merasa jadi berpikir lagi. Untuk apa kerja di sana? Kerja bareng mantan suami? No way!

Lebih baik dia cari kerajaan baru, tapi setelah dipikir sayang juga. Entah dosa apa di masa lalu, kenapa bisa ketemu Raja lagi di tempat kerja. Apesnya, Raja adalah atasannya. Niken pun semakin kesal karena kenyataan itu. Membuat moodnya langsung buruk.

***

Masih pukul 10 pagi, Niken sudah pulang. Dan tiba di rumahnya. Sebenarnya dia pulang sejak tadi, cuma muter-muter saja di taman. Setelah agak panas, barulah dia pulang.

Baru sampai pagar, ibunya yang sedang menyiram bunga langsung menoleh saat pagar rumahnya dibuka. Kelihatan kaget kok Niken pulang cepat.

"Kok sudah pulang? Kamu sakit?" tanya mama Reni dengah wajah khawatir. Takut anaknya kenapa-kenapa. Jarang-jarang Niken kalau kerja pulang awal.

Niken lalu menggeleng. Kemudian duduk di teras sembari memangku tas dan memainkan ponselnya.

"Terus?" sang mama masih kepo.

Niken menghela napas dalam-dalam. Kemudian berjalan masuk rumah dan diikuti oleh ibunya.

"Ceritanya panjang, Ma."

"Ada masalah di tempatmu bekerja? Ada apa?" Mama Reni ikut masuk dan membuntuti anaknya.

"Bukan masalah, Ma. Tapi musibah!" celetuk Niken. Ia langsung mengambil botol dalam kulkas, lalu meminumnya sembari duduk di sofa.

Meskipun statusnya janda, Niken ini seperti anak gadis. Sikapnya kalau di rumah seperti anak kecil dan kadang suka merajuk pada mamanya itu.

"Musibah? Musibah apa? Yang bener ceritanya sama Mama!" Wanita paruh baya itu mengerucutkan alis. Marena Niken bicaranya tidak jelas.

Setelah selesai minum, Niken langsung memasang muka serius dan agak dibuat-buat sedikit lebay.

"Apes, Ma ... Niken satu kantor sana Raja."

Mama Reni langsung shock, "Raja? Raja Nugraha?" ulang sang Mama.

"Raja siapa lagi, Ma. Ya cuma itu saja." Niken langsung masam.

"Kok bisa? Mama dengar dia lanjut kuliah di luar negri, kapan dia kembali?" tanya sang mama yang kepo seperti wartawan cari berita.

"Mama kok tanya Niken! Memang Niken istrinya?" cetus Niken yang mendadak kesal. Ia kemudian minum lagi, tapi malah isinya habis, saking kesalnya pada Raja, sampai gak sadar terlalu banyak minum hingga kembung.

"Lah?"

"Udah lah, Ma. Malas bahas dia!"

Niken pun langsung masuk kamar, kemudian menutup pintunya, sebelum sang mama meneror bagai wartawan.

Tok tok tok

"Sayang ... buka. Mama mau ngomong." Mama Reni menunggu di depan pintu.

"Ma, Niken capek. Mau istirahat." Niken tidak mau bicara, dia mau menyendiri dulu.

"Ken ... Niken." Sang Mama tetap memanggil dan menunggu.

Akan tetapi, janda cantik itu tidak menghiraukan sang mama, ia malah memeluk sebuah foto besar dalam pigura.

"Pa ... Niken kangen," gumam Niken sedih. Niken kemudian larut dalam kenangannya. Mengingat mendiang sang papa yang sudah lama meninggal.

***

Sementara itu, di tempat lain. Di perusahaan, di ruang kerjanya, Raja sedang memainkan pulpen. Sejak tadi pikirannya ke mana-mana.

"Pak, waktunya meeting."

Raja mengangguk, begitu meeting berjalan. Dia malah melamun sepanjang rapat. Sampai beberapa orang bisik-bisik karena aksinya.

Sesaat kemudian, keluar dari ruang meeting, sang sekretaris langsung mendekatinya.

"Pak, Bapak ada masalah?"

Raja langsung melotot tak ramah.

"Bukannya gadis itu sudah dipecat, jadi sepertinya tidak ada lagi masalah," gumam sang sekretaris.

"Gadis? Apanya yang gadis!" ketus Raja kemudian masuk ke dalam lift. Dan sekertarisnya cuma bisa bengong. Yang tahu Niken masih gadis atau janda mungkin si Raja.

***

Hari-hari Raja kembali normal seperti sedia kala, tapi saat ia lewat lobi dan melihat pilar serta dinding saat ia mengintimidasi Niken dulu, bayangan wajah Niken malah hadir di pelupuk mata. Akhirnya ia malah mengumpat kesal.

"Untuk apa wanita itu muncul, mengganggu saja," omelnya kemudian mengalihkan perhatian.

Hal yang sama juga dirasakan Niken, karena beberapa hari ngelamar sana sini ditolak, ia pun memilih membersihkan kamar saja.

Ketika sibuk menyapu dan mengepel lantai, tidak sengaja pel-pelannya membentur sesuatu di bawah ranjang.

"Apa ini?"

Niken lalu mengintip dan mengulurkan tangannya ke dalam bawah kolong ranjang. Setelah menyetuh sesuatu, ia raih dan tarik keluar.

Kotak merah yang tidak asing. Ia kemudian tersenyum kecut. Itu adalah kotak pembungkus hadiah pas ulang tahun pertama jadi istrinya Raja.

Bibirnya tersenyum sinis dan getir, kemudian membuka kotak penuh kenangan itu.

"Ngapain juga aku simpen. Coba aku lihat, kalau ada yang bagus, aku simpan ... sisanya buang saja," ucap Niken berbicara pada dirinya sendiri.

Ada kartu ucapan, berisi kata-kata gombal. Seketika ia mual, jika ingat wajah Raja. Ada beberapa benda juga, gelang giok, bros, dan cincin. Bukan cincin kawin, cincin kawinnya sudah dia buang ke laut. Bukan karena banyak uang, tapi karena sakit hatinya terlalu dalam.

"Udahlah, buang saja!" kata Niken lagi.

Ia pun keluar kamar. Melihat kebun sampai rumah yang sepi, kemudian mulai menyalakan korek. Membakar satu demi satu kartu ucapan dan gombalan khas milik Raja.

"Nih!!! Gue bakar!" omelnya kesal pada api yang membakar kertas dan menjadi abu.

"Ini simpen aja, sayang kalau dibakar," katanya lagi saat melihat gelang-gelang cantik. Karena Niken tahu, itu belinya di luar negeri.

"Kelamaan satu-satunya, suntak saja semuanya," gumamnya lagi kemudian menuang seluruh isi kotak di atas api yang mulai padam karena hembusan angin.

Ada satu kertas yang nyangkut, karena ada staples yang nempel di dasar kotak. Niken pun mengambilnya, dan menatap nanar. Tiba-tiba, matanya terasa perih. Dan bulir bening menetes dari matanya.

"..."

Niken memeluk kertas yang tidak ikut terbakar tersebut. Kertas dengan gambar hitam putih dan sebuah titik kecil di dalamnya. Ia kemudian jongkok dan menutup wajahnya. Menangis di depan api yang membakar seluruh kenangannya.

Terpopuler

Comments

Bunda Aish

Bunda Aish

belum bisa menebak..... penasaran 🤔

2024-02-21

0

Fenty Dhani

Fenty Dhani

apa??hasil USG kah??Niken pernah hamil??makin penasaran...flashback donk

2024-01-20

3

Susi Jatirogo

Susi Jatirogo

masalah sebenarnya apa sih sampai niken minta cerai

2024-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!