Tom And Jerry

Godaan Mantan, Bagian 3

Oleh Sept

Raja menatap kaget pada sang sekretaris yang meringkuk menahan sakit.

"Apa yang sudah kau lakukan?" desis Raja yang takjub dengan aksi Niken. Tidak pernah berubah. Keras seperti batu dan bar-bar.

Tidak mau menjadi bahan tontonan, Raja langsung menarik tangan Niken untuk menjauh, sedangkan sang sekretaris harus menahan ngilu akibat pukulan wanita tersebut.

Tadi, reflek sang sekretaris langsung maju dan menghalangi agar Niken tidak melukai atasannya. Namun, ternyata pukulan Niken boleh juga. Mana dia tahu kalau Niken ahli bela diri.

***

Di balik tembok, suasana sepi karena masih pagi, adapun karyawan yang lalu lalang, tidak akan menyadari keberadaan mereka, karena ada pilar besar yang menghalangi.

"Apa yang sudah kau lakukan? Kau benar-benar tidak bisa berubah!" sentak Raja. Pria itu menahan napas agar tidak emosional. Entahlah, melihat wajah Niken saja isinya hanya ingin marah, emosi dan frustasi. Kejadian di masa lalu menjadi penyebab keduanya kini jadi perangg dingin.

"Kamu yang memulainya!" balas Niken dengan enteng dan melipat kedua tangannya. Tidak ada rasa takut atau sesal. Selama dia merasa tidak salah, wanita itu memang akan mengangkat dagunya tinggi-tinggi penuh rasa percaya diri.

"Ish! Kau benar-benar!" Raja sudah mulai komat-kamit. Rasanya ingin memberikan kuliah panjang lebar pada wanita di depannya yang kelihatan sok tersebut.

"Hanya karena posisi kamu sekarang ada di atas aku, bukan berarti kamu bisa seenaknya," omel Niken.

Jelas sekali Niken belum tahu status Raja di perusahaan tersebut. Mungkin dia pikir pimpinan perusahaan itu orangnya sudah tua, kalaupun jabatan Raja di sana tinggi, mungkin juga manager atau apalah itu. Niken kan tahu, bagaimana kadar IQ mantan suaminya itu. Belum apa-apa, Niken sudah menilai rendah mantan suaminya.

"Kau pasti sudah terima surat pemecatan dari perusahaan, kan?"

Bola mata Niken pun membulat sempurna, dia semakin yakin kalau ini ulah Raja yang mungkin punya kenalan orang dalam.

"Sudah aku duga sejak awal, ini pasti kamu biang keladinya. Hei, Raja! Kamu ini kenapa? Susah sekali lihat orang senang. Belum puas kamu? Hem? Apa mau aku beberkan pada mereka semua kelakuanmu dulu? Biar kita sama-sama malu!" ancam Niken yang cuma ingin mengertak.

Raja langsung berkacak pinggang, bibirnya mendesis, mengumpat kesal dalam hati. Ia benar-benar salah sudah menikahi perempuan ular ini, yang berlagak seperti korban.

"Niken! Dengar ini baik-baik. Perusahaan tidak butuh pegawai sepertimu!" ujar Raja dengan penuh penegasan.

Diejek seperti itu, Niken semakin terbakar. Hatinya mulai membara dan semangat berkobar untuk menguliti mantan suaminya itu.

"Aku lihat kamu takut sekali aku bergabung di perusahaan ini. Ada apa? Kamu takut ya? Takut aku bongkar semua masa lalumu itu? Atau jangan-jangan kamu gak PD?" ejek Niken dengan tatapan merendahkan.

"Hentikan omong kosong itu!" ujar Raja sambil memegang kedua bahu Niken sampai menyandar di tembok.

"Ehh ... jangan pegang-pegang!" Niken spontan menepis lengan Raja yang agak lain. Beda dengan dulu. Kalau boleh jujur, body Raja sekarang sih jauh lebih oke. Lengannya juga agak keras, sejenak otak Niken malah mikir aneh-aneh.

Ia kemudian menelan ludah dan mau pergi. Percuma bicara sama Raja. Dia butuh bicara sama orang HRD.

"Niken! Hei!" teriak Raja kemudian membiarkan Niken pergi karena sudah mulai banyak orang yang lalu lalang.

***

Ruang HRD

Niken harus menunggu dulu sebelum diijinkan masuk, sedangkan staf HRD yang dimaksud, sedang di briefing oleh Raja lewat telpon.

"Paham?" tanya Raja di telepon.

"Baik, Pak."

"Oke. Lakukan sesuai perintah."

"Baik."

Telpon pun mati, dan staf tersebut mempersilahkan Niken masuk.

Keduanya lalu berbicara, dan Niken mengeluarkan semua pendapatnya. Hanya didengar, dan keputusan sudah final.

"Ini gak fair. Bagaimana bisa perusahaan memecat karyawan begitu saja? Saya sudah melewati banyak seleksi karyawan begitu ketat! Saya tidak terima!"

"Begini, saya sarankan, Mbak Niken bertanya langsung pada atasan. Karena saya hanya menjalankan perintah."

Niken membuang napas kesal. Lalu keluar dari sana sambil memeluk tasnya.

"Siapa orang dalam ini, bisa-bisanya menerima aduan dari Raja yang tidak kompeten. Hanya karena Raja suruh pecat, langsung surat pemecatan turun. Astaga, perusahaan model apa ini!" gerutu Niken kemudian masuk lift menuju lantai atas.

Setelah melewati banyak lantai, akhirnya sampai juga lantai yang dia tuju, sesuai arahan tim HRD. Dia pun meminta penjelasan dari atasannya.

Begitu sudah tiba di depan ruang Presdir, matanya menatap pintu bercat coklat itu. Ada papan besar bertuliskan Presdir perusahaan di mana dia bekerja.

Niken pun mengetuk pintu.

Tok tok tok

Tidak lama kemudian, pria yang tadi kena pukulannya muncul dari balik pintu. Niken agak kaget, kemudian menundukkan kepalanya sedikit. Mungkin sebagian permintaan maaf, tadi salah sasaran. Salah sendiri, berlagak jadi tameng, kan bukan niat Niken untuk memukul pria tersebut.

"Maaf, Pak Presdir ada?" tanya Niken dengan ramah. Kalau di depan siapapun dia pasti santun. Kecuali di depan Raja, maka isinya hanya kesal saja. Seperti Tom and Jerry, mereka akur hanya pas pacaran dan setahun pernikahan, selebihnya seperti musuh bebuyutan.

"Silahkan masuk," kata pria itu.

Menyadarkan Niken yang melamun sesaat.

"Terima kasih," ucap Niken kemudian masuk, sedangkan laki-laki itu justru keluar.

Begitu masuk ruang Presdir, Niken menatap sekeliling. Di depannya ada kursi yang membelakangi dirinya. Itu pasti pimpinan perusahaan tersebut. Kebetulan, ia mau protes, karena dipecat tidak jelas.

"Selamat pagi, Pak."

SETTT ...

Setelah ia menyapa sosok dibalik kursi, tiba-tiba kursi itu berputar dan kini mengarah padanya. Jadi Niken bisa melihat siapa yang duduk di singah sana. Tunggu, ini gak real. Sejak kapan Raja jadi Presdir? Niken mengerjapkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Tiba-tiba juga pria tersebut membuka laci, kemudian mengeluarkan amplop coklat.

"Ambil ini, dan jangan pernah muncul di perusahaan ini." Raja mengulurkan amplop coklat tersebut, pada Niken yang bahkan belum dia persilahkan untuk duduk.

"Apa ini?" Niken terlihat shock, karena ternyata Raja jadi hebat sekarang. Mana pernah dia mengira, akan bekerja pada mantan suaminya itu.

"Bukannya dulu alasanmu menikah karena ini? Kau dan keluargamu sangat suka, bukan?" sindir Raja.

Niken mengangkat wajahnya, dia tidak suka keluarganya dibawa-bawa.

"Sekarang, ambil ini. Dan jangan muncul di hadapanku lagi," cetus Raja yang terkesan tidak punya hati.

Niken terlanjur sakit hati, ia langsung merebut amplop coklat itu, bukan untuk dibawa pulang, tapi langsung dia buka di sana.

Byuuukkk ...

Niken melempar uang-uang yang sudah ia lepas bendelnya tersebut ke arah Raja. Dengan tatapan penuh amarah, dan mata yang sudah memerah.

"Aku menyesal pernah menikah denganmu!"

Seketika setelah mendengar kata-kata Niken, bayangan masa lalu pun melintas di kepala Raja.

Malam itu hujan gerimis, Niken pulang sambil menangis.

"Aku mau cerai."

"Niken! Apa yang kamu katakan?" Raja berbalik untuk mengambil handuk kering untuk istrinya yang kehujanan dari luar.

"Aku menyesal menikah denganmu," ucap Niken saat itu.

Handuk di tangannya sampai jatuh. Bersambung

Terpopuler

Comments

Fenty Dhani

Fenty Dhani

sepertinya ada sesuatu yang belum terselesaikan??salah faham atau karna fitnah dari seseorang??

2024-01-20

4

Nnek Titin

Nnek Titin

lho lho kenapaa ko bisa cerai???

2024-01-08

0

Alanna Th

Alanna Th

sptny gr" salah paham, mrk brcerai gr" klg??

2024-01-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!