Tiba di Taman Langit, seperti biasa Lian memarkir mobilnya. Aleena lebih dahulu keluar dari mobil dan berlarian kecil ke tepi bukit.
Aleena mengangkat kedua tangannya lalu menghirup udara segar di sana yang masih fresh.
Lian mendekati Aleena lalu merangkul pinggang ramping milik Aleena. Aleena sedikit terkejut dengan sikap Lian.
Aleena menatap Lian sambil tersenyum.
"Kamu suka banget tempat ini?" Tanya Lian.
"Suka banget banget ,,, it's so beautiful. Di Jakarta udah gak ada lagi tempat kaya gini" Jawab Aleena.
"Kamu memang beda, gak salah Aku bawa kamu ke sini" Ucap Lian.
"Maksudnya?" Tanya Aleena penasaran.
"Kebanyakan cewek jaman sekarang lebih suka clubing, hang out sana sini. Gak suka tempat sepi kaya gini" Ucap Lian dengan wajah sedikit kesal.
"Justru Aku paling gak suka ketempat macam itu, Aku lebih suka Traveling ke tempat yang berbau natural. Sayangnya gak ada yang mau ngajak Aku" Ucap Aleena jujur.
"Next kita keliling dunia yahh, kita cari tempat-tempat yang kaya gini" Ucap Lian.
"Really ,,, " Ucap Aleena dengan mata berbinar-binar.
"Yes, i promise you" Jawab Lian.
Lian menatap ke atas langit, Lian tersenyum lalu menatap Aleena.
"Ternyata Dia muncul di saat kamu disini, dua malam berturut-turut Aku kesini Dia gak muncul. Tapi malam ini dan malam pertama Aku bawa kamu kesini Dia muncul" Ucap Lian.
"Mungkin bintang itu lebih suka kalo kita berdua yang berada disini hehe ,,, " Ucap Aleena asal.
"Oopsss, Aku pede banget yahh maap ... " Ucap Aleena tersipu.
Lian tersenyum melihat Aleena yang salah tingkah.
"Mungkin ucapan kamu benar Aleena ,,, " Bisik Lian dalam hati.
"Hmmm ,,, udah Aku putuskan Bintang itu Aku kasih nama Aleena" Ucap Lian sambil menatap wajah Aleena.
"Serius ,,,, ?" Aleena terkejut namun bahagia.
Lian menatap dalam-dalam mata Aleena, Aleena membalas tatapan mata Lian. Lian mendekati wajah Aleena.
"Deeggg ,,,," jantung Aleena berdetak kencang.
Aleena tertunduk tidak sanggup menatap lama mata Lian yang begitu teduh. Lian mengangkat wajah Aleena tepat di hadapan wajah Lian.
Lian mulai mengecup lembut kening Aleena lalu mata Aleena.
"Maygat ,,," Jerit Aleena dalam hati.
Lian memeluk Aleena begitu erat, sambil mengusap lembut rambut milik Aleena.
"Mungkin kamu yang dikirim Dia untuk selalu ada buat Aku ,,,," Bisik Lian lembut.
Aleena tidak paham dengan ucapan Lian, jadi Aleena hanya memilih diam. Dan menikmati saat-saat langka seperti ini.
Aleena berharap bisa menghentikan waktu, Tidak mau moment ini berakhir.
"Kita harus kembali udah hampir pagi ,,," Ucap Lian.
Dengan berat hati Aleena melangkah menuju mobil.
Sepanjang perjalanan pulang mereka saling diam, Aleena melirik jam di tangannya sudah pukul 03:17 pagi.
Ada rasa takut untuk pulang ke rumah, Aleena takut jika orang tuanya melarang Aleena untuk bertemu Lian lagi.
Aleena tidak bisa berfikir untuk mencari alasan tepat ketika sampai di rumah. Karena rasa kantuk mulai menyerang Aleena.
Aleena mulai mengantuk dan tertidur, Lian terus melajukan mobilnya dengan cepat menembus dinginnya malam.
"Aleena kita udah sampai" ucap Lian membangunkan Aleena sambil mengusap lembut kepala Aleena.
Aleena Membuka matanya perlahan, ia terkejut karena yang ada di hadapannya bukan rumahnya.
"Kita dimana?" Tanya Aleena bingung.
"Aku gak mungkin antar kamu pulang sekarang, Aku juga gak mau orang tua kamu marah dan melarang kita ketemu lagi" Jelas Lian.
Ternyata pikiran Lian sama dengan Aleena, Lian menjaga nama baiknya agar mereka bisa saling bertemu lagi.
"Kamu istirahat dulu, setelah itu aku antar kamu pulang" ucap Lian lagi.
"Tapi,,," ucap Aleena ragu.
"Masuklah Aleena Aku gak akan berbuat aneh " Ucap Lian.
Lian menuntun Aleena untuk masuk kedalam rumahnya.
Lian membuka pintu rumahnya, lalu menuntun Aleena untuk memasuki rumahnya.
Aleena hanya diam dan mengikuti langkah Lian, mereka menaiki anak tangga satu persatu.
Lian membawa Aleena masuk ke sebuah kamar, kamar yang tertata dengan rapih dan mewah.
Di sana terlihat beberapa foto Lian di atas meja, mungkin ini kamar Lian pikir Aleena.
"Tidurlah, setelah itu aku antar pulang" ucap Lian sambil melangkah kearah pintu.
"Kamu mau kemana?" tanya Aleena bingung.
"Aku tidur dikamar lain, Aku gak mungkin tidur disini" ucap Lian tersenyum lalu melangkah keluar kamar.
Aleena masih diam dan duduk ditepi tempat tidur. Aleena melihat sekeliling kamar milik Lian tertata rapih, dan juga bersih untuk kamar seorang pria.
Pelan-pelan Aleena merebahkan tubuhnya di atas kasur, Aleena tidak bisa menahan rasa kantuknya. kali ini Aleena tertidur pulas.
***
Aleena membuka matanya perlahan, sinar matahari dari celah gorden menembus wajahnya sehingga Aleena terjaga.
Aleena melirik jam tangannya sudah pukul 8 pagi, Aleena melangkah kearah jendela untuk membuka gorden.
Mata Aleena tertuju ke meja Kecil dekat lampu di samping tempat tidur Lian.
Aleena mendekati meja itu, di sana ada dua bingkai foto berukuran 5R Foto Lian bersama seorang Gadis.
Aleena meraih foto itu, banyak pertanyaan yang ada di kepala Aleena. Siapa Dia ? Apa hubungannya dengan Lian? Apakah wanita ini yang Lian tunggu ?.
"Mungkin Dia yang Lian tunggu" Ucap Aleena sambil menaruh kembali foto itu.
Aleena ingin mengambil air minum ke dapur Aleena melangkah ke arah pintu lalu membukanya pelan.
Rumah sebesar ini sepi sekali tidak ada kehidupan pikir Aleena dalam hati. Aleena menuruni anak tangga sambil melihat sekeliling tapi tidak ada siapapun.
Aleena melangkah ke arah dapur Aleena haus sekali ingin minum.
Aleena meraih gelas dan membuka pintu lemari es.
Aleena mengeluarkan botol air putih lalu menuangkan air kedalam gelasnya.
"Udah bangun Non" sapa Bik Nani yang mengurus rumah Lian
Aleena menoleh kearah suara itu berasal.
"Eehhh, Udah Bik" jawab Aleena gugup sambil senyum.
"Maaf Bik, Aku haus jadi Aku ambil air" ucap Aleena lagi.
"Ambil aja Non. Non Mau sarapan apa?" Tanya Bibi Nina.
"Bibik mau masak apa?" Tanya Aleena.
"Kesukaan Mas Lian Non" Ucap Bik Nina.
"Lian suka makan apa Bik?" Ucap Aleena sambil tersenyum.
"Mas Lian mah semua masakan Bibik Dia suka hehe" Ucap Bik Nina tertawa.
"Non ini siapanya Mas Lian?" tanya Bibi ingin tau sambil senyum.
"Hmm, Aku Aleena Bik. Teman Lian" jawab Aleena.
"Ohh, Bibik pikir pacarnya Mas Lian"
Aleena hanya senyum sambil geleng kepala.
"Bik, boleh tanya?" ucap Aleena.
"Kenapa Non" jawab Bik Nina.
"Bik, rumah ini sepi banget, pada kemana?" tanya Aleena ingin tau.
"Di rumah ini cuma ada Bibik dan Mas Lian, dari kecil Mas Lian selalu ditinggal orang tuanya Non, mereka sibuk kerja jadi Mas Lian dari kecil sama Bibik" jelas Bibi.
"Lian gak punya kaka atau adik?" tanya Aleena kembali.
"Ada Non, Mas Diaz. Tapi Mas Diaz kuliah di Belanda Non"
"Diaz" ucap Aleena.
"Iya Mas Diaz itu adiknya Mas Lian yang juga senasib dengan Mas Lian, cuma bedanya Mas Diaz memilih kuliah di sana karena Dia juga merasakan hal yang sama kaya Mas Lian jadi Mas Diaz lebih mencari kebahagiaan sendiri di luar rumah" jelas Bik Nina.
"Pantas sikap Lian seperti itu, dia kesepian dan kurang perhatian" bisik Aleena dalam hati.
"Dulu sebelum Non Raya Pindah, Mas Lian terlihat bahagia ndak kesepian" jelas Bibik.
"Raya,,," ulang Aleena.
"Teman kecil Mas Lian, rumahnya di depan rumah ini Non" jelas Bik Nina.
"Ohhh, sekarang Raya kemana Bik?" tanya Aleena.
"Non Raya Pindah ke luar negri sama orang tuanya, Setelah Non Raya Pindah Mas Lian jadi pendiam dan nutup diri. Sudah lama Bibik ndak liat Mas Lian senyum" ucap Bik Nina.
"Bibik rasa Mas Lian jatuh cinta sama Non Raya" ucap Bibik lagi.
"Deegg,,,"
Jantung alena berdebar dan dadanya mulai sesak.
"Tapi udah dua hari ini Bibik liat Mas Lian ceria, dan suka ajak bibik bercanda" ucap Bibik.
"Bibik pikir Mas Lian udah punya pacar yaitu Non ini" lanjut Bibik
"Aku cuma teman Lian Bik" jawab Aleena datar.
"Kalo boleh, Bibik minta tolong!" ucap Bik Nina.
"Apa Bik?" tanya Aleena.
"Bibik tau banget Mas Lian kaya apa, wong yang ngurus dari Bayi Bibik. Mas Lian itu butuh sosok seorang Ibu, dulu waktu masih ada Non Raya, Mas Lian bahagia karena Non Raya. Non Raya keibuan dan dewasa karena usianya jauh lebih tua dari Mas Lian, jadi Mas Lian nyaman dekat dengan Non Raya" jelas Bik Nina panjang lebar.
"Aleena harus bantu apa untuk Bibik dan Lian?" ucap Aleena.
"Bibik berharap Non Aleena bisa gantikan posisi Non Raya di hati Mas Lian" ucap Bik Nina.
Aleena terdiam entah apa yang ada di dalam pikiran Aleena saat ini.
"Curhatnya udah" tiba-tiba Lian datang menghampiri Aleena dan Bibik.
"Ihhh, Mas Lian ini selalu aja datang tiba-tiba, hilang tiba-tiba" seru Bibik.
"Bik,Aleena cantik gak" seru Lian sambil merangkul Aleena.
"Sippp Mas, cuantik poll" goda Bik Nina.
"Lian" ucap Aleena sambil mencubit pinggan Lian.
"Sarapan dulu setelah itu aku antar kamu pulang" ucap Lian.
Aleena mengangguk tanda setuju.
@Aleena's Home.
"Aleena, kamu dari mana Nak" seru sang Mama sambil memeluk anak gadisnya.
"Maaf tante Aleena semalam di rumah ku" ucap Lian dengan sopan.
"Kamu siapa?" tanya Mama Aleena
"Aku Lian tante. semalam Aleena pergi sama Aku. Aku gak mungkin antar Aleena pulang tengah malam jadi Aleena di rumah ku" Jelas Lian panjang lebar.
"Syukurlah, Yang penting kamu udah pulang. Kami cemas mencari Aleena karena Aleena tidak pernah pergi sampai tidak pulang" ucap sang Mama.
"Sekali lagi Lian minta maaf " ucap Lian minta maaf.
"iya, lain kali kalo gak pulang bilang" ucap sang Mama.
"Baik Tante, kalo Gitu Lian pamit Tante" ucap Lian.
"Ma, Aleena antar Lian dulu" ucap Aleena
Mama tersenyum.
Aleena mengikuti langkah Lian yang menuju mobilnya lalu Lian masuk kedalam AUDY Q7 nya.
"Thanks " ucap Lian.
"Take care" ucap Aleena lembut
Lian tersenyum lalu men starter mobilnya perlahan mobil Lian melaju meninggalkan rumah Aleena.
Aleena masih berdiri menatap mobil Lian sampai hilang dari pandangan matanya.
Aleena segera masuk ke dalam kamarnya. Lalu merebahkan tubuhnya, Aleena memandangi langit-langit kamarnya, membolak-balikan tubuh mungilnya.
Aleena masih teringat ucapan Bik Nina, tentang Lian dan keluarganya, dan juga Raya.
Apakah foto yang berada di kamar Lian itu Raya, begitu sempurna gadis itu pantas jika Lian mencintai Raya.
"Tok ,,, Tok ,,, " Terdengar suara ketukan pintu.
Tak lama pintu terbuka, sang Mama sudah ada di balik pintu.
"Sayang, boleh masuk" ucap sang Mama.
"Boleh dong untuk Mama ku tersayang" seru Aleena sambil memeluk sang Mama.
"Btw , thanks ya Ma. Mama gak marah sama Aku" ucap Aleena sambil memeluk sang Mama.
"Lian itu pacar kamu?" Tanya Sang Mama sambil mengusap rambut anaknya.
Aleena menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.
"Ayo jujur sama Mama" Desak sang Mama menggoda.
"Beneran Ma, kami baru aja dekat. Lian itu senior Aku dulu, sekarang Lian udah lulus Ma" Ucap Aleena.
"Tapi Mama liat, Lian itu anak yang baik, sopan, Mama suka sama Lian" Ucap Sang Mama jujur.
"Makanya Mama gak marah yah sama Lian, Mama percaya banget sama Lian?" Ucap Aleena tersenyum.
"Sayang, Mama yakin Lian anak baik-baik" Ucap sang Mama sambil mengusap lembut rambut anak kesayangannya.
"Sebenarnya sejak pertama Aku liat Lian, Aku tuh mau berteman sama Lian. Karena Lian itu selalu menjauh dari keramaian, tiap ke kampus sebelum ada kelas dan selesai kelas Lian selalu menyendiri di Danau belakang kamus" Aleena bercerita.
"Kamu benar-benar memperhatikan Lian?" Ucap Sang Mama.
"Niat Aku baik Ma, tipe cowok macam Lian itu sebenarnya butuh teman" Ucap Aleena.
"Mama tau gak, Karena sikap Lian seperti itu sampai satu kampus menjuluki Lian si Gunung Es" Ucap Aleena lagi sambil tersenyum.
"Gunung Es ,,, " Ucap Sang Mama bingung.
"Entahlah, kenapa semua orang menjuluki itu, mungkin memang Lian itu jarang banget senyum. Orang nya juga dingin, susah untuk beradaptasi" Ucap Aleena.
"Kamu suka sama Lian?" Tanya Sang Mama penasaran.
"Mmmm, gimana yah. Aku tuh simpatik sama Lian. Apalagi setelah Aku tau cerita dari Bik Nina akhirnya Aku paham kenapa sikap Lian seperti itu" Jelas Aleena.
"Bik Nina ,,, ? " Ulang sang Mama.
"Lian dan Adiknya dari kecil di asuh sama Bik Nina. Orang Tua Lian sibuk bekerja, lebih banyak waktu di luar rumah. Bisnis Keluarga mereka lumayan sukses, jadi Orang Tuanya sering berada di luar negeri" Aleena bercerita.
"Maksud kamu Lian dan Adiknya kurang perhatian dari Orang Tuanya" Tebak Sang Mama.
"Iya,,, makanya Aku mau merubah Lian. Karena kata Bik Nina sifat Lian dan Adiknya bertolak belakang. Lian lebih suka menyendiri, kalo Adiknya gak bisa berada di situasi kaya gitu. Adiknya lebih memilih kuliah di Belanda, mencari kebahagiaan untuk dirinya" Jelas Aleena.
"Niat kamu baik sekali sayang" Puji Sang Mama.
"Bik Nina juga bilang, sikap Lian makin parah setelah Raya pindah ke London" Ucap Aleena.
"Raya? Pacarnya Lian" Ucap Sang Mama.
"Mungkin, bisa jadi cinta pertamanya. Sejak kecil mereka berteman dekat" Jawab Aleena.
"Kamu jealous?" Tanya Sang Mama.
Aleena diam tak menjawab, Aleena meraih Boneka Dino di dekatnya lalu menaruh kepalanya di atas tubuh boneka Dino.
"Sayang, cemburu itu wajar. Berati mulai tumbuh rasa cinta di hati kamu" Ucap sang Mama menenangkan.
"Yang pasti niat Aku baik Ma, mau merubah Lian" Ucap Aleena.
"Go a head sayang , ikuti kata hati kamu" Ucap sang Mama bijak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments