Dalam perjalanan pulang, Emma bertanya apa yang sebenarnya Olivia ingin lakukan? ia mengungkapkan isi pikiran dan hatinya, jika ia khawatir. Emma tidak ingin Nonanya berada dalam bahaya.
"Aku tidak kaget dengan reaksinya. Emma begitu peduli pada Olivia, sampai-sampai rela melakukan apa saja demi Olivia. Jadi, wajar saja dia mengungkapkan semua keluhannya." batin Olivia.
"Hm ... Emma ... begini, aku bukannya tidak tahu atau tidak mau tahu kekhawatiranmu. Hanya saja aku ingin menjadi lebih kuat. Kau mau aku terus ditindas? lihat apa yang terjadi padaku, aku diganggu anak-anak nakal dan tak bisa membalas mereka. Aku tidak mau seperti itu lagi. Kalau aku bisa kuat dengan berlatih, kenapa tidak. Lagipula aku akam berlatih semampuku bukan berlatih berlebihan. Apa kau mengerti penjelasanku?" kata Olivia berusaha menyakinkan Emma.
Emma menganggukkan kepala, "Ya, Nona. Saya mengerti. Maafkan saya, saya terlalu khawatir." kata Emma.
Olivia tersenyum, "Tidak apa-apa. Aku senang kau mengkhawatirkanku. Oh, ya, Emma ... aku ingin kau merahasiakan ini dari siapapun. Baik itu Ayah, atau Kakak, atau siapapun orang di kastel. Apa kau bisa menjaga rahasia ini?" tanya Olivia.
"Apa Anda berencana pura-pura lemah di hadapan orang lain, tapi sebenarny Anda orang yang kuat? semacam penyamaran?" tanya Emma.
Olivia kaget, "Umh, ya ... seperti itu kurang lebihnya." jawab Olivia tersenyum.
Olivia menggelengkan kepalanya pelan. Ia menyukai sisi polos Emma dan kepekaannya. Olivia berpikir, jika karakter Emma memang sesuai dengan apa yang ada di dalam buku. Pemberani dan sangat, sangat peka, juga cepat tanggap. Meski terkadang pikirannya mengarah ke hal lain, tapi pikiran Emma memikirkan sesuatu yang masuk akal.
***
Olivia sedang makan malam. Seperti tadi saat sarapan, makan malam pun dia hanya makan sendirian. Emma melayani Olivia, menyajikan hidangan makan malam untuk Olivia. Emma berharap hidangan makan malamnya sesuai untuk Olivia.
"Sampai kapan terus makan sendiri. Apa Ayah dan dua Kakak Olivia tak ingin makan bersama dengan Olivia? apa mereka se-benci itu pada Olivia?" batin Olivia berpikir.
"Emma ... " panggil Olivia.
"Ya, Nona?" jawab Emma.
"Karena aku bosan makan dengan suasana seperti ini. Mulai besok aku akan makan pagi dan malam di kamar. Siang harinya aku akan makan di rumah kaca atau di taman, atau di manapun kecuali ruang makan. Mengerti?" tanya Olivia menatap Emma.
"Saya mengerti, Nona. " jawab Emma.
Olivia hanya makan sedikit, karen ia merasa tak nasfu makan. Olivia merasa Aneh, padahal makanan yang dihidangkan begitu mewah. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya yang tak bisa ia ungkapkan.
"Aku sudah selesai. Dan mau jalan-jalan di taman," kata Olivia pergi dari ruang makan.
Emma berjalan buru-buru mengikuti Olivia. Emma tidak berani bertanya kenapa Olivia hanya makan sedikit, ia takut Olivia marah dan tersinggung karena suasana hati Olivia terlihat sedang dalam keadaan tidak baik.
"Apa lagi-lagi Nona memikirkan Tuan Duke dan dua Tuan Muda? Nona pasti sangat merindukan beliau bertiga." batin Emma.
Emma sudah salah paham. Padahal Olivia sedang memikirkan tentang pelatihannya dan merencanakan beberapa kegiatan yang akan membuatnya menghasilkan banyak uang. Karena itu ia mengingat kembali kira-kira hal apa saja yang bisa dilakukannya dengan keterbatasan.
"Nona, apa yang Anda pikirkan?" tanya Emma.
"Aku hanya bosan, Emma. Aku ingin suasana baru dan melakukan banyak kegiatan baru." kata Olivia.
Emma terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba Emma kepikiran untuk mengajak Olivia melihat pertandingan pacuan kuda yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.
"I-itu, Nona ... mmm ... itu ... " kata Emma ragu-ragu.
Olivia menghentikan langkah dan berpaling menatap Emma, "Ada apa, Emma? kau mau bilang apa? katakan saja," kata Olivia.
"A-apa Anda mau pergi melihat pacuan kuda dengan saya? biasanya para bangsawan menghabiskan waktu untuk banyak hal, termasuk pergi ke arena pacuan kuda. Kadang juga ke rumah pelalangan, sampai rumah busana dan perhiasan. Kalau Anda bosan di rumah, Anda bisa pergi ke manapun yang Anda inginkan, bukan? lagipula Anda punya banyak uang yang bisa digunakan, selama ini Anda selalu berhemat sampai-sampai saya sedih. Nona lain mana ada yang sehemat Anda yang hanya menghabiskan beberapa koin emas dalam sebulan." jelas Emma panjang lebar mengungkapkan isi hatinya.
Olivia terdiam memikirkan kata-kata Emma. Ia langsung tersenyum karena Emma sangat membantunya. Olivia mendekati Emma dan mengatakan kalau Emma sangat bisa diandalkan. Akuirnya Olivia tahu, apa yang harus dilakukannya.
"Benar katamu, Emma. Mulai sekarang aku hanya perlu melakukan hal-hal yang aku sukai tanpa memedulikan apapun. Benar, kan?" kata Olivia.
Emma mengaggukkan kepala, "Ya, seperti itu bisa saja. Apa Anda ingin melakukan sesuatu?" tanya Emma.
"Ya, aku mau mengumpulkan uang sebanyak mungkin untuk masa depanku." jawab Olivia.
Emma kaget, "A-apa maksud Anda? bukankah Anda sudah mendapatkan uang bulanan dari Tuan Duka? bahkan uang bulan ini saja masih belum tersentuh." kata Emma bingung.
"Itu kan bukan uangku ... ah, maksudku itu kan uang pemberian Ayah. Aku mau menghasilakan uangku sendiri mulai saat ini. Jadi kedepannya, maukah kau membantuku, Emma? aku akan berikan bonus terpisah dari gajimu sebagai pelayanku." kata Olivia menjelaskan.
Emma tersenyum dan menganggukka kepalanya, "Tentu saja, Nona. Saya akan setia mengabdikan jiwa dan raga saya pada Anda." kata Emma.
"Bagus. Mulai sekarang, selain pelayan, kau adalah Sekretarisku. Catat uang pribadiku yang masuk dan keluar. Oh ... catat juga jumlah uang yg diberika Ayah, tentunya dibuku terpisah." kata Olivia.
Emma mengiakan perkataan Nonanya. Olivia tersenyum, ia berkata akan pergi ke arena pacuan kuda dan melakukn taruhan di sana. Emma khawatir, mungkinkah Nonanya akan baik-baik saja, jika bertaruh? karena Olivia yang dilayani Emma tidak pernah sekalipun melirik hal lain selain belajar dan belajar. Ia merasa aneh, tiba-tiba Nonanya ingin bertaruh di arena pacuan kuda.
"Apa ini tidak apa-apa? aku tidak membuat masalah, kan?" batin Emma khawatir.
"Bagus. Dengan ini aku bisa mengumpulkan banyak uang untuk jaga-jaga. Emma sangat membantu. Arena pacuan kuda adalah tempatku mengeruk harta karun. Hahahaha ... mungkin hanya aku yang tahu, kuda-kuda mana sjaa yang akan jadi pemenang besok. Hihihi ... rencana terbaik adalah mengumpulan uang dan menjadi kaya raya. Dikehidupan asli aku harus susah payah kerja paruh waktu sampai memberikan les demi uang tambahan. Namun, di dunia ini, di mana alur cerita ada di kepalaku dan hanya tinggal mengingat saja, maka aku akan membuat hal tak mungkin di dunia asliku, menjadi mungkin di sini." batin Olivia senang.
Emma mengerutkan dahi, ia melihat Nonanya senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Emma merasa kasihan pada Olivia, pikirannya sudah berpikir yang macam-macam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
᭄⃝✭ᴋ͢𝖆ͥ𝒚ᷠ͢ⳑͩɪͥ
semangat Olivia cari uang yang bnyak😂😂
dan semangat jga buat mamiku😍 ceritanya the best 👍👍🥰🥰
2023-11-03
0
Aze_reen"
thanks kk upnya... lanjut terus semangat...
2023-06-09
1