Lagu yang di nyanyikan Bagus tersebut berjudul "Komang."
Lima detik berlalu alunan dari gitar yang dimainkan Bagus mulai masuk pada lirik lagu pertama lagu tersebut.
Dengan sangat mendalami lagu tersebut. Dan sepanjang ia bernyanyi. Wajah Rere selalu ada dalam pikiran nya.
"Dari kejauhan tergambar cerita tentang kita
Terpisah jarak dan waktu
Ingin kuungkapkan rinduku lewat kata indah
Tak cukup untuk dirimu
Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata
Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu
Dan apabila tak bersamamu
Ku pastikan kujalani dunia tak seindah kemarin
Sederhana tertawamu sudah cukup
Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu
Eeee-eeee
Jika hari kulalui tanpa hawamu
Percuma senyumku dengan dia, oooh."
Ada rasa lega saat Bagus selesai menyanyikan lagu itu. Bahkan terdapat senyum kebahagiaan yang ia rasakan. Namun, senyum itu seketika hilang.
Ketika ia mengingat kembali pertemuannya barusan dengan Rere. Berbicara dengan sedikit kata, lalu di akhiri dengan menerima sebuah undangan.
"Seandainya Re, kita bisa terus bersama. Gue jadi ingin cepet miliki lo. Tapi, kenapa lo malah nikah sama orang lain sih. Memangnya orang itu sebaik apa, dia bisa bahagiain lo, kaya gue yang suka buat lo tersenyum. Walau kadang kita sering berantem juga sih, hehehe... Tapi kan ujung nya pasti tersenyum juga. Lo masih ingat kan hal itu Re." kata Bagus pada diri nya sendiri yang seolah - olah Rere ada di depan nya sedang berbicara juga dengan diri nya.
Argh... rasanya ia ingin membanting gitar miliknya ketika mengingat hal itu terjadi.
Beruntung hal itu tak ia lakukan, jika sampai ia lakukan maka, ia akan kehilangan gitar nya juga.
Gitar yang sering kali menjadi alasan ia untuk sekedar bertemu dengan Rere. Dengan alasan ingin mencari ketenangan. Walau kenyataa nya, di balik ajakan itu. Ada terselip rindu yang tak bisa ia ungkapkan dengan sebuah kata. Hanya bisa ia sampaikan dengan hal lain.
Tapi sayang sekali Rere tak pernah tahu apa yang sedang ia rasakan. Jika saja Rere tahu, ia ingin Rere pun merasakan hal yang sama dengan yang ia rasakan.
Namun, semuanya sudah terlambat, undangan itu terpampang jelas di mata nya.
Bahkan baru saja ia buang ke sembarang arah. Berharap ini semua hanya mimpi dan ia terbangun dalam keadaan baik - baik saja.
Hubungan ia dan Rere pun tak serenggang ini. Namun, nyata nya ia harus kembali pada kenyataan yang ada, bahwa semua ini memang telah terjadi.
"Argh... Re, gue nggak akan lepasin lo." Suara Bagus yang berteriak cukup kencang.
Lima hari telah berlalu, Bagus yang kata nya ingin menggagalkan pernikahan Rere. Tak ia lakukan, karena setelah itu. Ia menjadi drop, kesehatannya tiba - tiba memburuk.
Ibunya Bagus sangat khawatir kala di malam hari nya ketika ia memanggil anak nya itu. Bagus tak terlihat lagi.
Sehingga ia pun menemui Bagus dengan mengetuk pintu berulang kali. Bahkan berulang kali juga memanggil Bagus. Tak ada sahutan dari dalam walau hanya sekedar kata penolakan.
"Nih anak, kenapa nggak jawab ucapan sama sekali sih. Apa jangan - jangan tidur kali ya." Kata ibu kala itu.
Ia pun kemudian pergi meninggalkan kamar Bagus yang tak kunjung di buka.
"Yah, ibu jadi khawatir sama Bagus yah. Dari tadi pulang sampai sekarang belum keluar dari kamarnya. Entah lah dia udah makan atau belum. Ibu jadi semakin khawatir, apalagi saat ibu ketuk pintu kamarnya. Tak ada sahutan sama sekali. Jadi ibu sekarang harus kaya gimana yah, agar rasa khawatir ibu nggak terus berlangsung seperti ini." Kata ibu saat ia telah duduk di samping ayah.
"Jangan terlalu khawatir bu, mungkin anakmu itu masih merasa lelah. Apalagi baru pulang dari perjalanan jauh kan. Sudah lah, ibu jangan terlalu khawatir." Kata ayah menjawab ucapan ibu.
"Ayah nih gimana sih, ibu takut Bagus kenapa - kenapa. Kita ke sana yuk yah buat memastikan kalau Bagus baik - baik aja. Kalau nanti nggak ada sahutan dari dalam, ayah dobrak aja pintunya. Biar ibu merasa tenang saat melihat kondisi Bagus." Kata ibu begitu menujukkan rasa khawatirnya pada ayah.
"Ya sudah, ayo kita ke sana." kata ayah akhirnya setuju dengan ucapan ibu. Apalagi setelah melihat ekspresi wajah ibu yang sangat khawatir.
"Iya yah, ayo." kata ibu menjawab ucapan ayah.
Lalu mereka berdua pun mulai melangkahkan kaki pergi meninggalkan tempat mereka sebelumnya.
Ketika sampai di depan pintu, ayah pun mulai mengetuk dan sesekali memanggil nama Bagus.
Tok... Tok...
"Gus... Bagus..." kata ayah yang memanggil Bagus.
Namun, masih tak ada jawaban dari dalam. Sampai ia pun mulai mendobrak pintu.
Brak...
Dengan tiga kali percobaan, pintu pun akhir nya terbuka.
Terlihat di sana banyak barang yang berserakan. Terakhir mereka berdua terdiam saat melihat Bagus yang terbaring tak sadarkan diri di samping tempat tidur nya.
Ibu bahkan sampai berteriak, karena melihat Bagus yang terbaring tak sadarkan diri.
Semenjak itu, Bagus tak ada kabar lagi. Bahkan Bagja yang hampir setiap hari mengunjungi rumah Bagus tak pernah bertemu dengan siapa pun.
Saat tiba acara pernikahan itu di gelar. Semua orang sibuk mempersiapkan dari mulai penyambutan sampai pada akhirnya nanti akad semua sudah di persiapkan.
Hanya menunggu detik - detik terakhir acara akan di mulai.
Seseorang dengan balutan dress cantik serta riasan yang begitu cantik dan menakjubkan. Kini sedang merasakan sesuatu hal yang luar biasa.
Rasa deg - degan, bahagia, dan entahlah semua hampir menjadi satu dalam keadaan ini.
Namun yang lebih dominan adalah menunggu saat akad itu tiba.
Detik berganti menit, dan menit pun berganti jam.
Acara demi acara sudah hampir terselesaikan. Bahkan akad juga telah terjadi. Kini mereka berdua telah resmi menjadi suami istri.
Di saat acara pelepasan bunga, tiba - tiba seseorang datang dengan tanpa ekspresi. Seseorang itu lalu melangkah kan kaki mendekati orang - orang yang sedang berkumpul.
Ada rasa sakit yang sangat mendalam dan itu sangat sulit untuk di jelaskan. Saat ini detik ini dan menit ini seseorang itu berdiri di belakang tubuh orang - orang yang sedang berkumpul.
Menatap nanar pada kedua mempelai yang saat ini sedang bersiap untuk melepas bunga tersebut.
Dalam hati seseorang itu pun berkata "Gue terlambat, argh... kenapa harus nikah sama dia. Kenapa nggak sama gue."
Tepat di saat seseorang itu melamun, tiba - tiba bunga pelemparan dari pengantin itu mengenai wajahnya.
Sontak hal itu, akhirnya menyadarkan ia dari terdiam dan melamunnya itu.
Secara serempak semua orang yang menanti bisa mendapatkan bunga tersebut. Menoleh ke arahnya, namun hal yang membuat seseorang itu merasa terkejut bukan dari pandangan semua orang. Melainkan dari salah satu orang tersebut.
Apa sebenarnya yang terjadi, apa ini mimpi atau hanya sebuah khayalan.
Tangannya lalu ia cubit tiga kali untuk memastikan apakah ia sedang bermimpi atau tidak.
Lalu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments