"Oh, hei Jovan! Ayo masuk!"
Amelia mendengar suara kakaknya, cepat-cepat ia menoleh. Mata Amelia terus terpaku ke arah pintu, jantungnya berdetak tiga kali lebih cepat dari sebelumnya. Kharisma berjalan di depan lalu diikuti oleh Jovan di belakangnya. Seorang pemuda yang hanya bisa disebut dengan kata 'Keren yang sebenar-benarnya'.
"Bu, ini Jovan. Jo, ini Ibuku." kharisma memperkenalkan, sedangkan Amelia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya berusaha untuk tenang.
Jovan, yang kisaran tinggi badannya sekitar seratus selatan puluh sentimeter, rambutnya hitam lurus, wajahnya tampan dan mata coklat nya menawan di antara dua tulang pipi yang tinggi. Hidungnya terpahat sempurna, dan bodynya berotot, sehat serta seksi.
Jaket abu-abu yang dikenakannya berbahan wol dari jenis mahal, Amelia mencatat sangat modis dan cocok dengan bahunya yang bidang.
"Apa kabar, Bu?" tanya Jovan mengulurkan tangannya dengan sopan kepada Ibu Kristina, mata coklatnya memancarkan kepercayaan diri yang sangat kuat.
Bu Kristina berdiri dan menyambut ukuran tangan pemuda itu lalu mereka pun berjabat tangan.
"Senang bertemu denganmu Nak Jovan," sapa Bu Kristina dengan hangat, sehangat selimut di kala cuaca dingin. Ibu Kristina tampak sangat terkesan kepada Jovan. Ia terus memandangnya dan mungkin ini sikap yang diwariskan kepada Amelia.
"Ini adikku, Amelia," ucap Kharisma lagi, "dia masih SMU,"
'Kenapa oh kenapa Kharisma mengatakan hal itu, pasti Jovan menganggapku anak kecil,' batin Amelia.
Tetapi itu hanya perasaan Amelia saja, karena tidak ada yang aneh saat Jovan menyapa dirinya.
"Hei, Kharisma sering cerita tentang kamu," ucap Jovan dengan ramah dan senyumnya yang Khas.
"Semoga bukan yang jelek-jelek," sahut Amelia dengan ramah pula. Namun, ia menatap kakaknya dengan pandangan cemas.
"Oh, nggak dong," sahut Jovan dengan cepat, membuat Amelia menatap matanya dengan lekat.
Tatapan Jovan seakan mengisyaratkan, kenapa baru sekarang kita bertemu?
'Bisa saja,' kata Amelia dalam hati. Toh, dia sama cantiknya dengan seorang mahasiswi karena mirip dengan Kharisma.
"Silahkan duduk Jovan," Kharisma mempersilahkan tamunya duduk di kursi antik yang nyaman.
"Oh, ya Nak Jovan silahkan duduk, ngomong-ngomong dari mana asalmu?" tanya Bu Kristina setelah sesaat ia tertegun karena ketampanan pemuda yang bernama Jovan.
"Permata Hijau," jawab Jovan santai dengan menyebutkan salah satu nama daerah elite di jakarta selatan.
Mendengar jawaban Jovan, membuat Amelia menebak-nebak tentang suatu usahawan besar di Jakarta.
'The Permata Hijau Corporation,' batinnya, "dan, jika benar, berarti Jovan anak seorang jutawan,'
Tampaknya Ibu Kristina pun memiliki pikiran yang sama dengan Amelia.
" Apa pekerjaan orangtuamu?" tanya Ibu Kristina kemudian, rupanya ia sangat tertarik untuk mengetahui segalanya tentang Jovan.
"Pengusaha, The Permata hijau corporation!" Jovan menjawab dengan mantap namun tetap sopan.
Sinar keserakahan mulai memancar di wajah Ibu Kristina, ia ingin mengambil hati Jovan saat itu juga.
'Siapa tahu bisa dijadikan mantu,' pikirnya.
"Kamu pasti lapar setelah melewati perjalanan jauh," kata Ibu Kristina tiba-tiba dan sontak berubah menjadi tuan rumah yang sempurna.
"Nanti Ibu suruh Bi Sumi bikin menu yang spesial."
"Jangan repot-repot Bu, biar aku makan malam di cafe saja," tolak Jovan dengan halus.
"Cafe?" Bu Kristina memandang Jovan dan Kharisma secara bergantian.
"Kamu harus makan malam disini!" lanjut nya tetap bersikeras.
"Aku tidak ingin mengganggu, kan Kharisma jarang pulang kerumah,"
"Jangan begitu," tukar Bu Kristina, "kita kan bisa ngobrol bersama, jangan sampai melewatkan menu utama yang istimewa,"
Kharisma tersenyum kepada Jovan, lalu berkata, "Kami serius."
'Astaga, sungguh?' batin Amelia yang hanya membisu, rupanya kedatangan Jovan mampu membungkam mulutnya yang bawel.
"Benar," Ibunya setuju, "pokoknya harus,"
"Kalau begitu, aku bersedia," jawab Jovan, "rasanya senang sekali,"
'Bukan main,' batin Amelia lagi, seumur-umur baru pertama kali ini Ibunya membuat dirinya senang.
"Coba kalau aku nggak ada janji," keluh Kharisma, "aku sudah berjanji akan mampir ke rumah Adinda,"
"Tapi, kita bisa bertemu nanti malam, sayang," ucap Ibunya.
"Nggak bisa Bu, janji tetaplah janji dan harus di utamakan," sahut Kharisma.
"Bagus, kamu masih ingat sama teman lama." Dengan tersenyum Jovan berkomentar.
Kemudian memalingkan wajahnya menghadap ke arah Amelia lalu berkata, "Sama pentingnya dengan mendapatkan teman baru."
Amelia merasa hampir meledak, yang dimaksud oleh Jovan adalah dirinya.
'Oh, si ganteng keren, mahasiswa kaya, ternyata tertarik kepadaku! Oh Tuhan, untung saja aku segera pulang," batin Amelia bergejolak.
"Adinda bukan hanya teman lamaku, tapi dia juga adik sepupuku yang sangat baik." Kharisma menjelaskan.
"Sepertinya dia sangat spesial bagimu," sahut Jovan seraya berusaha membayangkan sosok Adinda, namun gagal.
"Banget."
"Ibu ingin memberi tahu Bi Sumi untuk menambah satu piring lagi," ucap Bu Kristina seraya berdiri dari tempat duduknya.
"Oh, ya Nak Jovan, ada keluarga kami yang akan datang nanti, Adinda dan orangtuanya." Bu Kristina melanjutkan ucapannya.
"Nggak apa-apa makin banyak orang makin meriah kan? Sekalian berkenalan," sahut Jovan dengan menarik kedua sisi bibirnya, ia tersenyum.
'Uh, nggak asyik kalo ada keluarga Hermansyah,' pikir Amelia yang merasa takut tersaingi oleh Adinda.
Keluarga Hermansyah memang baik, bahkan dulu sebelum Pak Widodo menjabat sebagai gubernur di kota itu, Pak Hermansyah sering membantu Pak Widodo sebagai kakaknya.
Tetapi bukan hal itu yang menjadi masalah, ada kalanya keluarga Hermansyah menjadi sangat menyebalkan, bagi Amelia. Meskipun dulu Adinda sering membantunya dalam keadaan darurat. Misalnya ketika uang saku bulanan nya habis, Adinda selalu meminjamkan uang tabungannya dari hasil jerih payahnya sendiri.
Amelia merasa bukan mereka yang diharapkan berada didekatnya selagi ia memiliki kesempatan besar berdampingan dengan seorang pemuda tampan bernama Jovan.
"Asyik, keluarga besar kita akan berkumpul bersama-sama. Bu, aku sekalian bareng sama Adinda ya?" Kharisma berdiri lalu menyangkutkan sweater di bahunya, kemudian berbalik badan dan pergi setelah berbisik kepada Jovan.
"Selamat bersenang-senang dengan bocil."
Jovan hanya tersenyum tanpa membalas ucapan Kharisma yang telah berlenggang keluar rumah.
"Nak Jo, Ibu ke dapur dulu ya, mau menyiapkan makanan," ucap Ibu Kharisma tersenyum sekilas kemudian pergi.
'Menyiapkan makanan? Bukannya Ibu hanya tinggal order makanan lagi jadi selatan porsi kepada Dewi catering,' pikir Amelia.
"Amelia, tolong ajak Nak Jo jalan-jalan di sekeliling rumah ya?" pinta Ibu Kristina kepada putri keduanya.
"Dengan senang hati Bu," jawab Amelia mengiyakan permintaan Ibunya.
'Akan aku rebut Jovan dengan sepenuh hati,' batin Amelia menambahkan.
"Siap menjadi pemandu?" tanya Jovan dengan nada sedikit bercanda.
'Pasti,' batin Amelia, 'beruntung sekali kak Kharisma memiliki teman sekeren Jovan, apalagi kak Kharisma dan Jovan cuma berteman berarti Jovan masih bebas dan disediakan untukku,"
"Ayo, Jo!" Amelia mulai menggandeng lengan tangan Jovan.
"Aku antar keliling rumah," lanjut Amelia. Mereka kemudian beriringan keluar dan melihat- lihat sekeliling rumah mewah milik keluarga Widodo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments