"Kakakmu sudah punya pacar, Amelia?" tanya Bunga penasaran seraya mengunyah contong kue yogurt sambil melirik para mahasiswa tadi dengan ekor matanya yang genit.
Amelia dan Cinta ikut melirik sekilas.
"Katanya kak Kharisma sibuk belajar, dia nggak punya waktu untuk soal begituan. Gila!"
Cinta dan Bunga tertawa cekikikan mendengar jawaban Amelia yang memandang mereka dengan kesal. Walaupun tidak mengerti akan sikap kakaknya, tetapi Amelia sangat mengaguminya dan merasa kurang senang jika ada orang lain yang menertawakan nya.
Kharisma adalah seseorang yang pekerjaan keras, cerdas dan penyayang. Di atas segalanya, dia benar-benar cantik mewarisi tulang pipi yang tinggi serta bulu mata lentik milik ibunya.
Dulu, sewaktu kecil, Amelia sering melakukan dirinya bisa secantik Kharisma. Syukurlah keinginannya terkabul dan ia tidak perlu cemas lagi.
"Coba kalau aku punya kakak, bisa kenalan sama mahasiswa itu," kata Bunga melihat para pemuda itu berjalan dengan santai menyusuri plaza kemudian berhenti melihat-lihat jendela pajang sebuah toko Electronic.
"Aku juga," sahut Cinta, "mereka keren, ya?" ditatap nya ketiga pemuda itu dengan penuh minat.
"Benar-benar canggih, ciptaan Tuhan," timpal Bunga seraya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju.
"Dewasa lagi…." Cinta.
"Ah, sudahlah jangan kebanyakan berkhayal," ucap Amelia, "kita sudah terjerat dengan cowok-cowok Bintang Harapan, mendingan kita ke Fabella,"
Akhirnya ketiga remaja putri itu pergi melangkahkan kaki mereka menuju ke arah salah satu toko pakaian di Santa Swalayan. Mereka ingin belanja kecil-kecilan di butik termahal di kota itu, dan itu memang bagus untuk mencapai kepuasan jiwa.
Lagi pula, Amelia ingin membeli pakaian baru yang berkenan mewah dan menarik, ia tidak ingin kalah dengan kakaknya. Setelah melirik sekali lagi ke arah pemuda tadi untuk memuaskan indra penglihatan, mereka pada akhirnya masuk ke dalam Toko Fabella.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Di sebuah bioskop.
Adinda mencari Sofiana di tengah keramaian orang yang sedang bergerombol di depan bioskop.
'Kasihan, Sofiana,' batin Adinda seraya menahan tawa dengan menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.
Kenapa Cocosile memberi seragam sekonyol itu untuk karyawannya? Tapi waktu melirik seragamnya sendiri yang berwarna orange bercelemek kuning menyala, ternyata tiga pesona pun sama konyolnya.
Lebih-lebih ia harus memakai topi jaring berwarna hitam di atas rambutnya selama jam kerja. Oh, ini memang resiko pekerjaan.
"Hei, Adinda ada apa?" wajah Sofiana berseri-seri ketika menghampiri Adinda.
"Tania nggak bisa kesini, masih sibuk bersit-up dia," lanjut Sofiana kemudian.
Ya, sahabat mereka Tania, bekerja sebagai instruktur aerobik di 'Bugar Gym'. Mereka berjanji akan berkumpul di plaza utama ketika jam istirahat. Memang, waktu sepuluh tidak cukup untuk mengobrol. Namun, daripada tidak sama sekali, yang terpenting persahabatan mereka tetap berjalan dengan hangat.
"Nggak apa-apa," jawab Adinda, "minggu ini pekerjaan menumpuk,"
"Tania, memang super sibuk dia," lanjut Adinda seraya membuka celemek yang di pakainya.
"Enak, jadi Tania," sambung Sofiana.
"Eh, gimana ya kira-kira tanggapan Pak Martin terhadap rancanganmu tempo hari?" tiba-tiba saja Sofiana mengalihkan pembicaraan.
Seorang dosen terkenal dari Akademi Modeling itu adalah juri kontes kecantikan Miss Universitas Negeri Jakarta. Kontes yang dimenangkan oleh Adinda dan Sofiana, mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk memamerkan hasil karya nya pada Pak Martin.
Adinda memang memiliki hobi merancang pakaian, dan akhir-akhir ini ia mulai sadar bahwa bidang ini bisa menjadi karier baginya.
Adinda dan Sofiana mulai berjalan menyusuri mall seraya mengobrol, mereka berdua berjalan agak menepi menghindari keramaian pengunjung.
"Pertama Pak Martin bilang kalau banyak ide original dalam rancanganku, lalu katanya Akademi Modeling adalah jurusan yang cocok untukku," jawab Adinda dengan santai.
"Wah, asyik!" seru Sofiana dengan kedua matanya yang berbinar.
"Tegang juga sih," ucap Adinda, "hampir satu jam Pak Martin bicara membahas sekolah busana jurusan-jurusan yang bisa aku ikuti,"
"Jadi, kamu mau belajar di Akademi Modeling atau bagaimana?" tanya Sofiana merasa penasaran dengan keputusan sahabatnya.
Adinda mengangkat bahu, kemudian berkata, "Pak Martin nggak menjanjikan apa-apa, tapi paling tidak aku mendapatkan kesempatan emas, ia juga memberi pandangan tentang beberapa Akademi dan Universitas lain, soalnya bidang rancang-merancang ada banyak jurusan, bukan cuma busana saja,"
"Misalnya?" Sofiana Mengernyitkan dahi, pertanda ia tidak mengerti.
Adinda tersenyum melihat tingkah sahabatnya.
"Penata niaga, penata cahaya, atau pendekor ruang, menarik lho Sofiana, aku sudah nggak sabar ingin kuliah," jelas Adinda.
Sofiana menyentuh lengan Adinda, lalu bertanya, "Pak Martin menyinggung soal beasiswa nggak?"
"Tapi yang jelas bukan soal penjualan tacos loh!" canda Sofiana kemudian.
Adinda hanya tertawa mendengar selorohan sahabatnya.
"Katanya, aku punya kesempatan untuk itu dan aku di beri formulirnya." Adinda menarik selembar kertas yang terlipat dari kantong celemek nya yang ia jinjing di tangannya.
"Voila!" seru Adinda seraya memperlihatkan kertas formulir itu pada Sofiana.
"Aduh, senangnya Adinda!" pekik Sofiana kegirangan, ia nyengir memperlihatkan dua gigi kelincinya.
"Sedihnya aku akan berpisah sama Galvin," gumam Adinda dengan wajahnya yang terlihat sayu.
"Aku sudah punya pacar setia, tapi aku tinggalkan begitu saja." lanjutnya.
Dengan tersenyum Sofiana menyentuh pundak sahabatnya, kemudian ia berkata, "Jangan takut, kan cuma satu setengah tahun." Sofiana memberi isyarat tangan.
"Memang konyol, tapi kalau memang terjadi seperti itu, aku pasti bakalan kangen setengah mati."
Pikiran itu membuat Adinda menggigil, baru membayangkan nya saja sudah membuatnya ingin menyerbu toko milik Ayahnya Galvin. Sebuah toko elektronik yang terdapat seorang manusia tampan di dalamnya. Ingin sekali rasanya ia segera berlari kesana dan memeluk Galvin erat-erat.
Setiap kali Galvin memeluk Adinda dengan tangannya yang kuat dan berotot, Adinda harus mencubit dirinya agar yakin bahwa ia tidak sedang bermimpi.
Galvin Syahputra adalah pemuda terbaik, terganteng dan terlembut di seluruh dunia telah memilih dirinya diantara banyaknya gadis cantik di kota jakarta.
Adinda Putri, seorang gadis manis dan lembut serta apa adanya telah berhasil menaklukkan hati sang pujangga yang selama ini menjadi rebutan para gadis di kota itu.
Selama bersama dengannya, Adinda merasa bahagia tiada tara. Bagaimana jadinya kalau mereka harus berpisah? Adinda menghela nafas panjang.
Sebagai seorang sahabat, Sofiana hanya bisa memandangnya dengan penuh simpati.
"Hei, nanti mampir ke rumahku yuk! Kamu ada kencan sama Galvin nggak?" tanya Sofiana.
"Nggak," jawab Adinda seraya merapikan seragamnya dan memakai celemek nya kembali, ia siap untuk bekerja lagi.
"Kamu pasti terkejut, aku akan main ke rumah Amelia," ucapnya kemudian.
Mendengar ucapan sahabatnya, membuat Sofiana Mengernyitkan dahi dan memandangnya dengan intens, seolah Adinda telah kehilangan akal sehatnya.
"Sepupumu, si sombong itu?" tanya Sofiana, "ada acara apa? Tumben, tuan putri Amelia mengundangmu ke istananya? Kirain cuma para bangsawan saja yang boleh datang kesana,"
Adinda hanya tersenyum mendengarkan omelan sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Xiao Yhaan
sibuk ber sit-up
2023-06-09
1
Herzegovin
kakak adek biasanya mirip
2023-06-09
1
Kuliner
bayangin seragamnya aku ketawa sendiri
2023-06-09
1