Part 2

Ivy Dawson, wanita berusia 23 tahun itu merupakan aktris papan atas Prancis yang sukses membintangi banyak projek di negaranya, baik film, drama, iklan dan masih banyak lagi. Namanya mulai dikenal saat dia membintangi film pertamanya yang berjudul ''Mine'' yang saat itu menembus angka penonton tertinggi yakni hampir sebelas juta penonton di negaranya dan berhasil mengumpulkan hampir dua ratus juta penonton di seluruh dunia.

Parasnya yang cantik, dengan mata bulat, hidung mancung dan pipi sedikit chubby, serta didukung dengan bentuk tubuh yang indah, membuatnya begitu banyak digemari. Tidak hanya kalangan pria tapi juga untuk kalangan wanita. Ivy juga menjadi brand ambassador dari berbagai produk ternama di negaranya, mulai dari make up, skincare, fashion dan lain sebagainya.

‘’Apa kau jatuh cinta pada pandangan pertama?’’ bisik Louis dengan nada bercanda, lalu tertawa kecil. Hal yang sama juga dilakukan oleh Mark, sedangkan Arley hanya bisa menatap keduanya dengan rasa kesal.

‘’Ada apa, kenapa kau kesal sekali?’’ tanya Cattie, manajer yang sudah dianggap seperti kakak sendiri, oleh Ivy.

Ivy tidak menjawab, wanita itu malah meneguk habis alkohol yang tersedia di atas meja.

Cattie pun merampas botol dari tangan Ivy, lalu sedikit dijauhkan dari jangkauan Ivy. ‘’Ada apa, kenapa kau sekesal ini?’’

‘’Mereka mendatangiku lagi.’’

‘’Mereka? Mau apa lagi mereka?’’

Ivy membuang nafas kasar, lalu memejamkan matanya. ''Apalagi? Kau tau sendiri apa yang mereka inginkan dariku.’’

‘’Ck, mereka benar-benar manusia yang tidak tahu malu. Semua milikmu sudah mereka rampas dan sekarang mereka menginginkan rumah yang kau tempati juga?’’ Cattie berucap dengan nada kesal, tidak habis pikir dengan keluarga Ivy yang sangatlah kejam dan tidak bersyukur.

‘’Lalu, apa kau akan memberikannya?’’

‘’Gila saja, rumah itu berisi banyak kenanganku bersama dengan orang tuaku. Aku nggak mungkin memberikannya pada mereka.’’

‘’Yaudah nggak usah dipikirin. toh rumah itu atas namamu.’’

‘’Aku hanya kesal saja, bertemu mereka membuat moodku buruk.’’

‘’Udah nggak usah dipeduliin, mending kita happy-happy aja.’’

Ivy menangguk, lalu mengambil sebotol alkohol lagi dan meneguknya hingga habis. Ponselnya yang berada disaku celana tiba-tiba bergetar.

‘’Yaudah, aku kesana sekarang,’’ ucapnya pada seseorang di seberang telepon. Setelah itu, dia langsung berdiri dan hendak keluar.

‘’Aku duluan ya kak.’’

‘’Mau ketemu Leo lagi?’’

Ivy tidak menjawab, wanita itu hanya mengedip genit kedua matanya.

‘’Jalannya hati-hati dong,’’ protes Ivy pada pria yang baru saja dia tabrak. Wanita itu sama sekali tidak menatap dan langsung meneruskan langkahnya.

‘’Lah kok ….’’ Arley ingin mengejar, tapi langsung dicegat oleh Mark dan Louis. Bisa besar urusannya kalau pria itu sampai berhasil mengejar Ivy. Rahang kesal Arley terpampang jelas. Jelas-jelas Ivy yang menabraknya, lalu kenapa wanita itu malah menyalahkannya?

‘’Sudahlah, mungkin dia tidak sengaja, kau lihatkan, kalau dia sedang buru-buru?’’ Louis berusaha memberikan alasan. Arley hanya menatap keduanya kesal, lalu melangkah pergi meninggalkan keduanya.

Sampai di rumah, Arley langsung mencari tahu tentang sosok Ivy yang memiliki nama belakang yang sama dengan Desha, sang mantan kekasih yang masih menjadi pemilik hatinya. ‘’Nggak ada hubungan apa-apa ternyata,’’ ucapnya saat melihat informasi tentang Ivy yang hanyalah seorang anak tunggal dari keluarga yang sederhana.

‘’Mungkin hanya kebetulan saja,’’ ucapnya lagi. Matanya masih memperhatikan foto Ivy yang masih terpampang di  layar laptop.

‘’Apanya yang kebetulan?’’ Arley refleks menoleh, melihat oma yang sudah berdiri disamping dan ikut memperhatikan layar laptop.

‘’Kebiasaan deh oma. Lagian oma masuknya gimana sih? Udah kayak hantu aja.’’

‘’Jalanlah, oma kan nggak bisa terbang.’’

‘’Kamu menyukainya? Oh ya ampun Arley, oma sangat setuju, oma sangat menyukainya.’’

Dengan cepat Arley menutup laptop. Berdiri dan melangkah menuju ranjang. ‘’Apaan sih oma. Wanita menyebalkan seperti itu, aku tidak mungkin menyukainya.’’

‘’Lalu, kenapa kau melihat fotonya? Jangan bilang kamu hanya PHP-in oma.’’

‘’Astaga oma, mikirnya kejahuan. Udah ya oma, daripada mikir yang nggak-nggak, lebih baik oma keluar, aku capek, ngantuk mau tidur.’’

‘’Kamu ngusir oma, begitu?’’

‘’Yaudah kalau oma masih mau disini, yang jelas aku ngantuk.’’

‘’Alasan aja kamu, bilang aja kalau mau ngusir oma, iya kan?’’

‘’Terserah oma aja deh.'' Arley membaringkan tubuhnya, menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh. Pria itu mengalah. Lagian, dirinya tidak akan pernah menang jika berdebat dengan sang oma.

‘’Arley kamu tuh ya, oma masih ngomong kok ditinggal tidur sih?’’ Mau tidak mau oma keluar dari kamar Arley.

Seminggu kemudian

''Hai cantik,'' sapa seorang pria kemayu saat Ivy memasuki ruang ganti. Pria kemayu itu tidak lain dan tidak bukan adalah penata rias kepercayaan Ivy.

''Hhmm,'' jawab Ivy yang sedang dalam mood yang kurang baik. Dia duduk di depan meja rias. Seluruh staf dalam ruangan terlihat was-was, takut membuat Ivy kesal.

Tiba-tiba saja Ivy berteriak penuh amarah dan terentah apa yang dialami wanita itu, tindakannya tersebut membuat para staff jelas begitu ketakutan. Mereka sudah sangat mengenal sosok Ivy yang kadang bertingkah seenaknya tanpa memikirkan situasi di sekitarnya.

Di kalangan staff, wanita itu memang terkenal dengan temperamennya yang buruk, dan akan lebih buruk lagi jika dia sedang dalam situasi mood yang kurang baik seperti saat ini.

''Aish ini benar-benar menjengkelkan!'' teriaknya lagi dengan tangan yang beberapa kali memukul meja riasnya.

''Bill, mana jus untukku apa kau ingin aku mati kehausan disini?'' kesalnya menatap asisten pribadinya itu dengan mata yang melotot sempurna.

Billi kewalahan, tubuhnya sedikit bergetar, menatap takut pada Ivy yang kini sudah berjalan mendekatinya. ''Ma ... maaf nona, saya lupa menyiapkannya,'' jawabnya terbata.

Billi yang umurnya 2 tahun lebih muda dari Ivy, bahkan menundukan wajahnya karena terlalu takut menatap Ivy yang sekarang sedang dalam mode monsternya.

''Lupa katamu? Mengurus hal sekecil ini saja kau tidak becus? lalu untuk apa lagi aku mempertahankanmu, mulai hari ini kau kupecat!'' ucapnya sambil sedikit mendorong tubuh Billi.

''Nona tolong jangan pecat saya, saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, saya mohon,'' pinta Billi yang hampir menangis, pria muda itu sudah duduk bersimpuh di bawah kaki Ivy.

Bersambung .....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!