Hari sudah beranjak siang, Nisa masih tampak duduk tenang di ruang tamu rumah Bu Martha, seorang kenalan baiknya dengan suami,
Perempuan itu duduk sambil tampak mengawasi catatan yang diberikan oleh Bu Martha, catatan jumlah uang yang telah Bu Martha keluarkan atas permintaan suami Nisa,
"Apa tidak bisa diperbaiki lagi hubungannya? sudah sepuluh tahun, apa tidak sayang harus berakhir begitu saja pernikahannya?"
Tanya Bu Martha seraya meletakkan satu cangkir wedang teh yang mengepul panas, uapnya menebarkan aroma teh melati yang khas, teh khas dari kota Tegal,
Sekilas Nisa memaksakan satu senyuman kecil, ia tentu tak ingin membahas tentang masalah pribadi dengan orang lain, hubungannya dengan Bu Martha yang sebagai kenalan baik saat ini hanyalah sebatas karena kepada Bu Martha lah akhirnya ia dan suami memutuskan melepaskan rumah yang mereka beli di dalam pernikahan,
Atas kesepakatan setelah akhirnya keduanya memutuskan untuk berpisah, rumah mereka dijual dan uang hasil penjualan akan dibagi dua bagian, sesuai dengan aturan pembagian harta gono gini,
Ya, harta gono-gini, adalah harta yang diperoleh di dalam pernikahan, kecuali ada harta hibah, harta warisan dari orangtua, jika itu diperoleh meski ada di dalam pernikahan, maka tetaplah bukan termasuk harta gono-gini,
"Silahkan diminum dulu Mbak Nisa, wedang teh nya,"
Kata Bu Martha kemudian, yang tampaknya berusaha lebih ramah karena tidak enak pada Nisa yang memilih bungkam perihal masalahnya,
Tentu saja, mungkin ini berbeda dengan sikap yang diperlihatkan suami Nisa, meskipun ia laki-laki, tapi ia lebih mudah menceritakan masalah pribadinya pada orang lain,
Salah satu hal yang Nisa paling tidak suka dari suaminya itu, selain kegemarannya sesumbar tentang ilmu jodoh, dan juga ketidak adilannya dalam memperlakukan keluarganya dengan Nisa,
"Sudah tujuh puluh juta yang Mas Surya ambil, malah tiga hari lalu sempat ke sini minta lagi lima juta, katanya untuk adiknya sedang butuh motor untuk berangkat kerja,"
Kata Bu Martha kembali membuka suara, yang akhirnya kali ini mampu membuat Nisa bereaksi,
"Batasnya sampai sembilan puluh tujuh juta saja Bu, karena setengahnya adalah bagian saya,"
Ujar Nisa,
"Iya Mbak, saya tahu, makanya saya panggil Mbak datang karena saya tidak bisa ke mana-mana, Ibu saya sakit, tidak ada yang nungguin beliau,"
Kata Bu Martha pula, Nisa mengangguk, ia lalu menutup buku catatan Bu Martha, dan meletakkannya di atas meja dekat cangkir teh yang disuguhkan Bu Martha untuknya,
"Kira-kira, Bu Martha akan melunasi kapan rumahnya? Saya kemarin sudah ada pandangan rumah baru di komplek yang tak jauh dari tempat saya bekerja,"
Kata Nisa, sambil meraih cangkir teh yang masih mengepul panas, membuatnya kemudian sibuk meniup-niup terlebih dahulu sebelum menyeruput wedang teh tersebut,
"Iya Mbak, saya sudah pengajuan di Bank, semoga pekan depan ada kabar baik pengajuan di acc,"
Mendengar hal itu, tentu saja Nisa mengangguk sambil tersenyum lega,
Ia sudah berencana untuk segera pindah dari rumah yang ia beli bersama sang suami, karena meskipun kini mereka telah tidur terpisah, namun kenyataan masih berada di bawah naungan atap yang sama, sungguh membuat Nisa sama sekali tidak nyaman,
Nisa menyeruput wedang teh nya, ia cukup menikmati wedang teh buatan Bu Martha,
Setelah dirasa cukup, Nisa meletakkan kembali cangkir teh tersebut di tempat semula, lalu ia berpamitan,
"Saya ada urusan lagi di tempat lain, sebelum nanti mampir ke rumah orangtua,"
Kata Nisa seraya berdiri dan menyalami Bu Martha,
"Saya pikir Mbak Nisa mau duduk-duduk agak lama mumpung weekend, cerita-cerita banyak gitu,"
Nisa sekali lagi tersenyum,
"Cerita apa Bu, saya tidak suka banyak cerita,"
"Hehehe iya ya, Mbak Nisa ini kok berbeda sekali dengan kebanyakan perempuan, biasanya kalau mau cerai atau habis cerai itu kan ke mana-mana cerita, terutama menjelekkan mantan suami,"
Kata Bu Martha yang kini mengiringi langkah Nisa menuju pintu utama rumah Bu Martha yang sejak tadi dibiarkan terbuka lebar,
Tampak mobil Nisa ada di jalan depan pagar rumah Bu Martha,
"Biarlah mereka ya mereka Bu, saya ya saya, kalau buat saya tidak ada untungnya menjelekkan mantan suami, bahkan saya berharap, saya bisa menjaga aibnya sampai saya mati, biarlah saya saja yang tahu kekurangan dia,"
Kata Nisa yang kini mulai memakai sepatunya, Bu Martha terlihat tersenyum tak enak, ia tentu tak menyangka akan mendengar jawaban yang demikian dari perempuan yang sebetulnya pasti sedang kecewa,
Ya, Bu Martha bisa melihat dengan jelas raut kaget Nisa saat perempuan itu membaca catatan uang penjualan rumah yang hampir setengahnya telah bolak-balik diambil oleh Surya, suami Nisa yang sebentar lagi akan menjadi mantan suami,
Dari ekspresi Nisa yang kaget, pastinya Surya bolak-balik mengambil uang penjualan rumah adalah tanpa bicara pada Nisa lebih dulu, apalagi kebanyakan permintaan uang itu juga adalah untuk keluarganya dan juga untuk temannya yang katanya butuh pinjaman,
"Saya pamit Bu Martha, nanti kalau ada kabar baik, saya dikabari, pokoknya saya cuma pesan agar bagian saya tetap aman,"
Pesan Nisa sebelum benar-benar beranjak dari hadapan Bu Martha,
"Iya Mbak, saya akan ingat,"
Sahut Bu Martha mengiyakan,
Nisa pun kembali berpamitan, dan melangkah cepat menuju mobilnya yang terparkir di depan pagar rumah Bu Martha,
Hatinya tentu saja sebetulnya tidak baik-baik saja, mengetahui kenyataan Surya suaminya sudah mengambil uang sebanyak itu tanpa sepengetahuannya membuatnya benar-benar frustasi,
Ini tentu tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan, bahwa penjualan rumah itu seharusnya bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih berguna,
Seperti untuk tambahan modal mungkin, atau untuk investasi beli kaplingan, atau jika memang ada tabungan yang tanpa Nisa tahu, suaminya itu harusnya bisa beli rumah lagi,
Tapi, seperti biasa, ia selalu mendahulukan kepentingan kakak adiknya, padahal mereka semua sudah berkeluarga, tapi apa saja suami Nisa selalu ikut memikirkan,
Dari kakaknya melahirkan, biaya Rumah Sakit dia yang mikir, biaya sekolah anak adiknya, seragam, sampai peralatan sekolah, dia pula yang mikir, bahkan pulsa hp dan kuota, mereka minta dijatah rutin,
Tentu, tidak masalah jika saja Nisa yang sebagai isteri juga mendapatkan nafkah yang jumlahnya sama dengan apa yang dikeluarkan suaminya untuk keluarganya, sayangnya, kebutuhan Nisa sendiri Nisa harus putar otak sendiri, bahkan untuk belanja bulanan rumah, pulsa listrik, bayar wifi, air bahkan lauk sehari-hari, Nisa lebih banyak andil karena suaminya hanya akan memberikan sedikit saja bagian penghasilannya dengan alasan Nisa sudah bekerja sendiri,
Pernah Nisa sempat mencoba meminta suaminya memberi bagian Nisa sedikit lebih banyak agar bisa memenuhi kebutuhan mereka, tapi suaminya justeru marah dan menuduh Nisa perempuan yang tidak bersyukur, ditambah pula ia justeru menyalahkan Nisa karena Nisa bekerja dan tidak menjadi Ibu Rumah Tangga yang itu berarti rejeki dia sebagai suami jadi berkurang karena Nisa mencari uang sendiri,
Nisa sungguh-sungguh tidak mengerti dengan konsep berpikir suaminya, entah apa sebetulnya yang ia dengar dan ia baca, hingga pemahaman soal rejeki dalam rumah tangga jadi seaneh itu,
Tapi, dari semua yang aneh-aneh itu, yang paling menyakitkan bagi Nisa adalah perlakuan keluarga suaminya yang terlihat mengkerdilkan Nisa karena tak mampu memiliki keturunan,
Nisa dianggap seperti perempuan yang sia-sia saja dinikahi, yang tidak ada gunanya karena tak mampu memberikan keturunan,
"Aku bekerja agar aku bisa kecukupan tanpa harus menuntut banyak pada suami, dan aku tidak berkuasa dengan bisa tidaknya memiliki keturunan. Lalu, apa yang salah padaku? Apa?"
Nisa bicara seorang diri selama bertahun-tahun setiap kali di malam yang sepi ia tak juga bisa tidur, ia merasa begitu berat langkahnya, dan begitu gelap masa depannya,
Keadaan seolah tak banyak memberikannya pilihan, atau bahkan malah tak ada, sama sekali tak ada. Nisa sangat sedih.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
V3
harus nya suami nya Nisa nikah nya sama istri nya Danu ja ,, sama-sama orang yg gda akhlak 🤣🤣
judul nya jd berubah spt nya " jodoh yg tertukar " 🤣🤣
2025-01-31
0
Esti Restianti
hihi aku pernah mengalaminya waktu awal" menikah wkwk
2023-07-09
0
Marifatul ilmiyah
huft sesak sekali kak lanjutttt
2023-06-14
0