Sekitar dua puluh menit sejak keluar dari kantor dan mampir lebih dulu ke mesin ATM untuk mengirimkan sejumlah uang ke rekening Paman dari anak-anak suami, akhirnya Nisa sampai di rumahnya yang berada di dalam komplek perumahan subsidi yang ia beli tiga tahun silam,
Perumahan subsidi yang mana ia beli sebelum menikah dengan suaminya yang sekarang,
Ya, Nisa membeli rumah di perumahan subsidi itu adalah karena uangnya tidak cukup untuk membeli cash di tempat lain, hasil pembagian rumah gono gini dengan suami sebelumnya hanya cukup dipakai Nisa untuk over kredit rumah kecil type 42 di sebuah perumahan subsidi yang kebetulan baru berjalan sekian tahun saja dan masih menyisakan cicilan cukup lama,
"Gerimis,"
Tiba-tiba suara Mas Danu terdengar, kala Nisa turun dan sedang sibuk membuka pagar rumah agar sang suami dan motornya bisa masuk ke dalam pelataran,
Nisa menatap langit yang kini memang terlihat sedikit mendung, titik-titik air tipis tampak tercurah pula dari sana,
"Alhamdulillah, hujan rohmat,"
Kata Nisa lalu membuka pagar lebar-lebar, Mas Danu pun membawa motornya masuk ke dalam pelataran, lalu memarkirnya di dekat pohon Pucuk Merah yang sudah tinggi menjulang seperti Cemara,
Nisa tampak menutup pagar, lalu sibuk menilik wadah makan kucing yang selalu ia sediakan di luar rumah agar kucing-kucing liar di sekitar komplek tak sampai kelaparan karena sulit mencari makan,
Sementara Nisa masih sibuk mengambil makanan kucing untuk memenuhi wadah yang kosong serta mengganti air, Mas Danu bergegas ke arah pintu rumah dan membukanya untuk masuk ke dalam rumah lebih dulu,
Selang tiga menit, barulah Nisa menyusul sang suami masuk, di mana di dalam suaminya sudah sibuk merebus air di dapur untuk membuatkan teh kesukaan Nisa tiap kali pulang bekerja,
"Mau makan apa malam ini sayang?"
Tanya Mas Danu, tampak Nisa mendekati kulkas, melihat ada bahan apa saja di sana,
Menjelang akhir bulan, biasanya bahan masakan pun sudah mulai tidak banyak yang bisa diolah, hanya beberapa saja yang tersisa,
"Telor dadar saja Mas, sama goreng tahu dipecak sambal, cukuplah itu juga,"
Sahut Nisa akhirnya, mendapati bahan masakan memang sudah tak banyak pilihan, Mas Danu mengangguk,
"Kamu mandilah, lalu sholat, biar gantian, aku bikin teh dulu,"
Kata Mas Danu, yang disambut anggukan kepala Nisa,
Perempuan itu lantas berjalan menuju kamarnya, melepas blazer dan tas untuk ia gantung di belakang pintu kamar,
Setelahnya, ia pun tak lupa meraih hp miliknya dari dalam saku tas kerja, untuk kemudian ia kirimkan bukti transferan ke nomor Syafira, anak Mas Danu,
Nisa kali ini lagi-lagi terpaksa harus memakai tabungannya untuk mengirimkan uang kepada anak-anak, ia yang selama ini berusaha hidup sehemat mungkin, sesederhana mungkin, agar bisa menabung, pada akhirnya jika sedang dalam keadaan seperti ini tetap saja ia harus rela dan ikhlas mengurangi saldo tabungannya,
Sudah Ibu transfer ya,
Hanya itu yang Nisa tulis untuk menyertai foto bukti transferan, setelah mengirimkannya, Nisa meletakkan hp nya di atas meja kamar, lalu ia meraih handuk dan juga daster yang ia pakai kemarin di gantungan belakang pintu pula,
Nisa tak perlu menunggu balasan dari Syafira, karena biasanya setelah di transfer pun dia tidak akan membalas apa-apa, jadi Nisa tak berharap banyak akan mendapatkan ucapan terimakasih apalagi doa ini itu,
Berbeda dengan anak sulung Mas Danu yang sedang ada di Pesantren, yang setiap kali Nisa mengirimkan uang untuk pegangan dia, maka dia akan berbalas pesan dengan Nisa, bahkan bukan hanya saat Nisa mengirimkan uang, atau saat dia butuh uang saja, Nabila juga akan menghubungi Nisa kapanpun dia ada waktu pulang ke rumah Neneknya dan bisa pegang hp, entah itu hanya sekedar bertanya kabar Nisa, atau kadang juga sekedar cerita hubungannya dengan teman-teman di pesantren atau kegiatannya di hari itu,
Entahlah, bagi Nisa, hal sesederhana itu saja membuatnya sangat lega, ia merasa dianggap, merasa bukan hanya dianggap ada saat mereka butuh uang saja,
Nisa sejatinya tak akan menuntut banyak pada anak-anak sang suami, ia tahu bahwa ia bukan Ibu kandung yang mengharuskan anak sambung berbakti,
Nisa, hanya ingin kehadirannya dilihat sebagai manusia juga, sebagai orang yang lebih dewasa, yang mana ia juga ingin anak-anak bisa lebih sopan dan ada basa-basi saat membutuhkan sesuatu,
Tidak, Nisa bukan sedang menyalahkan anak-anak, ia merasa memang Ibu merekalah yang mungkin tak mendidik anak-anak dengan baik, tapi Nisa pun tak berani menyalahkan sepenuhnya, karena Nisa lagi-lagi sadar posisinya dari awal mungkin sudah salah kaprah.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
V3
MasyaAllah ... sesabar itu yaa Nisa pd anak-anak sambung nya.
mna ada 3 anak sambung nya , dan yg benar cm 1 anak ja , 2 yg lain nya gak beradab.
beban bgt Nisa psti nya
2025-01-31
0
Esti Restianti
Masya Allah,kalau ada ibu sambung yg ikhlas membiayai anak sambungnya tanpa berharap balasan itu luar biasa banget sih,karna kadang orang tua kandung aja mengharap balasan dari apa yang sudah mereka berikan
2023-07-05
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
serba salah ya kl jadi ibu sambung
2023-06-08
1