"Apa? Mengundurkan diri? Apa kamu gila?"
Sarah mendelik ke arah sang suami yang memilih tetap di atas kasur pagi menjelang siang hari itu, matanya terpejam, enggan menatap isterinya yang ia sudah duga akan mengamuk,
Malas, ia sudah malas meladeni perempuan itu, yang sejak dulu hanya meributkan soal uang saja,
"Cicilan kita banyak! Cicilan motor, cicilan mesin cuci, cicilan sofa, sebentar lagi juga puasa, kita harus belanja ini itu, belanja baju lebaran!"
Sarah, perempuan cantik itu berteriak-teriak kalap, ia naik ke atas kasur, lalu mengguncang sekuat tenaga tubuh suaminya,
Rasanya, dadanya kini nyaris meledak, pun juga kepalanya, ia sungguh marah dengan keputusan seenaknya sendiri sang suami,
"Lepas saja semua kreditan, tahun ini tidak usah beli baju lebaran,"
Sahut Mas Danu, suami Sarah, yang kemudian memilih bangun lalu beranjak dari kasur,
Sarah menatapnya dengan sengit, amarahnya sudah benar-benar membumbung tinggi,
"Enak sekali bicara begitu, benar-benar tidak bertanggungjawab!"
Emosi Sarah meledak, matanya memerah, begitupun wajahnya,
Mas Danu meraih jaket yang digantung di belakang pintu kamar,
"Sudah kubilang, hiduplah seadanya, kamu tidak pernah mendengarkan aku, setiap tetangga membeli sesuatu kamu akan ikut membeli dengan cara kredit, aku kerja dari pagi sampai pagi lagi, hasilnya hanya untuk kreditan dan memenuhi keinginanmu yang tak ada habisnya, bahkan saat Yunan sakit, kita sampai tidak punya tabungan untuk membawanya ke Rumah Sakit, salah siapa dia tidak bisa mendapatkan pertolongan?!"
Suara Mas Danu bergetar hebat,
"Jadi, kamu menyalahkan aku! Bekerja itu kewajibanmu sebagai suami Mas, memenuhi kebutuhan keluarga, memenuhi keinginan isteri itu kewajibanmu, meminta ini itu adalah hak aku!"
"Ya, aku tahu, tapi tetap saja jika itu melampaui kemampuanku, sama saja itu tidak benar! Aku sudah maksimal mengambil lembur dan sebagainya, tapi jangankan tabungan, kamu bahkan sampai ada hutang di sana sini, kamu pikir aku tidak malu hah!!"
"Berarti kamu tidak ikhlas memberikan aku nafkah?!"
"Ini bukan masalah ikhlas tidak ikhlas, caramu sebagai isteri mengelola keuangan benar-benar semrawut, kamu tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan, barang-barang masih bagus harus diganti dengan yang lain, memaksakan harus kredit, ini sudah tidak benar Sarah!"
Mas Danu memakai jaketnya, sorot matanya terlihat benar-benar lelah dan juga putus asa menghadapi isterinya,
Demi memenuhi keinginan sang isteri yang tak ada habis ia sudah berjuang luar biasa, sampai ia harus ambil lembur terus menerus, mengabaikan waktu istirahatnya, sampai ia harus rela ribut dengan teman sesama pekerja yang juga ingin mengambil lembur, hingga akhirnya berujung ia harus mengundurkan diri karena keributan semakin serius,
Tapi, isterinya tak akan mau tahu soal itu, yang ia pedulikan hanyalah keuangan keluarga yang akan semakin tipis jika suaminya tak menghasilkan apa-apa,
Mas Danu yang telah memakai jaketnya kemudian tampak berjalan keluar kamar, Sarah isterinya bangkit dari kasur dan mengejar hingga ruang tengah rumah mereka,
Rumah peninggalan orangtua Mas Danu, yang dihibahkan oleh orangtua Mas Danu kepada Mas Danu setelah kedua kakaknya juga sudah diberikan hak mereka,
"Mau ke mana?!"
Bentak Sarah,
Mas Danu acuh tak acuh mendengar pertanyaan Sarah, yang ia lakukan hanyalah meraih kunci motor lama miliknya, motor yang sudah bersamanya lebih dari delapan tahun,
"Mau ke mana kataku!"
Sarah membentak lagi, Mas Danu hanya melirik sang isteri,
Perempuan cantik yang kini mendelik itu dulu adalah adik dari temannya, perempuan yang begitu pertama dilihatnya langsung membuatnya jatuh cinta dan langsung ingin menikah,
Dalam keadaan yang belum benar-benar mapan, Danu muda yang usianya baru dua puluh satu tahun memaksa orangtuanya agar meminang Sarah dan menikahkan mereka,
Enggan kehilangan kesempatan memiliki perempuan cantik jelita itu, Danu muda tak peduli orangtuanya sampai harus menjual sepetak tanah bagiannya,
Baginya, yang terpenting adalah bisa memiliki perempuan cantik itu, adik temannya, yang saat itu ia yakini akan membuatnya bahagia sampai akhir hayat,
Namun, kini, perempuan cantik itu tak membuatnya bahagia, setiap kali bertemu dengannya di rumah sepulang bekerja, Mas Danu justeru khawatir akan mendengarkan keluh kesahnya soal uang dan uang,
Rasa kecewanya sejak anak kedua mereka meninggal karena sakit tak bisa mendapat perawatan maksimal akibat tak punya tabungan, dan juga semakin kecewa manakala almarhumah Ibunya juga mengalami hal yang serupa, membuat Mas Danu rasanya semakin hilang rasa kepada sang isteri,
Ya, cantik, nyatanya hal itu pada akhirnya hanyalah kesenangan yang bersifat sangat sementara, ketika dalam pernikahan, cantik tak lagi menjadi kebutuhan pokok seorang laki-laki terhadap perempuan,
Nyaman, Mas Danu membutuhkan rasa nyaman di dalam rumah, saat pulang bekerja ia butuh disambut dengan senyuman yang menenangkan, saat ada hal berat di tempat kerja ada isteri yang bisa mendengarkan keluh kesahnya lalu menenangkan,
Laki-laki tak perlu dituntut ini itu, selama isteri mensupport dan memastikan keuangan keluarga keluar masuk di tempat yang tepat, semangat bekerja laki-laki akan timbul sendiri, dituntut hanya membuat frustasi, terutama saat isteri bilang masih kurang dan kurang, padahal suami sudah berusaha semaksimal yang ia bisa,
"Jangan bilang kamu mau menemui perempuan itu!!"
Tiba-tiba suara Sarah semakin lantang, membuat Mas Danu yang semula akan kembali melangkah pergi terpaksa menghentikan langkahnya, ia menoleh lagi ke arah isterinya yang matanya mulai meremang,
"Nisa, kau akan menemuinya bukan?!"
Emosi Sarah kembali meledak, Mas Danu lantas menghela nafas, sebelum kemudian menjawab,
"Dia membantu kita membayar uang ujian sekolah dan melunasi hutangmu di warung, kau harusnya bersyukur kita ada yang menolong,"
"Dia bukan menolongku, dia menolong kamu!"
Kata Sarah,
"Tapi kamu lah yang membuat masalah, kamu yang tidak bisa mengatur uang hingga harus hutang di warung dan anak sampai tidak bisa bayar ujian!"
Kesal Mas Danu,
"Itu karena uang bulanan mu pas-pasan!"
"Sarah!!"
Mas Danu kali ini tak tahan lagi, ia sudah benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi isterinya yang seperti otaknya hanya dipenuhi uang dan uang saja,
Tangan Mas Danu tampak mengepal, ia susah payah menahan ledakan emosi dalam dirinya juga,
Beruntung dari luar rumah tiba-tiba terdengar suara motor berhenti, yang tak lama kemudian terdengar suara laki-laki mengucap salam,
"Assalamualaikum... Assalamualaikum... Bu Sarah... Bu Sarah... Mingguan Bu,"
Mendengarnya Mas Danu gantian mendelik ke arah Sarah, isterinya, yang kini tampak gugup,
"Hutang lagi? Berapa lagi yang aku tidak tahu?!"
Kesal Mas Danu pada Sarah,
"Assalamualaikum... Assalamualaikum... Bu Sarah, mingguan..."
Suara itu terdengar lagi, memaksa Mas Danu akhirnya yang keluar rumah dan menemui laki-laki itu,
"Oh, Pak... hehehe..."
Laki-laki muda dengan tas dan buku batik di tangan itu nyengir kuda tatkala Mas Danu keluar dari rumah menemuinya,
"Ngg... Ini Pak, tagihan mingguan Bu Sarah,"
Kata si laki-laki muda,
Tampak Mas Danu meraih buku batik dari tangan laki-laki muda itu, dibacanya tulisan ceker ayam laki-laki muda tersebut,
"Tiga juta? Dua minggu lalu?"
Tanya Mas Danu sambil kemudian memandang laki-laki muda di depannya,
"Ini pengambilan ke tiga Pak, hehehe..."
Laki-laki muda itu kembali cengar-cengir, ia terlihat jelas takut sebetulnya menghadapi Mas Danu yang penampilannya sangar dengan jambang di wajahnya,
"Gila, benar-benar gila!"
Mas Danu mengembalikan buku batik yang merupakan buku catatan si laki-laki muda pada si empunya, lalu memilih pergi menuju motor lamanya, naik ke atas motor, menstarter motornya lalu pergi meninggalkan pelataran rumah tanpa peduli apa yang akan terjadi di rumahnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
V3
Astaghfirullah Al'adzim ... punya istri yg spt itu pastinya para suami lebih memilih pisah dr pd ttp bertahan ,, yg ada sllu stres mikirin istri yg gada akhlak
2025-01-31
0
Esti Restianti
ya pantes suaminya selingkuh,lah wong istrinya aja kaya gitu.
makannya cari pasangan itu jangan cuma liat dari tampang doang,emang bakal kenyang dengan menikmati tampangnya aja,justru semakin bagus rupanya semakin banyak juga biaya untuk mempertahankan kecantikannya itu,coba kalau sama yg b aja,lah aku aja suka mikir kalau mau beli make up,pake apapun wajah ya gini" aja ga ada bedanya ko wkwk
sukurin aja yg di punya daripada maksain yg ga ada kaaan repot tuh hihi
2023-07-05
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
hadeuh jd istri ko gitu, pantes suaminya ga betah dirumah 🤭
2023-06-13
1