Tempat ternyaman

...Tempat yang nyaman bukan berarti tempat yang mewah dengan segala fasilitas nya, tapi tempat yang nyaman adalah tempat yang mampu memberi kita ketemannya dan kedamaian, merasa dibutuhkan dan di kasihi....

...🌺🌺🌺...

Mnhh aku memilih kabur, kemana lagi kalau bukan tempat favoritku.

Aku bahkan mengajak adikku juga ke sini, dua adik perempuanku, Rara dan Riri.

"Maaf ya paman sudah merepotkan paman." ucapku sungkan. Seharusnya aku menerima bungkusan itu pada adikku di rumah, tapi malah aku bawa kembali membawa serta kedua adikku.

"Ya nggak pa pa, justru paman yang senang, kamu mau bawa adik-adik kamu ke sini. Dulu padahal paman sama bibi sudah minta sama ibu kamu buat merawat mereka, eh ibukmu ngeyel, katanya bisa-bisa."

Aku cuma tersenyum dengan keluhan paman Hari. Sejak ibuku mengandung Rara dan Riri memang paman dan bibi berniat mengadopsi mereka saat lahir, tapi ibuku bersikeras untuk merawatnya sendiri dan itu pun juga atas bujukanku.

Meskipun mereka berdua orang baik, tetap saja melihat adik-adik yang lucu di rawat oleh orang lain rasanya tidak terima. Ya, walaupun kalian pasti juga tahu bagaimana kesalnya saat harus direpotkan oleh mereka.

Aku sudah memakai clemek berwarna merah hati, kedai bakso ini memang kecil tapi sangat bersih, tidak heran begitu banyak pelanggan yang selalu datang kembali.

Dari pada di rumah melihat iblis itu, aku memilih memberi tenaga gratisan pada paman Hari dan bibi Nur.

Bukan pekerjaan yang berat sih, aku hanya membantu mengelap meja atau mencuci mangkuk kotor. Sesekali aku juga melayani pelanggan saat paman dan bibi tengah repot.

"Riri kalau habis makan, mangkuk kotornya langsung di bawa ke tempat cuci!" ucapku melihat adikku yang membiarkan begitu saja mangkuknya yang sudah kosong di atas meja.

"Iya kak," jawab pasrah Riri. Sepertinya dia takut sih denganku, bukan takut karena aku galak tapi mungkin takut kalau aku tinggal sendiri.

"Rara juga," ucapku lagi sambil menoleh pada adikku yang satunya lagi.

"Iya kakak," beda dengan Riri, Rara anaknya sedikit pembangkang versiku sih.

Bi Nur terlihat sedang sibuk membuat adonan bakso, walaupun masih ada bakso yang sudah jadi, disela waktu senggang dan tidak ada pembeli seperti ini, bi Nur selalu menyempatkan diri untuk membuat bakso untuk stok esok hari atau jaga-jaga jika ada yang beli pentolnya saja, bibi juga menjual petol kiloan.

Biasanya di musim lebaran atau tahun baru, paman dan bibi merekrut karyawan dadakan untuk membantunya membuat pentol yang di jual kiloan, karena saat itu mereka banjir orderan.

Sedikit melirik ke tempat cucian, ternyata penuh dengan mangkuk kotor, apa boleh buat. Dari pada hanya duduk dan menunggu Riri dan Rara bermain, demi kenyamana bersama aku harus cuci piring, aku tidak mungkin meminta duo kurcaci itu untuk mencuci sendiri mangkuknya.

Tempat cuci mangkuk dan gelas tidak terlalu besar jadi aku harus sedikit hati-hati,

Melihat aku sudah bersiap di depan cuci piring, bibi berkomentar.

"Nggak perlu di cuci Na, biarin aja. Lagian juga belum ada pelanggan yang datang. Istirahat aja."

"Nggak pa pa kok, bi. Sekalian olah raga."

Olah raga batin maksudnya, mau nggak bantu nggak enak, mau ba tu males, serba salah ....

Dan aku harus cari amannya, itung-itung biar dapat bakso gratis. Lagi pula paman dan bibi kerap memberiku dan dua adikku uang saku.

Hari ini seperti nya pekerjaan paman dan bibi sedikit senggang karena hari ini di note yang tertempel di depan coolcase tidak ada pesanan.

Tanganku sudah mulai cekatan me*emas spon cuci piring agar keluar busa, beberapa manguk dan sendok kotor yang sudah tertumpuk begitu tinggi siap untuk aku eksekusi. Sepertinya pagi tadi banyak pelanggan yang datang.

Baru memulai berkutat dengan busa spon, terdengar dari dalam, ada seorang pelanggan masuk, dia menyapa duo kembarku.

"Hai cantik-cantik, apa paman dan bibi ada?" tanyanya dan suara itu sedikit mengingatkan aku pada seseorang.

Ah mungkin salah dengar ....

"Biar Rara panggilkan ya, paman," aku tahu pasti Rara yang menjawabnya lebih dulu. Riri lebih pendiam, dia jarang bicara tapi prestasi akademisnya lebih bagus ketimbang Rara.

Terdengar suara langkah kaki Rara yang masuk ke dalam tempat produksi, Rara berlari.

Aku pun kembali memilih untuk bermain busa, maksudnya mencuci mangkuk kotor.

Rara kembali diikuti dengan bibi, aku baru ingat jika paman sedang keluar sebentar setelah berbicara denganku tadi.

"Ya Allah, Ardi. Bagaimana kabarnya?" rasa bibi Nur, terdengar dari suaranya bibi Nur begitu bahagia kedatangan tamunya.

Ardi? Apa itu Ardi yang sama?

Entah kenapa aku jadi kepikiran sama guru BK baruku.

"Alhamdulillah, Ardi baik bi. Paman di mana?"

"Sedang keluar sebentar tadi. Duduk duduk."

Setelah itu aku tidak lagi mendengarkan percakapan mereka, aku memilih fokus dengan pekerjaanku dan aku lihat Rara dan Riri juga sudah pergi ke halaman samping untuk bermain masak-masak dengan daun-daunan.

Entahlah apa istimewanya daun-daunan dan tanah hingga semua anak kecil suka.

Upssss ....

Enggak deh ya, sekarang sudah jarang aku lihat anak kecil yang bermain seperti itu, mereka lebih suka bermain gadget.

Memang Rara dan Riri nggak suka?

Suka, suka banget malah. Tapi sayangnya hp ibu cuma bisa buat kerja dan jelas nggak boleh di pegang duo bocil kalau nggak pas toko sudah tutup. Pas toko tutup, mereka sudah tidur nyenyak.

Kalau punyaku? Boleh kok di pegang tapi tunggu sampai negri Konoha datang menyerang. Nggak bakalan aku kasih pinjem.

Bersambung

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga yang banyak biar tambah semangat nulisnya

Follow akun Ig aku ya

Ig @tri.ani5249

...Happy Reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Pujiastuti

Pujiastuti

emosian aja kamu Na, walaupun banyak membatinya 😁😁😁😁

2023-06-07

0

sitimusthoharoh

sitimusthoharoh

calon jodoh tu zan nyamperin kamu
lanjut

2023-06-07

0

lihat semua
Episodes
1 Citra Laila zanna
2 Hukuman yang tak biasa
3 Roni kakakku
4 Tempat ternyaman
5 Pujian yang menipu
6 Kesedihan apa?
7 Tiba-tiba datang lamaran
8 Pantaskah Aku?
9 Aku terbiasa sendiri
10 Kenapa datang lagi?
11 Dia datang lagi
12 Belum mahram
13 Kenapa jadi kesepakatan?
14 Buat calon istriku!
15 SPP ku lunas
16 Begitu berartinya pak Ardi
17 Ayam goreng spesial
18 Aku tidak sholat!
19 Calon istrinya
20 Kenapa ramai?
21 Benarkah terjadi pernikahan?
22 Akhirnya sah
23 Bersandarlah padaku
24 Pindah rumah
25 Dia pria yang baik
26 Takut mati
27 Moment yang indah
28 Sepatu baru
29 Menepati janji
30 30. Kamu istimewa
31 31. Ini alasannya
32 32. Luka yang tak terlihat
33 33. Tamu di rumah ibuku
34 34. Nafkah Batin
35 35. Jalan-jalan
36 36.Hadiah istimewa
37 37. ibu mertua
38 38. Takut khilaf
39 39. Pov Author
40 40. cemburu
41 41. Luna yang tidak masuk
42 42. Aku cemburu
43 43. Jantungku mau meledak
44 44. masakan spesial
45 45. Kedatangan Maya
46 46. Nggak marah?
47 47. Tamu tak diundang
48 48. Pengalaman pertama
49 49. Luna sakit?
50 50. Ternyata mereka saudara
51 51. memilih pergi
52 52. Cinta sendiri
53 53. Aku cinta bapak
54 54. Lamaran resmi
55 55. Malam yang menegangkan
56 56. malam pertama
57 57. Kedatangan maya
58 58. Menemui Luna
59 59. Keadaan Luna
60 60. Cinta suami
61 61. POV Zanna
62 62. POV Zanna (End)
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Citra Laila zanna
2
Hukuman yang tak biasa
3
Roni kakakku
4
Tempat ternyaman
5
Pujian yang menipu
6
Kesedihan apa?
7
Tiba-tiba datang lamaran
8
Pantaskah Aku?
9
Aku terbiasa sendiri
10
Kenapa datang lagi?
11
Dia datang lagi
12
Belum mahram
13
Kenapa jadi kesepakatan?
14
Buat calon istriku!
15
SPP ku lunas
16
Begitu berartinya pak Ardi
17
Ayam goreng spesial
18
Aku tidak sholat!
19
Calon istrinya
20
Kenapa ramai?
21
Benarkah terjadi pernikahan?
22
Akhirnya sah
23
Bersandarlah padaku
24
Pindah rumah
25
Dia pria yang baik
26
Takut mati
27
Moment yang indah
28
Sepatu baru
29
Menepati janji
30
30. Kamu istimewa
31
31. Ini alasannya
32
32. Luka yang tak terlihat
33
33. Tamu di rumah ibuku
34
34. Nafkah Batin
35
35. Jalan-jalan
36
36.Hadiah istimewa
37
37. ibu mertua
38
38. Takut khilaf
39
39. Pov Author
40
40. cemburu
41
41. Luna yang tidak masuk
42
42. Aku cemburu
43
43. Jantungku mau meledak
44
44. masakan spesial
45
45. Kedatangan Maya
46
46. Nggak marah?
47
47. Tamu tak diundang
48
48. Pengalaman pertama
49
49. Luna sakit?
50
50. Ternyata mereka saudara
51
51. memilih pergi
52
52. Cinta sendiri
53
53. Aku cinta bapak
54
54. Lamaran resmi
55
55. Malam yang menegangkan
56
56. malam pertama
57
57. Kedatangan maya
58
58. Menemui Luna
59
59. Keadaan Luna
60
60. Cinta suami
61
61. POV Zanna
62
62. POV Zanna (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!