Hukuman yang tak biasa

Tebak di mana aku sekarang? Aku sedang berada di sebuah tempat yang penuh dengan sampah, tapi bukan tempat sampah.

Apa itu?

Aku sekarang berada di belakang kerpusatkaan, tempat sampah buku-buku yang sudah tidak layak terpakai lagi.

Dan apa tugasku sekarang?

Aku harus merakitnya satu-satu, menggabungkan lembaran-lembaran yang sudah tidak tahu ujung dan pangkalnya.

"Aku punya dua pilihan hukuman untukmu!" ucap pak Ardi.

Aku seharusnya bisa bernafas lega, setidaknya aku tidak perlu memasangkan lembar demi lembar untuk menjadi buku lagi kan?

Mungkinkah seperti itu?

"Saya pilih hukuman yang ke dua, pak!" sahutku dengan cepat.

"Kamu yakin_," pak Ardi menengok ke arah baju ku, melihat tag nama di baju sebelah kiri ku, "Citra Laila Zanna?"

"Ya,"

"Baiklah! Ayo ikut saya!"

Hehhhhh ....

Aku bernafas lega, benarkah nafasku bisa selega itu.

Tidakkkkk ....

Aku memang tidak harus berkecimpung dengan kertas-kertas lusuh dan lem, tapi kali ini aku harus berkecimpung dengan jurnal besar dan rak-rak buku yang menjulang tinggi.

Tebal dimana aku?

Aku berada di tempat orang-orang pintar sedang berkumpul dan seharusnya aku bukan bagian dari mereka, kalau aku bagian dari mereka tidak mungkin aku menjadi langganan remidi setiap kali ulangan.

Ya benar, aku berada di perpustakaan sekolah. Dan sama, aku harus berkutat dengan buku-buku menyebalkan ini. Jika saja boleh sekolah tidak membawa buku, aku adalah orang yang paling bersemangat pergi ke sekolah.

Mataku rasanya seperti berisi tulisan dengan berbagai bentuk dan kata. Ada beberapa warna, judul dan tebal, lalu aku harus memulainya dari mana?

Sedih banget kan aku?

Pengen banget berteriak, dan pria yang sudah menjadi guru BK baruku itu dengan kaca matanya terus mengawasi pekerjaanku, dia seolah menggantikan tugas petugas perpustakaan. Ingin rasanya mencakar wajahnya yang serius itu. Tanganku rasanya sudah sangat kebas, sudah berpuluh buku yang aku ambil dan aku kembalikan lagi ke rak yang berbeda.

Haus banget .....

Aku hanya bisa mengusap tenggorokanku yang begitu kering, dia benar-benar tidak peka.

Aku jadi teringat jika hari ini aku bahkan lupa meminta uang saku.

Sial

Aku hanya bisa mengumpat sepanjang merapikan buku-buku itu, memepatkan buku pada tempatnya yang bahkan tadi tidak Serapi ini.

Hehhh aku merasa berjasa ....

Melihat buku yang sudah mulai rapi, terbesit rasa bangga dalam benakku.

Tapi teringat lagi, tenggorokanku kering, jangankan untuk beli sebotol air mineral, untuk membeli sebuah permen saja aku nggak punya uang.

Bodoh ...., bodoh ...., bodoh ....

Tau begini aku nggak marah tadi sama ibu.

"Haus ya?" pertanyaan itu seperti oase di gurun pasir. Senyumku langsung mengembang saat melihat sebotol air di depan mataku,

"Minumlah!" Pak guru Bk yang aku ketahui namanya Arditama Ramadhan itu menyodorkan satu botol air mineral dingin kepadaku.

"Serius pak?" tanyaku ragu.

"Ayo, ambilah! Aku akan memberikannya gratis." pintanya lagi.

Aku pun langsung mengambilnya dan hendak membuka segel botol tapi ternyata sudah di buka, sepertinya pak Ardi menyadari keraguanku.

"Saya sengaja membukakannya untukmu, jangan berpikir macam-macam. Lihat tanganmu, kotor!" benar saja, aku baru menyadari kalau tanganku ternyata penuh dengan debu.

"Baiklah!"

Aku begitu lega saat meneguk air mineral dalam botol itu, rasanya aku seperti sudah satu Minggu tidak minun, setelah tinggal setengah aku meletakkan kembali botol itu di atas meja yang tidak jauh dari tempatku, aku sengaja duduk untuk beristirahat sejenak, tapi baru saja satu menit duduk pak Ardi kembali lagi,

"Kalau mau cepat selesai, jangan kebanyakan istirahat. Jika kamu masih terlambat lagi besok, saya akan membuat hukuman yang lebih dari ini!"

Ya ampun ...., baru juga bernafas, sudah dipotong lagi nafasku. Engap kan.

Ucapan pak Ardi membuatku terdiam kesal, aku terlalu kesal untuk menjawabnya. Tapi saat mendongakkan kepalaku, mata itu tengah menatap ke arahku dan membuat sesuatu yang aneh berdesis di dalam dada.

Sebelumnya aku belum Aku pernah menatap seorang pria manapun sedekat ini kecuali ayah dan kakakku,

"Yakin sekali pak kalau besok saya akan terlambat!?" dengan cepat aku mengalihkan tatapanku dan memilih berdiri meninggalkan pak Ardi.

"Baiklah, terserah kamu saja, lanjutkan pekerjaanmu!" ucap pak Ardi membuatku cukup lega. Itu tandanya dia sudah meninggalkanku.

Baru saja beberapa menit kembali melakukan hukumanku,

Tettttttt tetttttt tettttttt

Suara bel masuk berbunyi, itu bel masuk setelah istirahat kedua. Jadi intinya hari ini aku sudah melewatkan sekitar empat mata pelajaran.

Tidak buruk sih ....

Pak Ardi kembali menghampiriku, aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi saat menyadari bahwa suasana di perpustakaan sudah sangat sepi ketenangan ku tiba-tiba hilang.

Entah kenapa sekarang bulu kudukku semakin merinding, berdua saja dengan pak Ardi di perpustakaan jadi membayangkan beberapa berita yang menimpa siswi-siswi yang dilecehkan oleh oknum guru.

"Stop!" teriakku.

Pak Ardi segera menghentikan langkahnya tepat satu meter di depanku,

"Ada apa?"

"Pokoknya jangan mendekat, kalau pak Ardi mendekat satu langkah lagi, aku akan memukul bapak." ucapku panik sambil mengambil tongkat kasti yang berada tidak jauh dari tempatku dan menodongkannya pada pak Ardi.

"Saya cuma mau memberitahu jika hukuman kamu sudah selesai!"

"Baiklah, saya mengerti pak!Terimakasih!"

Tidak perlu menunggu jawaban dari pak Ardi, aku segera melepaskan tongkat kasti itu sembarangan dan menyambar tasku, membawanya berlalu pergi dari tempat itu sekelebat masih bisa aku lihat kalau pak Ardi menatapku.

Aku sudah harus kembali ke kelasku, keberadaanku mungkin tidak di sadari oleh anak-anak sekelas ku karena ada atau tidaknya aku tidak berpengaruh juga di dalam kelas. Tempat dudukku adalah di barisan paling depan, bukan karena aku pintar tapi di kelasku, bangku barisan depan adalah bangku menyeramkan.

Mungkin aku bar bar, tapi aku juga pendiam. Atau lebih tepatnya seperti istilah-istilah gaul saat ini, aku di sebut introvert.

Anak IPS ...., Mungkin ini perbedaan anak ips dan anak ipa ...

Jika anak Ipa, bangku depan adalah bangku favorit tapi bagi anak ips bangku depan adalah bangku pesakitan.

Aku duduk di bangku biasanya, aku tidak punya teman karena aku juga tidak ingin berbasa basi Dnegan mereka, aku tidak mengenal satu persatu nama teman sekelas ku, hanya ada beberapa yang aku ingat tapi mereka juga tidak pernah menyapaku bahkan jika ada tugas kelompok bahkan aku hanya seperti bayangan. Sudah syukur namaku masih di masukkan ke dalam kelompok mereka, hal yang paling tidak aku suka adalah tugas kelompok karena saat itu aku harus bekerja dengan mereka, banyak bicara dan lain sebagainya.

Yang introvert sepertiku pasti mengerti, bekerja sendiri bagiku lebih mudah, setidaknya aku tidak perlu pura-pura tersenyum di depan mereka.

"Zanna!"

Tiba-tiba salah satu anak yang duduk di bangku sebelahku memanggil namaku, dia mengenal namaku, luar biasa. Atau aku yang memang keterlaluan hingga namanya saja aku tidak tahu, segitu introvert nya aku.

Begitulah setiap hari, apapun yang terjadi. Aku lebih suka di panggil dari pada memanggil.

"Iya?" tanyaku.

"Kamu tadi di hukum sama guru BK yang baru ya?" tanyanya, ehhh tidak heran jika satu sekolah tahu. Bukan karena aku terkenal, tapi karena setiap pelanggar hari ini namanya di pajang di mading sekolah.

"Iya," jawabku singkat.

"Katanya ganteng banget ya?" tanyanya tampak begitu bersemangat sambil menggeser bangkunya agar lebih dekat ke arahku. Dan bisa di tebak, aku tidak nyaman.

"Emmm, nggak juga," ya memang menurutku biasa, atau aku tidak tahu batas ganteng itu dari apanya.

"Ihhhh, ganteng tahu." dia tidak terima aku mengatakan kalau guru BK tidak ganteng, "Tanya dong gimana caranya di hukum?"

Apa aku harus memberi jawaban yang sesuai atau nggak? ada-ada aja, memang dia mau di hukum sepertiku?

"Sebenarnya tadi aku terlambat!"

"Oh jadi cuma terlambat ya!" dia menganguk-anggukkan kepalanya seperti tengah memikirkan sesuatu.

Dari pada terus menanggapinya, aku memilih kembali menatap di depan,

Tidak ada suara lagi, sepertinya dia tidak ada lagi yang ingin di bicarakan,

Ada-ada aja ...

Seorang guru masuk dengan membawa setumpuk buku, aku bahkan lupa kalau buku tugasku memang di kumpulnya. Tas ku tidak ada banyak buku, hanya ada buku catatan dan buku tugas, saat teman-temanku punya banyak buku pegangan, aku hanya mengandalkan catatan dari guru di papan tulis dan menyalinnya di buku catatan. Saat ada pr, aku sering tidak mengerjakan karena saya tidak punya buku pegangan kecuali PR itu di tulis di papan tulis. Tahu kan kenapa? Ibuku selalu mengutamakan adikku ketimbang kepentingan sekolahku.

Ibu memintaku meminjam buku kakak kelasku, hah mana bisa, siapa? Aku nggak kenal siapa saja kakak kelasku.

Satu jam berlalu, dan bel pulang berbunyi. Aku selalu kebagihan keluar paling akhir. Bukan karena aku anak rajin atau bukuku terlalu banyak yang harus di masukkan ke dalam tas, tapi aku paling malas berdesakan dengan mereka.

Setelah memastikan semuanya keluar, barulah aku berdiri dari bangkuku dan berjalan keluar,

"Zanna,"

Tapi panggilan itu berhasil menghentikan langkahku,

aku menoleh ke belakang, Bu guru memanggilku.

"Iya Bu?"

"Ibu mendapat laporan dari pihak administrasi, katanya kamu sudah tiga bulan ini belum bayar SPP ya?"

Aku tersenyum, jelas aku tidak perlu pura-pura lupa atau aku lupa meminta pada orang tua,

"Iya Bu!"

"Apa ada masalah?"

"Nggak sih Bu, nanti kalau sudah ada pasti saya bayar Bu."

"Tapi ini orang tuamu yang belum memberikannya padamu, bukan_?"

Aku tahu apa kelanjutannya, bukan kamu habiskan kan? Pasti begitu.

"Bukan Bu, ayah saya masih diluar kota Bu, nanti kalau sudah pulang pasti di bayar Bu."

"Kalau bisa sebelum ujian semester dimulai ya."

"Iya Bu."

Bersambung

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya

Follow akun Ig aku ya

Ig @tri.ani5249

...Happy Reading 🥰🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

KERPUSATKAAN?? PERPUSTAKAAN maksud nya? 🤔🤔

2025-02-09

0

Nda DhaThoel

Nda DhaThoel

semangat Zanna, namanya mirip kaya nama aku kak Tri, bedanya aku pakai huruf J 🤭

2023-06-24

0

sitimusthoharoh

sitimusthoharoh

karna guru barune ganteng temene zanna pengen juga dapet hukuman kikikikkkiki
lanjut

2023-06-07

1

lihat semua
Episodes
1 Citra Laila zanna
2 Hukuman yang tak biasa
3 Roni kakakku
4 Tempat ternyaman
5 Pujian yang menipu
6 Kesedihan apa?
7 Tiba-tiba datang lamaran
8 Pantaskah Aku?
9 Aku terbiasa sendiri
10 Kenapa datang lagi?
11 Dia datang lagi
12 Belum mahram
13 Kenapa jadi kesepakatan?
14 Buat calon istriku!
15 SPP ku lunas
16 Begitu berartinya pak Ardi
17 Ayam goreng spesial
18 Aku tidak sholat!
19 Calon istrinya
20 Kenapa ramai?
21 Benarkah terjadi pernikahan?
22 Akhirnya sah
23 Bersandarlah padaku
24 Pindah rumah
25 Dia pria yang baik
26 Takut mati
27 Moment yang indah
28 Sepatu baru
29 Menepati janji
30 30. Kamu istimewa
31 31. Ini alasannya
32 32. Luka yang tak terlihat
33 33. Tamu di rumah ibuku
34 34. Nafkah Batin
35 35. Jalan-jalan
36 36.Hadiah istimewa
37 37. ibu mertua
38 38. Takut khilaf
39 39. Pov Author
40 40. cemburu
41 41. Luna yang tidak masuk
42 42. Aku cemburu
43 43. Jantungku mau meledak
44 44. masakan spesial
45 45. Kedatangan Maya
46 46. Nggak marah?
47 47. Tamu tak diundang
48 48. Pengalaman pertama
49 49. Luna sakit?
50 50. Ternyata mereka saudara
51 51. memilih pergi
52 52. Cinta sendiri
53 53. Aku cinta bapak
54 54. Lamaran resmi
55 55. Malam yang menegangkan
56 56. malam pertama
57 57. Kedatangan maya
58 58. Menemui Luna
59 59. Keadaan Luna
60 60. Cinta suami
61 61. POV Zanna
62 62. POV Zanna (End)
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Citra Laila zanna
2
Hukuman yang tak biasa
3
Roni kakakku
4
Tempat ternyaman
5
Pujian yang menipu
6
Kesedihan apa?
7
Tiba-tiba datang lamaran
8
Pantaskah Aku?
9
Aku terbiasa sendiri
10
Kenapa datang lagi?
11
Dia datang lagi
12
Belum mahram
13
Kenapa jadi kesepakatan?
14
Buat calon istriku!
15
SPP ku lunas
16
Begitu berartinya pak Ardi
17
Ayam goreng spesial
18
Aku tidak sholat!
19
Calon istrinya
20
Kenapa ramai?
21
Benarkah terjadi pernikahan?
22
Akhirnya sah
23
Bersandarlah padaku
24
Pindah rumah
25
Dia pria yang baik
26
Takut mati
27
Moment yang indah
28
Sepatu baru
29
Menepati janji
30
30. Kamu istimewa
31
31. Ini alasannya
32
32. Luka yang tak terlihat
33
33. Tamu di rumah ibuku
34
34. Nafkah Batin
35
35. Jalan-jalan
36
36.Hadiah istimewa
37
37. ibu mertua
38
38. Takut khilaf
39
39. Pov Author
40
40. cemburu
41
41. Luna yang tidak masuk
42
42. Aku cemburu
43
43. Jantungku mau meledak
44
44. masakan spesial
45
45. Kedatangan Maya
46
46. Nggak marah?
47
47. Tamu tak diundang
48
48. Pengalaman pertama
49
49. Luna sakit?
50
50. Ternyata mereka saudara
51
51. memilih pergi
52
52. Cinta sendiri
53
53. Aku cinta bapak
54
54. Lamaran resmi
55
55. Malam yang menegangkan
56
56. malam pertama
57
57. Kedatangan maya
58
58. Menemui Luna
59
59. Keadaan Luna
60
60. Cinta suami
61
61. POV Zanna
62
62. POV Zanna (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!