Sistem Pulau Pribadi Di Dunia Lain
Panas yang terik dengan suara hempasan ombak yang menggoyangkan perahu, di situ aku duduk melihat laut sembari melirik pancing yang tak kunjung disentuh ikan. Seharusnya bukan hanya aku sendiri yang ada di perahu ini, harusnya ada empat orang lagi, tapi tiba-tiba mereka harus punya urusan masing-masing. Padahal kita sudah menjanjikan liburan ini sejak beberapa minggu yang lalu bahkan sudah membayar penuh untuk menyewa perahu motor ini, penyewanya juga tidak terima refund. Haahh … nasib jadi bujangan.
Yah untungnya biaya sewa dibayar di muka jadi aku tidak perlu menanggung semua biaya sewa perahunya. Untungnya lagi aku pernah bekerja sebagai nelayan jadi bawa perahu sendiri tidak masalah. Ya! Lebih baik tetap berpikir positif saja biar bisa menikmati liburan ini.
Namaku Jaya Saputra, 27 tahun, saat ini aku bekerja sebagai customer service representative di salah satu perusahaan e-commerce Indonesia. Mungkin pikiran pertama yang muncul tentang bekerja di call center itu pasti akan ‘menguras emosi’. Ya! Memang benar! Tapi tidak selalu seperti itu, terkadang ada juga rasa senang saat berhasil membantu pelanggan menyelesaikan masalahnya.
Meski sering dihujani emosi pelanggan, aku sudah bekerja lebih dari satu tahun disini. Hal terpenting yang membuat aku betah di perusahaan ini adalah karena aku tidak perlu ke kantor untuk bekerja, bisa dari rumah. Sebelumnya aku seperti kutu loncat pindah kerja sana-sini. Beruntung sekali masih bisa diterima di perusahaan ini.
Toooottt!! ... Toooottt!! Mungkin terlalu bosan karena tak kunjung dapat ikan, tanpa disadari aku ternyata tertidur dan dibangunkan oleh suara nyaring yang menyakiti telinga. Selagi membangunkan diri terlihat seluruh perahu dan air di sekitarnya gelap seperti berada di bawah bayangan benda yang besar. Tiba-tiba perasaan khawatir muncul dan saat menoleh kebelakang ternyata kekhawatiran itu benar.
Di belakang ada kapal besar yang tingginya lebih dari bangunan lima lantai yang akan menabrak perahu ini. Kok bisa? Seharusnya tempat ini tidak dilalui kapal sebesar ini, apa karena terlalu lama tertidur sampai perahu ini terbawa ke laut lepas? Mereka harusnya bisa melihat perahu ini juga meskipun perahunya kecil.
Buk! Kutampar kedua pipiku agar cepat tersadar dari rasa linglung karena baru terbangun, bergegas membangunkan diri dan meloncat dari perahu. Namun sepertinya sudah terlambat, saat hendak meloncat, perahu sudah ditabrak dan hal yang teringat adalah terpental dari perahu kemudian tergulung air laut.
Saat tersadar dan membuka mata aku tengkurap di pinggir pantai dan yang terlihat ialah pasir putih yang halusnya seperti susu vanila bubuk dan sebagiannya masuk di mulut, Puih! Mungkin kalau rasanya seperti susu DanKau sudah kukunyah. Hal tersebut membuatku bertanya apakah aku pingsan terus terbawa arus jauh sampai ke pulau pasir putih yang ada di utara Indonesia?
Hmm ... sepertinya tempat ini jauh lebih besar. Lagian butuh pingsan berapa minggu biar bisa terbawa arus sejauh itu. Kapal yang tabrak perahuku juga tidak bertanggung jawab, kok tidak ditolong? Memangnya tabrak perahu tidak terasa apa!? Yah, yang terpenting saat ini aku masih hidup.
Di sekitarku ada banyak pohon kelapa yang berjejer dan melihat ke arah dalam ada berbagai banyak pohon yang tidak aku ketahui. Saat berdiri dan melihat sekitaran, aku merasa ada yang ganjil, warna kulitku jadi lebih gelap. Kok sekarang sudah jadi sawo matang, sebelumnya masih agak undercook. Hahh ... timbul lagi pertanyaan, berapa minggu aku pingsan sampai bisa matang begini?
Saat sedang heran dengan warna kulitku yang berubah, pandangan mataku terhalang dengan rambut hitam yang panjang. Ku pegang dan tarik sedikit rambut tersebut ternyata itu adalah rambutku. Yah, seperti sebelumnya, timbul lagi pertanyaan, tapi sekarang sedikit berbeda, berapa bulan aku pingsan sampai bisa gondrong begini!?
“Waahh!” aku terkejut, aku hanya memakai kolor saja. Warna sama modelnya juga bukan bagian dari koleksi kolor-kolor premiumku buat dipakai jalan-jalan. Bahannya pun aneh, serasa pakai karung goni. Apa ada orang baik yang menolongku terus memakaikanku kolor karena aku hanya memakai pakaianku saat baru lahir? “Terima kasih orang baik,” ucapku dengan sopan sambil menempelkan telapak tangan dan sedikit membungkuk. Semoga dilihat atau dirasakan orang baik itu entah di mana pun dia berada saat ini.
Tunggu dulu, “Aaaa, beee, ceee, … tes, tes, satu dua, tes!” Suaraku juga berubah, kok rasanya kurang dalam, seperti masih muda. Wah, timbul lagi pertanyaan, Bah! Kalau soal ini pertanyaan sebelumnya nggak mempan. Mana ada pingsan beberapa minggu terus suara jadi lebih muda? Yang ada malah parau!
Dengan semua hal-hal ganjil yang kurasakan, terbesit suatu ide di pikiranku. Ahh … apakah ini sungguh terjadi, bergegas aku ke pantai mengambil air dengan tangan untuk melihat pantulanku. Ternyata sulit, sebelum airnya terdiam sudah keburu bocor dari tangan. Melihat sekitaran ada beberapa potongan kayu dan ada potongan yang melengkung. Setelah mengambil air dan menunggu air tersebut tenang di potongan kayu itu akhirnya muncul pantulan.
Kulihat apa yang terpantul di situ dan ternyata benar, wajah ini bukan wajahku yang seharusnya. Mana jenggot sama kumis yang tidak terurus milikku sebelumnya? Sekarang wajahku terlihat seperti anak remaja! Hmmm ... mungkin lebih tepatnya wajah ini agak mirip seperti wajahku waktu masih remaja. Saat itu pula ingatan saat aku baru masuk ke tubuh ini pun seperti baru tercurahkan di dalam pikiranku.
Setelah tergulung air laut yang ada hanyalah kegelapan dan semua indera serasa tak berfungsi. Aku mencoba bergerak tapi tidak ada respon apa pun, rasanya seperti perintah dari otakku untuk menggerakan otot tangan atau kaki itu tidak bisa diproses, aku seperti bola kecil dalam ruang hampa yang hanya akan bergerak jika ada dorongan dari luar. Kucoba berteriak tapi hanya rasa yang sama seperti yang sebelumnya muncul, perintahnya seperti tidak bisa dijalankan.
Banyak hal yang kupikirkan setelah itu, apakah seperti ini rasanya kematian? Kenapa kesadaranku masih ada? Ataukah aku dalam perjalanan ke surga? Atau mungkin neraka? Aku pun teringat kedua orang tuaku yang sudah meninggal saat aku SMA. Ahh … betapa bahagianya kalau aku bisa pergi ketempat di mana kedua orang tuaku berada. Sudah lebih dari 9 tahun aku tidak bertemu mereka. Kalau akan segera bertemu banyak yang ingin kuceritakan.
Aku sudah hidup sendiri sejak SMA, kakek-nenekku juga sudah meninggal sebelum aku lahir, setidaknya di bumi sudah tidak ada lagi keluarga yang akan sedih terhadap kepergianku. Mungkin teman-temanku akan sedih tapi kuyakin mereka pasti bisa move on.
Selagi mengingat kenangan terdahulu, tiba-tiba diri ini serasa ditarik oleh sesuatu. Aku yang saat itu seharusnya tidak bisa merasakan apapun tiba-tiba bisa merasa. Tarikannya sangat kuat. Yah, sepertinya ini sudah giliranku untuk diadili oleh Yang Maha Esa untuk pergi ke surga atau neraka.
Aku sudah tidak tahu lagi berapa lama aku ditarik, saking lamanya pernah beberapa kali aku mencoba bertahan dari tarikan ini, tapi seperti tak ada gunanya. Tarikan ini sudah seperti bertahun-tahun lamanya. Apakah ini pertanda awal neraka? Dan ini siksaan awalnya?
Saat sedang memikirkan kapan rasa tarikan ini akan berakhir, tiba-tiba aku bisa merasakan cahaya diiringi raungan keras dari binatang buas. Saat itu aku yang sebelumnya serasa berupa bola merasa kalau aku sudah kembali ke wujud manusia. Kubukalah mata, tapi yang pertama kali terlihat hanyalah cahaya putih yang menyilaukan.
Setelah beberapa kali berkedip akhirnya cahaya tersebut bisa diproses dan hal yang paling menonjol yang kulihat ialah binatang menyerupai kadal yang besarnya melebihi pesawat terbang. Binatang itu wujudnya mirip komodo, tapi dia memiliki tanduk melengkung seperti yang ada pada domba jantan dan memiliki sisik berwarna coklat tua seperti batu yang ada di padang gersang.
Takjub melihat makhluk sebesar itu untuk pertama kalinya, yang terpikirkan ialah makhluk ini mirip seperti naga tanah dalam cerita fantasi dan naga itu hanya sekitaran 30 meter di depanku.
Namun, ada hal yang ganjil saat ini sampai aku bertanya ke diriku sendiri, ‘kenapa naga dengan sisik seperti tanah?’ Karena saat membuka mata, selain naga di depanku, yang ada di sekitarku hanyalah laut dan potongan-potongan kapal tanpa ada setitik pun daratan di cakrawala.
*GWOAAARRR!!* Naga itu meraung kembali membuat aku berfokus padanya. Dia saat ini sedang berdiri di atas bangkai kapal dengan posisi agak sedikit menggulung tubuhnya seperti sedang bertahan sambil menghadapku dengan taringnya yang keluar dan pupil matanya yang lurus tajam seakan-akan tatapan itu memendam dendam yang dalam terhadapku.
Heran akan hal itu, kulihat tubuhku sendiri, ternyata saat itu aku sedang melayang. Pantas saja tatapanku serasa sejajar dengan naga yang besar itu.
Tak lama kemudian keluar cahaya putih keemasan dari tubuhku, lama-kelamaan cahaya itu semakin meluas sampai-sampai aku tidak bisa melihat naga itu lagi dan hanya ada cahaya itu di seluruh pandanganku.
Semakin lama cahaya itu keluar, semakin terasa lelah aku karenanya. Sampai saat cahaya itu memudar aku sudah tidak bisa lagi membuka mata dan perlahan aku terbenam ke laut. Saat aku mulai merasa kehilangan kesadaranku, sesuatu serasa tertulis di otakku.
[Proses penyatuan selesai]
[Mengatur ulang level]
[Level 1]
[Mendapatkan skill Sihir Spasial….]
[Naga Tanah Tua Legendaris(███) telah dikalahkan]
[Mendapatkan skill Sihir Tanah….]
[Naik Level!]
[Naik Level!]
…
Setelah itu aku merasa tubuhku ditaruh di atas pasir yang lembut sebelum benar-benar kehilangan kesadaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Whats Shapt
anjim ni bahasa facbook bukn bahasa novel
2023-08-30
1
Souma Kazuya
Eh? gimana dikalahkannya? wkwkwk, good job thor buat org penasaran tuk baca chapter selanjutnya 🤭
2023-07-31
0
Souma Kazuya
malaysia dong 🤭
2023-07-31
0