Setelah selesai makan, masih duduk menghadap api unggun aku tidak tahu apa lagi yang harus kulakukan. Jika di bumi malam-malam begini ada banyak hal yang bisa dikerjakan entah nonton, ngebolang, atau ngegame. Kalau situasinya mirip seperti ini kayak lagi berkemah yang bikin seru itu kita bisa cerita-cerita sama orang lain. Sekarang aku sadar keberadaan orang lain ternyata penting. Pas mereka ada aku cuma anggap biasa saja.
“…”
“…”
“♪Tolonglah aku~~ dari kehampaan ini~~”
“…”
“Parah! Yang keingat malah lagu galau. Ganti suasana, ganti suasana” kuucapkan sambil geleng-geleng kepala. Hmmm…
*ehem!*
“♪Nenek moyangku seorang pelaut~ gemar mengarung luas samudra~ menerjang ombak~ tiada takut~ menempuh badai~ sudah biasa~”
“Nah sekarang lebih baik” kuucapkan kemudian mengangguk dan mengangkat sedikit bibir bawah.
“Aha!” tentang nenek moyang, sejak dulu orang-orang Indonesia sudah jago melaut. Katanya mereka bisa menentukan dimana posisi mereka atau menentukan tujuan mereka hanya dengan melihat bintang. Lebih baik sekarang aku pergi menghafal rasi bintang.
Aku berdiri dari tempat api unggun dan berjalan ke arah pantai. Tiba dipinggir pantai kududuk diatas pasir yang lembut sambil menyilangkan kaki dan melihat ke atas. Cahaya bulan purnama yang berwarna sedikit kekuningan membuatku berpikir kalau aku seperti tidak berada didunia lain. Namun dengan tubuh dan ingatan pemilik tubuh ini, hal itu hanyalah pikiran yang sendu.
Cahaya bulan yang benderang ditambah kilauan bintang yang memenuhi langit dan tiupan angin dari laut yang membawa bau khas laut, hal seperti ini tidak akan bisa dinikmati di pinggiran pantai kotaku yang penuh dengan perahu.
Melihat rasi bintang, aku semakin yakin kalau ini bukan Bumi karena tidak ada rasi bintang yang kuketahui saat melihatnya.
Melihat bintang-bintang sampai rasa kantuk tiba, akhirnya kuputuskan untuk pergi tidur. Berjalan sampai di area bertanah dekat dengan gubuk aku ucapkan mantera sihir untuk menciptakan lima golem. Tujuannya sebagai penjaga saat aku tidur. Setelah itu aku masuk kedalam gubug dan berbaring.
Pagiku dibangunkan dengan suara-suara burung yang berkicau. Senang rasanya bukan dibangunkan oleh suara alarm. Ku mengangkat tubuhku dan beranjak keluar gubuk. Kulihat kelima golem masih berdiri disekitaran dan dari kondisi mereka sepertinya tidak ada yang terjadi semalaman.
Rencanaku hari ini ialah meninjau tempat ini. Oleh karena itu aku menciptakan lima golem tambahan sehingga totalnya saat ini sepuluh golem dan menyuruh mereka berpencar. Dua golem bertugas menyisir pantai diarah timur, duanya lagi menyisir pantai diarah barat, dan enam golem sisanya masuk ke hutan. Dengan begini aku bisa berganti-ganti melihat penglihatan mereka tiap beberapa saat untuk mengetahui area ini tanpa perlu meninggalkan g̶u̶b̶u̶k̶markas ini.
Setelah itu aku melakukan pemanasan tubuh sebelum melakukan aktifitas selanjutnya. Selesai pemanasan aku pergi masuk kehutan untuk menebang pohon. Saat kemarin masuk ke hutan ada pohon ulin yang diameternya sekitar 1.5 meter dan tingginya yang mungkin lima puluh meter. Aku pergi ke tempat pohon tersebut dan setelah tiba di pohon ulin itu ku keluarkan kapak dari inventori kemudian ku ayun dengan kuat ke pohon tersebut.
*wooshh*
Hanya perlu satu kali ayunan untuk menebang pohon itu. Sebelum rubuh ku sentuh pohonnya kemudian kumasukan ke inventori menyisakan tunggul pohon berharap dia masih akan bisa bertumbuh lagi.
Setelah mendapatkan batang pohon ulin, aku berjalan keluar hutan sambil mengecek apa yang sedang dilihat oleh golem-golemku. Sayangnya, tidak ada hal yang menarik yang dilihat mereka saat ini. Berjalan sampai pinggiran pantai, aku mengeluarkan pohon yang tadi ditebang dari inventori dan menaruhnya di atas pasir. Kemudian, aku mulai menggergaji batang pohon tersebut secara vertikal.
Aku mengergajinya sampai mendapatkan lima potongan pohon yang berbentuk bulat. Masing-masing potongan memiliki tebal sekitar lima sentimeter dengan diameter 1.5 meter. Selanjutnya aku mengambil alat pahat dan mulai mengukir bagian dalam potongan bulat itu sehingga bentuknya menyerupai baskom yang berukuran raksasa. Dengan begini, aku akhirnya memiliki wadah tipis yang bisa menampung air laut yang banyak untuk dijadikan garam.
Lalu batang pohon besar yang tersisa itu, aku gergaji lagi sama seperti sebelumnya, hanya saja kali ini panjangnya sekitar sepuluh meter. Dari sepuluh meter batang pohon utuh, aku menggergajinya secara horizontal, sehingga yang awalnya berbentuk lingkaran kini terpisah dua masing-masing menjadi setengah lingkaran.
Salah satu bagian setengah lingkaran batang pohon tersebut kujadikan meja untuk menjadi tempat menjemur air laut di bawah terik matahari supaya menguap dan akhirnya menyisakan butiran-butiran garam. Satu bagiannya lagi akan aku pahat untuk dijadikan perahu.
Setelah selesai mengambil air laut dan menjemurnya, berikutnya aku akan membuat perahu. Ini sebagai sarana pelarian kalau ternyata tempat ini terlalu berbahaya untukku. Tapi sebelum itu aku harus menangkap makanannya dulu.
Ikan-ikan disekitar pantai ini melimpah, aku tinggal lihat kesana, lihat kesini, ada aja kumpulan ikan. Lebih baik sekarang aku tangkap sebanyak-banyaknya supaya tidak perlu loncat-loncat ke air lagi nanti. Lagi pula tidak perlu takut ikannya busuk, kan waktu barang terhenti di dalam inventori.
Setelah puas loncat ke sana-kemari menangkap ikan kemudian memakannya, sekarang aku lihat kondisi golem-golem dulu. Matahari sudah di atas kepala namun selama beberapa jam meninjau tidak ada hal yang menarik yang dilihat golem. Tempat ini seperti pulau kosong. Tidak ada monster atau hewan-hewan besar.
Ya, sepertinya keberuntungan telah datang memelukku, aku berada di pulau aman yang tidak ada monster.
“ha.. haha..”
Seakan jijik karena aku berpikir dipeluki olehnya, ‘keberuntungan’ tersebut seperti menamparku.
Salah satu golem yang masuk ke hutan dan baru saja sampai di puncak bukit menemukan pemandangan yang tidak lazim.
Bukit yang dilihatnya memutari suatu lubang gua yang cukup besar. Dimana kesan pertama saat melihat itu ialah: “Ini pasti pintu masuk dungeon.”
Tapi tidak perlu berpikir seperti itu dulu, monster-monster biasa pergi keluar dungeon pada saat-saat tertentu. Itu berarti disekitar sini seharusnya dipenuhi monster namun sampai saat ini tidak ada satupun monster yang ditemukan.
Lubang gua yang mencurigakan itu akan aku periksa nanti, tak enak juga kalau santai-santai tinggal disini ternyata dilubang itu ada sesuatu yang berbahaya. Aku menyuruh golem itu melanjutkan peninjauannya kemudian memutuskan untuk membuat perahu biar bisa pergi dari sini kapanpun yang ku mau.
Aku berdiri dari api unggun tempatku makan kemudian pergi berjalan ke pinggir pantai. Sampai di potongan pohon yang setengah lingkaran tadi, aku keluarkan alat pahat dan mulai memahat bagian luar dan dalamnya sampai terlihat seperti perahu. Bagian dalamnya juga kupahat agar bisa memasukan tiang layar. Kemudian bagian kanan dan kiri batang pohon yang kini sudah terlihat seperti perahu aku buat beberapa galian di kedua sisi sebagai tempat memasukan batang yang bisa di paku dengan pasak untuk jadi tempat cadik. Dengan begini pahatan perahunya selesai. Sekarang tinggal membuat tiang layar dan cadiknya.
Setelah sore hari, dengan langit yang sudah berwarna oranye. Aku berdiri dengan kedua tangan dipinggang dengan senyuman yang lebar sambil menghadap benda besar yang kukerjakan tidak sampai sehari saja tanpa sadar bergumam
“membuat sesuatu selalu menyenangkan”
Perahu berwarna coklat muda yang panjangnya sekitar sepuluh meter bertiang layar tanja dan cadik akhirnya selesai. Sekarang aku bisa pergi dari tempat ini kapanpun yang kumau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Asdf Texsas
Absennn
2023-07-18
0
Mas Petrok
Kecewa berat
2023-07-14
0
Mas Petrok
Sudah waktunya kah?
2023-07-14
0