Panas yang terik dengan suara hempasan ombak yang menggoyangkan perahu, di situ aku duduk melihat laut sembari melirik pancing yang tak kunjung disentuh ikan. Seharusnya bukan hanya aku sendiri yang ada di perahu ini, harusnya ada empat orang lagi, tapi tiba-tiba mereka harus punya urusan masing-masing. Padahal kita sudah menjanjikan liburan ini sejak beberapa minggu yang lalu bahkan sudah membayar penuh untuk menyewa perahu motor ini, penyewanya juga tidak terima refund. Haahh … nasib jadi bujangan.
Yah untungnya biaya sewa dibayar di muka jadi aku tidak perlu menanggung semua biaya sewa perahunya. Untungnya lagi aku pernah bekerja sebagai nelayan jadi bawa perahu sendiri tidak masalah. Ya! Lebih baik tetap berpikir positif saja biar bisa menikmati liburan ini.
Namaku Jaya Saputra, 27 tahun, saat ini aku bekerja sebagai customer service representative di salah satu perusahaan e-commerce Indonesia. Mungkin pikiran pertama yang muncul tentang bekerja di call center itu pasti akan ‘menguras emosi’. Ya! Memang benar! Tapi tidak selalu seperti itu, terkadang ada juga rasa senang saat berhasil membantu pelanggan menyelesaikan masalahnya.
Meski sering dihujani emosi pelanggan, aku sudah bekerja lebih dari satu tahun disini. Hal terpenting yang membuat aku betah di perusahaan ini adalah karena aku tidak perlu ke kantor untuk bekerja, bisa dari rumah. Sebelumnya aku seperti kutu loncat pindah kerja sana-sini. Beruntung sekali masih bisa diterima di perusahaan ini.
Toooottt!! ... Toooottt!! Mungkin terlalu bosan karena tak kunjung dapat ikan, tanpa disadari aku ternyata tertidur dan dibangunkan oleh suara nyaring yang menyakiti telinga. Selagi membangunkan diri terlihat seluruh perahu dan air di sekitarnya gelap seperti berada di bawah bayangan benda yang besar. Tiba-tiba perasaan khawatir muncul dan saat menoleh kebelakang ternyata kekhawatiran itu benar.
Di belakang ada kapal besar yang tingginya lebih dari bangunan lima lantai yang akan menabrak perahu ini. Kok bisa? Seharusnya tempat ini tidak dilalui kapal sebesar ini, apa karena terlalu lama tertidur sampai perahu ini terbawa ke laut lepas? Mereka harusnya bisa melihat perahu ini juga meskipun perahunya kecil.
Buk! Kutampar kedua pipiku agar cepat tersadar dari rasa linglung karena baru terbangun, bergegas membangunkan diri dan meloncat dari perahu. Namun sepertinya sudah terlambat, saat hendak meloncat, perahu sudah ditabrak dan hal yang teringat adalah terpental dari perahu kemudian tergulung air laut.
Saat tersadar dan membuka mata aku tengkurap di pinggir pantai dan yang terlihat ialah pasir putih yang halusnya seperti susu vanila bubuk dan sebagiannya masuk di mulut, Puih! Mungkin kalau rasanya seperti susu DanKau sudah kukunyah. Hal tersebut membuatku bertanya apakah aku pingsan terus terbawa arus jauh sampai ke pulau pasir putih yang ada di utara Indonesia?
Hmm ... sepertinya tempat ini jauh lebih besar. Lagian butuh pingsan berapa minggu biar bisa terbawa arus sejauh itu. Kapal yang tabrak perahuku juga tidak bertanggung jawab, kok tidak ditolong? Memangnya tabrak perahu tidak terasa apa!? Yah, yang terpenting saat ini aku masih hidup.
Di sekitarku ada banyak pohon kelapa yang berjejer dan melihat ke arah dalam ada berbagai banyak pohon yang tidak aku ketahui. Saat berdiri dan melihat sekitaran, aku merasa ada yang ganjil, warna kulitku jadi lebih gelap. Kok sekarang sudah jadi sawo matang, sebelumnya masih agak undercook. Hahh ... timbul lagi pertanyaan, berapa minggu aku pingsan sampai bisa matang begini?
Saat sedang heran dengan warna kulitku yang berubah, pandangan mataku terhalang dengan rambut hitam yang panjang. Ku pegang dan tarik sedikit rambut tersebut ternyata itu adalah rambutku. Yah, seperti sebelumnya, timbul lagi pertanyaan, tapi sekarang sedikit berbeda, berapa bulan aku pingsan sampai bisa gondrong begini!?
“Waahh!” aku terkejut, aku hanya memakai kolor saja. Warna sama modelnya juga bukan bagian dari koleksi kolor-kolor premiumku buat dipakai jalan-jalan. Bahannya pun aneh, serasa pakai karung goni. Apa ada orang baik yang menolongku terus memakaikanku kolor karena aku hanya memakai pakaianku saat baru lahir? “Terima kasih orang baik,” ucapku dengan sopan sambil menempelkan telapak tangan dan sedikit membungkuk. Semoga dilihat atau dirasakan orang baik itu entah di mana pun dia berada saat ini.
Tunggu dulu, “Aaaa, beee, ceee, … tes, tes, satu dua, tes!” Suaraku juga berubah, kok rasanya kurang dalam, seperti masih muda. Wah, timbul lagi pertanyaan, Bah! Kalau soal ini pertanyaan sebelumnya nggak mempan. Mana ada pingsan beberapa minggu terus suara jadi lebih muda? Yang ada malah parau!
Dengan semua hal-hal ganjil yang kurasakan, terbesit suatu ide di pikiranku. Ahh … apakah ini sungguh terjadi, bergegas aku ke pantai mengambil air dengan tangan untuk melihat pantulanku. Ternyata sulit, sebelum airnya terdiam sudah keburu bocor dari tangan. Melihat sekitaran ada beberapa potongan kayu dan ada potongan yang melengkung. Setelah mengambil air dan menunggu air tersebut tenang di potongan kayu itu akhirnya muncul pantulan.
Kulihat apa yang terpantul di situ dan ternyata benar, wajah ini bukan wajahku yang seharusnya. Mana jenggot sama kumis yang tidak terurus milikku sebelumnya? Sekarang wajahku terlihat seperti anak remaja! Hmmm ... mungkin lebih tepatnya wajah ini agak mirip seperti wajahku waktu masih remaja. Saat itu pula ingatan saat aku baru masuk ke tubuh ini pun seperti baru tercurahkan di dalam pikiranku.
Setelah tergulung air laut yang ada hanyalah kegelapan dan semua indera serasa tak berfungsi. Aku mencoba bergerak tapi tidak ada respon apa pun, rasanya seperti perintah dari otakku untuk menggerakan otot tangan atau kaki itu tidak bisa diproses, aku seperti bola kecil dalam ruang hampa yang hanya akan bergerak jika ada dorongan dari luar. Kucoba berteriak tapi hanya rasa yang sama seperti yang sebelumnya muncul, perintahnya seperti tidak bisa dijalankan.
Banyak hal yang kupikirkan setelah itu, apakah seperti ini rasanya kematian? Kenapa kesadaranku masih ada? Ataukah aku dalam perjalanan ke surga? Atau mungkin neraka? Aku pun teringat kedua orang tuaku yang sudah meninggal saat aku SMA. Ahh … betapa bahagianya kalau aku bisa pergi ketempat di mana kedua orang tuaku berada. Sudah lebih dari 9 tahun aku tidak bertemu mereka. Kalau akan segera bertemu banyak yang ingin kuceritakan.
Aku sudah hidup sendiri sejak SMA, kakek-nenekku juga sudah meninggal sebelum aku lahir, setidaknya di bumi sudah tidak ada lagi keluarga yang akan sedih terhadap kepergianku. Mungkin teman-temanku akan sedih tapi kuyakin mereka pasti bisa move on.
Selagi mengingat kenangan terdahulu, tiba-tiba diri ini serasa ditarik oleh sesuatu. Aku yang saat itu seharusnya tidak bisa merasakan apapun tiba-tiba bisa merasa. Tarikannya sangat kuat. Yah, sepertinya ini sudah giliranku untuk diadili oleh Yang Maha Esa untuk pergi ke surga atau neraka.
Aku sudah tidak tahu lagi berapa lama aku ditarik, saking lamanya pernah beberapa kali aku mencoba bertahan dari tarikan ini, tapi seperti tak ada gunanya. Tarikan ini sudah seperti bertahun-tahun lamanya. Apakah ini pertanda awal neraka? Dan ini siksaan awalnya?
Saat sedang memikirkan kapan rasa tarikan ini akan berakhir, tiba-tiba aku bisa merasakan cahaya diiringi raungan keras dari binatang buas. Saat itu aku yang sebelumnya serasa berupa bola merasa kalau aku sudah kembali ke wujud manusia. Kubukalah mata, tapi yang pertama kali terlihat hanyalah cahaya putih yang menyilaukan.
Setelah beberapa kali berkedip akhirnya cahaya tersebut bisa diproses dan hal yang paling menonjol yang kulihat ialah binatang menyerupai kadal yang besarnya melebihi pesawat terbang. Binatang itu wujudnya mirip komodo, tapi dia memiliki tanduk melengkung seperti yang ada pada domba jantan dan memiliki sisik berwarna coklat tua seperti batu yang ada di padang gersang.
Takjub melihat makhluk sebesar itu untuk pertama kalinya, yang terpikirkan ialah makhluk ini mirip seperti naga tanah dalam cerita fantasi dan naga itu hanya sekitaran 30 meter di depanku.
Namun, ada hal yang ganjil saat ini sampai aku bertanya ke diriku sendiri, ‘kenapa naga dengan sisik seperti tanah?’ Karena saat membuka mata, selain naga di depanku, yang ada di sekitarku hanyalah laut dan potongan-potongan kapal tanpa ada setitik pun daratan di cakrawala.
*GWOAAARRR!!* Naga itu meraung kembali membuat aku berfokus padanya. Dia saat ini sedang berdiri di atas bangkai kapal dengan posisi agak sedikit menggulung tubuhnya seperti sedang bertahan sambil menghadapku dengan taringnya yang keluar dan pupil matanya yang lurus tajam seakan-akan tatapan itu memendam dendam yang dalam terhadapku.
Heran akan hal itu, kulihat tubuhku sendiri, ternyata saat itu aku sedang melayang. Pantas saja tatapanku serasa sejajar dengan naga yang besar itu.
Tak lama kemudian keluar cahaya putih keemasan dari tubuhku, lama-kelamaan cahaya itu semakin meluas sampai-sampai aku tidak bisa melihat naga itu lagi dan hanya ada cahaya itu di seluruh pandanganku.
Semakin lama cahaya itu keluar, semakin terasa lelah aku karenanya. Sampai saat cahaya itu memudar aku sudah tidak bisa lagi membuka mata dan perlahan aku terbenam ke laut. Saat aku mulai merasa kehilangan kesadaranku, sesuatu serasa tertulis di otakku.
[Proses penyatuan selesai]
[Mengatur ulang level]
[Level 1]
[Mendapatkan skill Sihir Spasial….]
[Naga Tanah Tua Legendaris(███) telah dikalahkan]
[Mendapatkan skill Sihir Tanah….]
[Naik Level!]
[Naik Level!]
…
Setelah itu aku merasa tubuhku ditaruh di atas pasir yang lembut sebelum benar-benar kehilangan kesadaran.
Selain ingatan saat aku baru masuk di tubuh ini, muncul juga ingatan pemilik tubuh ini. Dunia yang ditinggali tubuh ini bukanlah Bumi. Di sini setiap makhluk hidup mempunyai level sebagai pengukur kekuatan ataupun keilmuan mereka. Selain level, di dunia ini ada kekuatan tak kasat mata yang disebut mana. Dengan memproses mana, makhluk hidup bisa menggunakan kekuatan yang tidak bisa ditemukan di bumi seperti skill atau sihir mirip di game RPG.
Setiap makhluk hidup memiliki mana dan dengan mana tersebut mereka bisa memanipulasi banyak hal di sekitarnya seperti memperkuat diri mereka atau menciptakan api dan air. Namun meskipun semua orang memiliki mana, hanya sedikit manusia yang bisa memanipulasi mana tersebut. Oleh karena itu hanya beberapa orang terpilih yang bisa menggunakannya. Selain mana, monster juga hal yang umum di dunia ini, dan bagi masyarakat biasa monster merupakan bencana.
Nama pemilik tubuh ini kebetulan sama denganku yaitu Jaya, umurnya 17 tahun dan ia berasal dari keluarga petani biasa yang hidupnya damai, sederhana, dan berkecukupan. Namun semua itu berubah ketika desa mereka diserbu monster saat dia berumur 12 tahun. Banyak korban yang meninggal saat itu termasuk kedua orang tuanya.
Ditinggal tiba-tiba oleh kedua orang tuanya dan rumahnya yang rusak parah. Jaya yang masih kecil tidak tahu harus berbuat apa dan hanya mengikuti kebanyakan orang-orang desa yang memutuskan untuk mengungsi sementara di kota.
Jaya merupakan salah satu warga dari Kerajaan Patgara, yang merupakan salah satu kerajaan kepulauan. Namun desa Jaya tidak berlokasi di pesisir pantai melainkan di pedalaman dan berupa desa pertanian.
Jaya tidak mengetahui seberapa luas pulau yang ditinggalinya. Yang dia tahu kerajaan ini hanya memiliki satu kota yang juga berupa ibu kota kerajaan bernama Patga. Untuk pergi kesana mereka hanya perlu mengikuti alur sungai dan memakan waktu satu hari perjalanan.
Tidak ada uang dan hanya sendirian, Jaya terpaksa harus mencari pekerjaan namun karena banyaknya pengungsi yang juga sedang mencari pekerjaan dan juga karena dia masih anak-anak, tidak banyak yang bisa dia lakukan. Untuk bertahan hidup Jaya terpaksa harus bekerja ala-ala petualang tidak resmi.
Petualang di dunia ini merupakan pekerja lepas yang mengambil misi melalui Serikat Petualang sebagai perantara dan penjamin misi itu. Serikat ini menerima misi dari orang-orang yang membutuhkan bantuan kemudian misi itu diumumkan. Sebagian besar misi merupakan pemburuan monster untuk mengurangi populasi mereka dan sebagai bahan makanan. Ada juga misi mengumpulkan tumbuhan, menjadi pengawal, membersihkan kota, dsb.
Usianya yang terlalu muda tidak bisa membuat Jaya menjadi petualang. Petualang setidaknya harus berusia 17 tahun. Karena dia masih muda dia bekerja menjadi pengumpul kayu bakar di hutan dekat kota Patga yang kemudian dijual ke pengepul yang rupanya sangat mencurigakan. Bayaran dari kayu bakarnya pun uang yang hanya mencukupi makanannya untuk hari itu saja. Namun dia tetap bertahan melakukan pekerjaan itu karena dia tidak memiliki pengetahuan yang bisa membuatnya mendapatkan kerja yang lebih baik dan menjual kayu bakarnya di tempat lain malah hanya mendapat makanan yang rasanya seperti makanan ternak.
Jaya tetap bertahan sebagai pengumpul kayu sampai umur 17 tahun meski banyak dari rekan sedesanya telah kembali. Sampai akhirnya Jaya bisa mendaftar di Serikat Petualang. Setelah dipindai menggunakan artefak sihir dan dia terkonfirmasi berumur 17 tahun. Dia bisa mendapatkan lencana petualang.
Petualang memiliki tingkatnya masing-masing dari yang paling rendah peringkat Kayu→Besi→Perunggu→Perak→Emas. Semakin tinggi tingkat petualang, semakin luas tipe misi yang bisa mereka lakukan, tapi semakin tinggi pula bahayanya.
Girang akhirnya bisa menjadi petualang dan kesempatan merubah nasibnya sudah semakin terbuka lebar, Jaya langsung bergegas ke papan pengumuman mencari misi pertamanya. Misi yang saat itu sedang populer dan terus di gembar-gembor adalah rencana Patgara melakukan ekspedisi di pulau sebelah timur. Dengan iming-iming melimpahnya emas dan perak di pulau itu membuat banyak orang ingin pergi kesana. Tentu saja dengan impian ingin merubah hidupnya jadi lebih baik dengan cepat karena telah bertahun-tahun hidup susah, Jaya mengajukan diri untuk misi tersebut.
Pada hari pengumuman siapa saja yang terpilih sebagai gelombang pertama misi itu, tidak disangka-sangka ternyata Jaya merupakan salah satu orang yang terpilih. Semua petualang yang terpilih sebagai gelombang pertama sangat senang mendengar pengumuman itu, karena menurut mereka siapa yang pertama datang bisa memonopoli sumber daya di pulau tersebut dibandingkan orang-orang yang akan datang berikutnya yang hanya akan mendapatkan sisa-sisa mereka.
Jaya juga senang saat mendengar pengumuman tersebut namun saat rasa euforia yang dia rasakan menurun, muncullah rasa janggal. Saat pengumuman selesai, petualang yang terpilih dikelompokkan dan langsung dituntun ke mes karena mereka akan segera berangkat besok sebelum mata hari terbit.
Ekspedisi itu terasa terburu-buru bahkan saat sampai di mes, tempat itu dijaga oleh prajurit dan para petualang tidak bisa keluar meski dengan alasan ingin pamit ke keluarga atau mengambil perlengkapan mereka. Kata para prajurit semua perlengkapan akan disediakan kerajaan dan mereka hanya perlu membawa dirinya saja.
Semakin lama rasa janggal semakin tinggi, namun Jaya tidak bisa mundur dari misi ini. Karena setelah mendaftar, jika ingin membatalkan misi dia harus membayar uang ganti rugi dan ini merupakan misi di mana mereka bisa mendapatkan banyak sumber daya apapun di pulau itu sehingga uang ganti ruginya juga besar. Meskipun dia mencari kayu seumur hidupnya hutangnya tidak akan tertutupi. Jaya hanya bisa ikhlas, harapnya semoga apa yang dia rasakan hanyalah firasat semata.
Waktu subuh tiba, mereka dibangunkan kemudian disuruh mengikuti prajurit ke pelabuhan. Berkumpul di pelabuhan para petualang dikenalkan oleh pemimpin ekspedisi tersebut. Pemimpinnya merupakan bangsawan bergelar baron.
Baron tersebut memberikan sedikit penjelasan tentang ekspedisi. Mereka akan pergi ke pulau di sebelah timur kerajaan Patgara. Pulau tersebut luasnya berkali-kali lipat dari pulau mereka saat ini. Pulau itu merupakan pembatas antara kerajaan-karajaan di kepulauan barat dan timur. Tujuan mereka adalah bagian barat laut pulau tersebut di mana bagian itu sangat jarang dilalui rute perdagangan. Rute perdagangan antara kerajaan-kerajaan barat dan timur biasanya mengitari bagian selatan pulau itu karena jaraknya yang lebih dekat untuk sampai ke kerajaan-kerajaan timur.
Sudah beratus-ratus tahun berbagai kerajaan barat dan timur mencoba menguasai pulau tersebut namun tidak berhasil karena monster yang tinggal di sana berlevel tinggi. Namun salah satu kerajaan barat Gagara, tetangga kerajaan Patgara katanya telah berhasil menjelajahi bagian barat laut pulau tersebut dan mereka mendapatkan banyak emas dan perak.
Sebagai bentuk hubungan baik antara kerajaan Patgara dan Gagara, kerajaan Gagara membagikan informasi terkait keberhasilan mereka dan mengutus seorang pemandu untuk memandu mereka ke bagian barat daya pulau itu di mana tempat monster yang lemah tinggal.
Mendengar hal tersebut perasaan janggal Jaya hilang. Ini berarti ekspedisi yang dia ikuti benar-benar bisa membuatnya kaya. Ekspedisi mereka pun berangkat dengan tiga kapal yang membawa 300-an orang.
Untuk sampai ke tujuan mereka katanya akan memakan waktu sepuluh hari dan pada hari kesepuluh pemandu mereka tiba-tiba berdiri di ujung haluan kapal sambil berteriak. “Oh naga agung yang berkuasa di dasar laut ... aku telah kembali membawa tumbal sebagai bayaran untuk melindungi kerajaan kami menjelajah!”
Tak lama setelah itu tepat di bagian tengah kapal diterobos oleh naga tanah yang sangat besar sehingga mematahkan kapal tersebut dan membuat sebagian orang terlempar dari kapal. Salah satunya ialah Jaya.
Wah.. susahnya hidup di jaman serupa abad pertengahan pikirku. Untuk saat ini, aku tidak tahu kenapa aku bisa ada di dalam tubuhmu. “Intinya aku akan menjalani hidup di tubuh ini sebagai orang yang sangat baik!” kuucapkan sambil berdiri mengangkat tangan kanan yang dikepal di udara ala-ala salam pekik merdeka yang salah sambil menghadap lautan sebagai simbolisasi janjiku.
Hmm… kayaknya… mungkin…
“menjalani hidup sebagai orang yang agak baik?”
Kalau terlalu baik nanti dibabuin yang lain. Pokoknya baik atau tidak bukan yang Jaya mau, Intinya salah satu tujuanmu yang belum tercapai akan aku lakukan! Ya, untuk saat ini itu saja dulu.
Lagipula informasi tentang dunia ini dari ingatan Jaya sangat minim. Pengaturan dunia ini seperti pada jaman abad pertengahan ditambah bumbu-bumbu fantasi dan game RPG. Karakter game RPG pasti memiliki status yang mengukur keahliannya. Jadi sekarang saatnya mengecek status Jaya.
Dari ingatan Jaya untuk mengecek status hanya perlu memikirkan tentang status saja. ‘status’ pikirku, tiba-tiba informasi tentang statusku seperti muncul dalam pikiran.
Status
Poin: 68
Nama : Jaya
Ras : Manusiaa
Umur : 17
Level : 32
Exp : 11%
HP : 3200/3200
MP : 3200/3200
STR: 64 INT: 64 DEX: 64 VIT: 64 WIS: 64
Skill : Sihir Spasial[Inventori(lvl.1)], Sihir Bumi[Sihir Golem Bumi(lvl.1)]
Gelar : █, Mantan Penduduk Bumi, Kutu Loncat, Pembunuh Naga.
Sialan ni tukang tulis gelar masa kutu loncat dijadiin gelar.
Keterangan Kutu Loncat: Orang lain cenderung tidak mempercayaimu.
“Woi! Gelar harusnya buat kasih buff! kok malah debuff!”
Keterangan Mantan Penduduk Bumi: Memiliki ingatan hidup di Bumi.
Keterangan Pembunuh Naga: Semua ras naga akan merasa benci kepadamu namun statusmu akan bertambah 1.5x lipat saat menyerang ras naga.
Untungnya gelar lainnya masih masuk akal. Terus gelar Pembunuh Naga, ini macam gelar buat karakter OP di novel-novel. “Huehuehue…..” tawaku sambil menggosok tangan.
“Level 32!?” Oke fix. Seng tarada lawang! Dari ingatan Jaya para petualang tingkat emas katanya memiliki level 20an. Itu berarti aku sudah masuk kategori petualang emas.
Status STR sampai VIT juga aneh, terlalu tinggi dan semuanya juga sama. Padahal status Jaya yang dulu berlevel 3 sebelum pergi ekspedisi totalnya hanya 12 dan distribusi statusnya juga acak. Sekarang total statusnya 320.
Status VIT dan INT juga agak aneh sekarang. Dulu per 1 poin itu hanya memberikan 20 HP per VIT dan 10 MP per INT. Untuk status yang sekarang sepertinya terlalu tinggi. Yah anggap saja ini pengaruh levelku yang tinggi.
Keterangan Poin: Untuk menambahkan status atau level skill.
Poin ini merupakan fitur yang tidak ada pada Jaya sebelumnya. Fungsinya yang berupa fitur menambah level skill dan status tidak pernah didengar oleh Jaya. Bahkan setaunya orang-orang hanya bisa melihat status mereka, tidak bisa diutak-atik sama sekali.
Masih belum jelas bagaimana cara orang mendapatkan skill, banyak yang mempercayai kalau semakin sering berlatih di suatu bidang semakin tinggi pula kemungkinan orang itu mendapatkan skill yang ada di bidang tersebut.
Begitu pula untuk menaikkan level skill, katanya harus menggunakan terus menerus skill tersebut agar bisa naik levelnya. Tapi sekarang aku bisa langsung menaikkan level skill dengan poin.
Jaya tidak memiliki skill apapun jadi dia tidak mempunyai pengalaman tentang penggunaannya. Untuk sekarang aku coba baca informasi tentang skill tersebut dan bagaimana menggunakannya.
Inventori:
Level 1: Kapasitas tidak terbatas, Mengkoleksi secara otomatis entitas yang dikalahkan, Bisa menyimpan benda yang dipegang, Barang dalam inventori terhenti waktunya, Tidak bisa menyimpan animalia hidup.
Sihir Golem Bumi:
Level 1: Menciptakan dan memerintah golem yang terbuat dari tanah
Level 2: Memperoleh kekuatan tambahan sebanyak 10% kekuatan pencipta
Level 3: Menciptakan dan memerintah golem yang terbuat dari mineral.
Level 4: Menyamarkan golem
Level 5: Golem bisa diakses dari jarak jauh.
Sepertinya skill inventori tidak bisa dinaikan levelnya. Meskipun begitu dengan fitur kapasitas tidak terbatas level satu pun sudah cukup bagiku.
Sekarang akan aku coba bagaimana cara simpan dan ambil barang di inventori. Untuk simpan, kucoba pegang batu karang yang kutemukan disekitar kemudian gunakan skill inventori.
“…”
Tidak ada suara atau gejala apapun disekitar. Tapi batu yang aku pegang tiba-tiba hilang tak menyisakan jejak. Rasanya seperti dipindahkan ke dimensi lain. Cara menggunakan skill ini juga sangat mudah, tinggal dipikir saja langsung bisa tereksekusi.
‘Jadi maling asik nih’ tinggal pakai monocle dan jas putih sambil bilang
“Pencuri adalah seniman kreatif yang mengambil mangsanya dengan gaya”
*Puff* hilang.
Sekarang aku coba untuk mengambil batu yang kusimpan tadi. saat mengaktifkan skill inventori untuk mengambil batu, dipikiranku muncul semua barang yang ada dalam inventori. “Wow!” aku terkejut, ternyata naga yang kukalahkan sebelumnya tersimpan di inventori.
Tapi bagaimana bisa kukalahkan naga itu? Padahal waktu itu hanya cahaya putih yang keluar dari tubuhku. Aku juga tidak memiliki skill yang bisa mengeluarkan cahaya putih.
Yah berpikir sekarangpun tidak akan menjawabnya, informasi yang kumiliki sepertinya masih kurang.
Sekarang aku coba untuk mengeluarkan batu dari inventori.
“…”
Batu tersebut langsung berada ditanganku. Kucoba eksperimen lainnya, ternyata batu tersebut bisa kusimpan selama batu itu menyentuhku bahkan meski itu terlapisi kain. Mengeluarkan batu itu juga bisa dibagian manapun tubuhku. Bisa tangan ataupun kaki.
Aku coba menyimpan kemudian mengeluarkan pohon kelapa dan ternyata bisa tersimpan. Namun sepertinya semakin besar objek yang disimpan atau dikeluarkan semakin membutuhkan mana.
Cukup dulu tentang inventori sekarang saatnya ke sihir golem. Tidak tunggu lama aku langsung menaikan levelnya ke level 5. Saat menaikan level, di otakku langsung masuk informasi yang berhubungan dengan sihir golem. Untuk menggunakan sihir golem aku harus mengatakan mantera sihirnya. Saat ku katakan mantera penciptaan golem, pasir didepanku bergerak sendiri kemudian berkumpul sampai menyerupai manusia yang sedang berdiri.
Aku bisa mengendalikan dan memberikan perintah ke golem dengan pikiranku, mengganti penglihatanku menjadi penglihatan golem juga lancar. Jarak pengendalian dan pembagian penglihatan juga cukup jauh, sudah sekitar seratus meter masih bisa dihubungkan. Aku tak tahu seberapa jauh jarak maksimalnya. Mungkin itu ada hubungan dengan INT tapi karena INT ku tinggi sepertinya jarak mengendalikan tidak akan masalah.
“Wah… kayak lagi main drone pakai goggles”
Skill penyamaran golemnya juga keren, dia bisa menyalin rupaku, tapi karena terbuat dari pasir banyak butir-butir pasir yang jatuh. Sepertinya harus dari tanah lainnya supaya terlihat lebih baik.
Setelah puas mencoba-coba skill, sekarang waktunya mencoba status atribut. Pertama aku mencoba tes STR, kuambil batu karang kecil terus kusentil batu itu ke pohon kelapa dengan kuat.
*klik*\~*crack*
Aku takjub melihatnya. “Wow!” kecepatan batu itu seperti peluru, bahkan bisa menembus pohon kelapanya. Kalau sentilan saja bisa sekuat ini bagaimana dengan kekuatan tubuhku?. Tanpa ragu kutinju pohon kelapanya agak kuat dengan tangan kiriku.
*bang*
Pohon kelapa tersebut langsung patah dan roboh kearah sampingku dengan batangnya yang penyok ditempat kepalan tanganku mendarat. Puas dengan apa yang kulihat, kutarik napas kemudian berbalik 180 derajat dengan memasang wajah dan tatapan yang menurutku terkeren yang bisa kulakukan kemudian memberi hormat dengan tangan kanan dan tangan kiri kutaruh dibelakangku sambil sedikit membungkuk kemudian berkata
“Salam dari Binjai”
Hm..hm.. sambil sedikit mengangguk puas dengan apa yang baru kulakukan. Sekarang aku coba melompat. Hup! Dengan mudahnya aku bisa melompat setinggi 5 meter. Kalau lompatnya sungguh-sungguh pas jatuh bisa sakit nih.
Untuk DEX\, Kucoba berlari memutar area sekitaranku dan hasilnya menurutku “... I am speed.. *ka-chow*”
Kalau INT tentang penalaran pikiran, poin mana , dan keahlian sihir. Yah kuharap aku bisa sedikit lebih pintar dengan status ini.
VIT utamanya tentang ketahanan fisik dan poin health sedangkan WIS secara garis besar ketahanan mental.
Setelah puas mencoba-coba, kini saatnya aku membuat tempat berlindung sementara dan mencari tahu dimana lokasiku saat ini. Karena dari ingatan terakhirku sebelum bangun, aku seharusnya berada di tengah lautan tanpa ada daratan sejauh mata memandang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!