Aku berjalan menjauhi pantai ke arah hutan sampai di area yang sudah tidak berpasir untuk menentukan tempat membuat gubuk sementara. Setelah mendapatkan tempat yang menurutku sesuai, tidak jauh dari pantai kemudian cukup rindang dan tidak berpasir. Sekarang saatnya masuk ke hutan untuk mencari bahan-bahan yang di butuhkan.
Tak perlu masuk sampai lima puluh meter kedalam hutan aku sudah bisa menemukan semua yang dibutuhkan. Selain itu saat aku masuk ke hutan entah kenapa terasa ada yang menarikku. Penasaran, aku coba masuk agak dalam sekitar lima ratus meter tapi tidak ada hal yang mencuri perhatian. Selain itu aku tidak menemukan adanya monster dibagian ini. Sepertinya lokasi untuk membuat gubuk cukup aman.
Untuk kerangkanya aku hanya menggunakan batang pohon yang terasa kokoh kemudian kupatahkan. Atap dan dindingnya aku gunakan daun kelapa dan talinya kupakai liana.
Kutanam batang-batang kayu yang akan jadi pilar kemudian membuat kerangka atapnya yang dikaitkan dengan tali. Setelah kerangka gubug selesai, sekarang saatnya membuat dinding, lantai, dan atap dengan daun kelapa. Pembuatannya lumayan memakan waktu karena akan dianyam. Setelah semua anyaman selesai, anyaman tersebut tinggal diikat dengan tali di kerangka gubug.
Awalnya kupikir menganyam daun kelapa tersebut akan memakan waktu lama karena waktu di bumi hasil kerajinanku untuk pelajaran Seni Budaya & Ketrampilan saat sekolah itu selalu kacau. Tapi karena disini atribut DEX milikku tinggi membuatku jadi tangkas.
Matahari masih diatas kepala dan dengan tempat berteduh yang sudah diamankan juga air minum yang hanya bergelantungan di pohon. Sekarang tinggal mencari makanan. Disclaimer daging kelapa tidak kuanggap makanan kwkwkwkw.
Kuberjalan mendekati pantai dan memindai seluruh bagian air yang dangkal berharap kalau apa yang kuinginkan ada disana. Dan ya! Apa yang kuinginkan sedang berkelompok disana. Mengambil ancang-ancang ke arah target yang sudah kukunci kemudian aku melompat *byuur*.
Mengangkat diri dari air dan berjalan ke arah pantai dengan wajah yang angkuh bak model di catwalk sambil mengekspos ‘keberhasilanku’ dikedua tangan. Kuambil beberapa batang kayu yang lunak dan sabut kelapa untuk membuat api. Setelah itu kucabut alat pernapasan ‘keberhasilanku’ dan kemudian kutusuk ‘keberhasilanku’ dengan ranting. Kudekatkan ‘keberhasilanku’ ke api agar suhunya naik dan setelah suhunya sesuai dengan seleraku. Kumakan ‘keberhasilanku’.
Hambar.. berikutnya harus ditambah garam.
Hari masih panjang jadi sekalian aja aku coba buat garam. Tapi sayangnya disini tidak ada mangkok lebar untuk menampung air laut. Adanya tempurung, pakai tempurung garamnya cuman dapat butiran doang.
Baru teringat, ada pecahan-pecahan kapal disekitarku sebelum aku pingsan tapi saat aku sadar sebagian besar pecahan tersebut tidak ada. Mungkin aku bisa mendapatkan barang yang berguna jika bisa menemukan pecahan-pecahan kapal tersebut.
Matahari sudah agak turun ke barat dan dari posisiku yang sekarang menghadap pulau berarti aku berada dibagian selatan pulau. Dari sini aku bisa melihat jauh garis pantai di sebelah timur tapi tidak terlihat ada pecahan kapal sama sekali. Namun untuk garis pantai disebelah barat melengkung kedalam. Jadi aku memutuskan untuk mencarinya ke barat dulu.
Aku mulai melakukan penelusuranku ke arah barat dengan berlari. Tidak sampai satu menit akhirnya aku menemukan pecahan kapal. Pecahannya sangat besar, sekitar lima puluh persen kapal masih utuh.
Dengan ditemukannya pecahan tersebut aku jadi terpikir apa mungkin masih ada yang selamat dari serangan naga sebelumnya? Memang saat aku baru sadar pertama kali sebelum naga itu dikalahkan, aku melihat sekitaran hanya ada pecahan-pecahan kapal saja. Tidak ada tanda-tanda manusia saat itu. Entah apa yang naga itu lakukan sebelumnya.
Yang aku cari pertama kali di bagian geladak dasar kapal siapa tahu bisa menemukan makanan. Sayangnya tidak ditemukan makanan dan tidak ada tanda-tanda kehidupan disini. Namun hal yang kutemukan malah lebih berguna dari pada makanan. Yaitu kotak tempat penyimpanan alat-alat perbaikan kapal. Disitu ada berbagai alat seperti gergaji, kapak, belati, dan palu.
Naik ke geladak utama aku pergi ke dalam kabin yang sudah hancur sebagian. Karena ini tempat para petinggi mungkin ada hal berguna yang bisa kudapatkan. Dari hasil membongkar kabin disana-sini ada beberapa hal yang sangat berguna kudapatkan seperti peta dan kompas dan beberapa pakaian.
Selain itu aku juga mendapatkan beberapa koin emas, perak, dan perunggu. Didunia ini tingkatan koinnya 100 perunggu = 1 perak dan 100 perak = 1 emas. Kalau dirupiahkan 1 perunggu sama dengan seribu.
Total uang yang kudapat di kabin 2 keping emas, 79 perak, dan 4 perunggu.
Keluar dari kabin aku juga mengambil layar yang masih terikat di tiang kapal. Semua yang aku ambil dari pecahan kapal kusimpan di inventori. Juga dengan adanya alat-alat perbaikan kapal kupikir nanti bisa membuat perahu untuk pergi dari tempat ini.
Tidak terasa ternyata matahari sudah mau terbenam saat sedang menggeledah pecahan kapal. Membuatku galau apa pecahan kapal ini kutaruh di inventori saja atau dibiarkan siapa tahu ada orang yang selamat dan pecahan kapal ini bisa membantu mereka. Tapi kuputuskan untuk membiarkannya saja. Lagipula tempat ini dekat dengan gubukku.
Saat sampai di gubuk langit sudah mulai gelap. Kutambah lagi kayu bakar ditempat aku memasak tadi yang terletak didepan gubukku dan menggosok kayu untuk membuat api. Setelah api menyala kuperhatikan tidak ada perubahan apa-apa disekitar gubuk. Sepertinya memang tidak ada monster disekitar sini.
Kukeluarkan sisa ikan bojor tadi siang dari inventori, kubersihkan kemudian kubakar. Selagi menunggu ikannya matang aku pergi memanjat pohon kelapa untuk mengambil kelapa muda.
Duduk termenung menunggu ikan matang sambil menghadap api unggun aku berpikir kembali apa yang sebelumnya terjadi dan sadar akan kesalahan ‘fatal’ yang kubuat.
“Sialan! Kenapa harus lari-lari kayak kuda tadi. Harusnya tinggal suruh golem aja.”
Dengan itu aku putuskan besok akan memulai penelusuran tempat ini menggunakan golem. Selagi menunggu aku melihat peta yang tadi didapatkan di sebelah api unggun. Dari yang terlihat, sepertinya area disekitar sini yang terpetakan merupakan kepulauan. Dimana jika dijelaskan isi peta ini akan panjang dan tak berfaedah.
Dari sebelah kiri atas peta terdapat semenanjung yang panjang dan bentuknya seperti bulan sabit. Semenanjung ini seperti terhubung dengan daratan utara yang luas. Namun sepertinya belum terpetakan seluruhnya karena semenanjung ini diberi nama Semenanjung Monster. Sepertinya semenanjung ini memiliki banyak monster sehingga belum bisa ditinggali.
Dibagian dari bawah awal lekukan sampai ujung semenanjung tersebut terdapat empat pulau yang cukup besar berjejer secara horizontal.
Dari kiri namanya pulau Putu dan bentuknya mirip pulau Belitung yang diputar 90 derajat.
Sekitar 135 derajat dari pulau Putu terdapat pulau Puda yang bentuknya mirip pulau Belitung juga tapi diputar 180 derajat letak kedua pulau ini sangat dekat jadi orang dari pulau Putu sepertinya bisa melihat pulau Puda.
Kedua pulau Putu dan Puda merupakan bagian kerajaan Tigara.
Tepat disebelah kanan atau sembilan puluh derajat dari pulau Puda merupakan pulau Puga yang bentuknya panjang mirip pulau Simeulue tapi lurus mendatar. Jarak dari Puda ke Puga ditulis memakan waktu dua hari dengan kapal.
Pulau Puga merupakan bagian kerajaan Gagara.
Disebelah kanan juga atau sembilan puluh derajat dari pulau Puga merupakan pulau Pupat yang bentuknya agak bulat mirip pulau Lombok. Ujung timur pulau ini sejajar tegak lurus dengan ujung semenanjung monster. Pulau ini merupakan tempat kelahiran Jaya pemilik tubuh ini.
Pulau Pupat merupakan bagian kerajaan Patgara.
Ketiga kerajaan ini disebut sebagai kerajaan-kerajaan Barat.
Jarak dari keempat pulau ke semenanjung di utara kurang lebih sekitar sepuluh hari dengan kapal.
Disebelah kanan pulau Pupat adalah pulau yang hanya dihuni monster-monster kuat. Yaitu pulau Puma. Pulau ini sangat luas dan bentuknya mirip pulau Greenland sehingga ujung barat pulau Puma berdekatan dengan ujung semenanjung monster. Dari pulau Pupat ke pulau Puma hanya memakan waktu dua hari dengan kapal.
Pulau Puma belum berhasil ditinggali manusia sampai saat ini.
Pulau Pupat letaknya agak dibawah pulau Puma. Jika pada peta Bumi mungkin kesejajaran antara pulau Pupat dan pulau Puma seperti antara pulau Islandia dan Greenland.
Disebelah kanan Pulau Puma dan sejajar dengan Pulau Pupat merupakan Pulau Punam. Pulau ini lebih luas dari pulau-pulau di kerajaan barat dan bentuknya mirip Pulau Seram. Jarak dari Pulau Puma ke Pulau Punam memakan waktu tiga hari dengan kapal.
Pulau Punam merupakan bagian kerajaan Namgara
Karena letak pulau Pupat dan pulau Punam yang agak di bawah pulau Puma sehingga jalur perdagangan kapal melewati bagian selatan pulau Puma. Jarak dari pulau Pupat ke pulau Punam memakan waktu tujuh hari.
Tepat di utara pulau Punam merupakan pulau Puju pulau ini juga besarnya mirip dengan pulau sebelumnya yang bentuknya mirip pulau Flores. Jarak pulau Puju cukup jauh dengan pulau Punam sekitar empat hari menggunakan kapal.
Pulau Puju merupakan bagian kerajaan Jugara.
Di utara pulau Puju juga ada pulau lainnya namanya pulau Pupan. Bentuk pulau ini mirip dengan pulau Bangka. Pulau ini berada jauh diatas, sehingga bagian selatan pulau Pupan ini sejajar dengan ujung utara pulau monster/Puma. Dari pulau Puju ke pulau Pupan memakan waktu sekitar sebelas hari dengan kapal.
Pulau Pupan merupakan bagian kerajaan Pangara.
Ketiga kerajaan ini disebut sebagai kerajaan-kerajaan timur.
Selain kedelapan pulau besar itu, ada juga beberapa pulau kecil disekitaran pulau-pulau besar tersebut yang juga bagian dari kerajaan-kerajaan. Tapi sebagian besar pulau-pulau kecil tersebut tidak berpenghuni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Halim Hrfin
terlalu bertele2 thor, nama2 tempat nnti kan bisa dijelaskan saat mc sdh mulai berpetualang. jadi sambil2.
2023-07-25
0
Nino Ndut
keder gw bacanya..smoga ada gambaran pulau2nya y thor
2023-07-10
0
Jimmy Avolution
Yo ..ayo...
2023-07-08
0