“Selamat pagi, semua!” sapa Lana penuh semangat.
“Pagi Lana! Kamu hebat. Klien kakap kita kemarin akhirnya beneran nikah. Agensi kita bakalan sukses besar kalau terus-terusan kaya gini.” Puji Tantri salah satu senior Lana di tempat kerjanya.
“Iya nih, kamu baru dua bulan kerja tapi sudah bawa hoki buat Kak Mai. Bener ngga?” imbuh Anton.
Sebuah sedan berwarna merah berhenti di depan lobi dan seorang wanita usia empat puluhan keluar dengan menjinjing tas mewahnya.
“Pagi Kak Bos!” sapa Lana dan teman-temannya.
“Morning my beloved team.” Balas Maya dengan logat manjanya yang sengaja dibuat-buat. “Kalian semua, hari ini kita akan kedatangan klien VVVVIP alias klien hiu. Jadi tolong persiapkan jaring kalian sebaik mungkin. Jangan sampai mangsa kita yang satu ini lolos gitu ajah!”
“Siap, Kak Bos!”
“Lana, ikut ke ruangan gue!”
Maya meraih map berisi berkas yang ada di mejanya lalu menyerahkannya kepada Lana.
“Pelajari semua tentang calon klien kita ini dengan benar. Gue ngga mau lo ngelewatin satupun informasi penting yang berpotensi membuat mereka lari dari tangkapan kita.”
Lana membuka sampul mapnya dan melihat foto seorang pria tampan di halaman paling depan. Matanya terbelalak hingga nyaris copot.
“Ngapain lo kaget gitu? Ganteng banget yah?” tanya Maya
“Ngga, Kak. Bukan apa-apa.” Lana buru-buru menyembunyikan kekagetannya dari Maya. “Kak, boleh gue ke toilet sebentar?”
Maya mengibaskan tangannya tanda mempersilakan Lana pergi. “Jangan lama-lama!”
***************
Lana mondar-mandir di toilet wanita. Ia tidak menyangka bahwa pria yang akan menjadi calon kliennya adalah pria yang ia temui di rumah sakit, pria yang dilarikan ke rumah sakit dan mengalami kebutaan akibat kecelakaan yang disebabkan ayahnya.
Lana tidak bisa berhenti merasa gelisah. Ia tidak tahu bagaimana harus mempertanggung jawabkan kesalahan ayahnya kali ini. Ia tahu betul bahwa sangat mustahil untuk menawarkan uang damai karena ia baru saja bekerja dan gajinya sudah habis untuk membayar sewa rumah. Belum lagi ibunya yang membutuhkan banyak biaya pengobatan karena asma askut yang dideritanya.
Lana masih saja mondar-mandir, ia takut kalau-kalau akan dipenjarakan menggantikan ayahnya karena kecelakaan itu.
“Sial! Sial! Kenapa sih gue mesti ketemu sama tu orang? Gimana kalau dia ngenalin gue coba?” Lana mengacak-acak rambut dan kepalanya frustasi.
“Tenang Lana! Tenang! Coba lo pikirin baik-baik. Tu orang belum pernah ngelihat elo dan sekarang dia buta. Dia ngga bakal tahu kalau lo adalah anak dari orang yang ngebuat dia buta kaya sekarang. Jadi dia ngga bakal nuntut lo macem-macem.” Tutur Lana pada dirinya sendiri.
“Yang harus lo lakuin sekarang adalah memperlakukan dia sebaik mungkin sehingga dia ngga bakal curiga kalau kalian punya sejarah buruk di masa lalu.” Lana menatap dirinya di cermin, menata kembali rambut dan penampilannya, lalu menarik nafas dalam-dalam.
“Lo harus bisa! Just do your best, Lana! Do it!” Lagi-lagi Lana menyemangati dirinya sendiri.
*****************************
“Lo semedi? Di toilet lama amat?” tegur Maya begitu Lana kembali ke ruangannya.
“Sori, Kak. Gue nervous karena mau ketemu klien VVVVVIP.”
“Target sudah dekat, jadi sebaiknya lo siap-siap!” Maya membuka pintu ruangannya dan mengajak Lana bersiap menyambut sang calon klien di pintu lobi.
Sebuah sedan keluaran terbaru berwarna hitam berhenti di depan lobi kantor Lana. Seorang pria berpakaian rapi turun dari bangku depan, lalu membukakan pintu belakang. Seorang pria lain dengan sepatu Testoni seharga ratusan juta, setelan edisi terbatas jahitan Antonia Carlo dan Ciro Paone yang hanya dibuat lima puluh pasang saja tiap tahunnya dan juga kacamata hitam keluaran terbaru yang baru-baru ini dikenakan salah satu aktor ternama Hollywood, keluar dari jok belakang mobil itu.
Rizal membantu Virsa keluar dari mobil dan membawanya masuk ke pintu lobi. Maya langsung menyambut mereka dengan hangat sembari menjulurkan tangannya di hadapan Virsa.
“Selamat datang di Mayaka Wedding Agency.”
Rizal membisikkan sesuatu lalu Virsa menyambut jabatan tangan Maya dengan hangat.
Tidak seperti Maya yang menyodorkan tangan dan menunggu Virsa menyambutnya, Lana justru berinisiatif meraih tangan Virsa lebih dulu lalu menjabatnya.
“Perkenalkan, saya Ilana Larasati, agen yang akan membantu anda, Pak.”
Tidak hanya sampai disana. Lana menggandeng tangan Virsa dengan sopan lalu membawanya menuju ruangan konsultasi. Lana juga langsung mempersilakan Virsa duduk dan baru meninggalkannya setelah yakin Virsa sudah merasa nyaman.
Teman-teman Lana menatap mereka dengan penuh tanda tanya. Sebagian dari mereka bahkan mengatai Lana lancang karena berani menyentuh klien kelas hiu seperti itu. Sementara Maya yang sudah lebih dulu mengetahui latar belakang dan kondisi Virsa langsung paham dengan tindakan super tanggap Lana.
“Baiklah, Pak Virsa. Karena anda pasti sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu, sebaiknya kita langsung ke intinya saja. Kami sudah membaca resume yang anda kirimkan. Jadi seperti apa kriteria calon pendamping yang anda inginkan?”
Tok.. Tok..
Lana datang dengan membawa tiga gelas minuman. Ia kemudian meletakkan nampan di meja lalu menyerahkan masing-masing gelas ke tangan Maya, Rizal dan juga Virsa.
“Silakan dinikmati minumannya selagi hangat.”
“Terima kasih. Ini benar-benar masih hangat.” Timpal Rizal yang sengaja ia jabarkan agar Virsa mengetahui bahwa ia juga mendapatkan perlakuan yang sama dari Lana.
Maya yang sempat bingung, akhirnya memilih untuk menurut saja dengan apa yang Lana rencanakan. Ia hanya ingin anak buahnya itu tidak mengacaukan tujuannya mendapatkan Virsa sebagai klien pentingnya.
Maya meminum minumannya dan sengaja membuat suara seruputan yang agak keras lalu juga meletakkan gelasnya kembali di nampan dengan agak kasar, supaya Virsa tahu bahwa ia sudah meminum minumannya.
“Silakan diminum dulu, Pak Virsa!”
Virsa akhirnya menyeruput sedikit minuman yang ternyata adalah kopi. Ia sering meminum berbagai macam kopi di resto dan kafe langganannya, tapi ia belum pernah meminum yang seperti itu.
“Kopi apa ini?” tanya Virsa
“Hah?!” Lana tidak menyangka kalau lidah Virsa akan sepeka itu mengenali bahwa kopi yang dibuatnya hanya kopi sachet dan bukannya kopi nikmat ala kafe. “Kenapa? Apa ada yang salah?”
“Enak.” Jawab Virsa singkat sambil berusaha meletakkan kembali gelasnya di meja.
Tanpa dikomando, Lana langsung meraih gelas Virsa dan meletakkan kembali di atas nampan.
“Anda bisa menyebut ini Kopi Lana.” Gurau Lana untuk mengurangi ketegangan.
Virsa tersenyum mendengarnya dan entah kenapa Lana merasa sangat senang bisa melihat senyum menawan pria itu.
“Baiklah, jadi bisa kita kembali ke pertanyaan saya sebelumnya?” tanya Maya yang merasa dikacangin terlalu lama.
“Oh ya.. Saya ingin seorang gadis berusia dua puluhan, mahasiswa atau pekerja keras, mandiri, berambut panjang, dengan tulang pipi menonjol, mata teduh dan senyum menawan. Tinggi sekitar seratus enam puluh lima sampai seratus tujuh puluh centimeter, berat ideal dan tidak suka mengeluh. Kalau dia bisa sedikit bela diri dan menyukai olahraga, saya rasa akan sempurna.”
Maya mencatat semua detailnya dengan baik. Ia tidak ingin melewatkan informasi sekecil apapun. “Ada lagi, Pak? Seperti latar belakang keluarga atau pendidikan, misalnya?”
“Soal itu tidak terlalu penting untuk saya. sodorkan saja semua kandidat yang anda punya dengan kriteria utama yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Selebihnya kami akan menyeleksinya sendiri. Dan satu hal lagi yang penting. Waktu anda hanya tiga hari karena pesta pernikahan akan diadakan akhir minggu ini.”
“Apa?!” Maya dan Lana terbelalak mendengar pernyataan Virsa.
“Saya akan menambahkan axtra fee jika anda bisa lebih cepat dari itu.” Virsa bangkit dari duduknya, merapikan setelannya lalu membiarkan Rizal membantunya berjalan layaknya orang normal menuju ke mobilnya.
“Tiga hari pala lo peyang?!” maki Maya setelah kedua pria itu pergi dari kantornya.
“Semuanya, ke ruang meeting sekarang!” titah Maya kepada seluruh timnya.
Mereka mulai mencari database wanita yang memenuhi kriteria tersebut. Tapi sudah hampir delapan puluh persen dari database yang mereka miliki diseleksi, belum ada satupun yang mendekati apalagi mirip dengan kriteria yang diinginkan.
Keesokan harinya mereka sudah menyapu bersih semua stok wanita pencari jodoh yang mereka miliki, dan hanya ada satu yang hampir mendekati. Yaitu wanita cantik bernama Dini. Hanya saja, tingginya masih kurang dan berat badannya sedikit berlebih.
“Huftttt!” Maya membentur-benturkan kepalanya ke sandaran kursi kerjanya. “Ngga ada satupun yang masuk.”
Lana menutup laptopnya, lalu menyambar tasnya dan juga lengan Maya. “Kita ngga bisa gini terus. Kita harus keluar dan menemukan orang yang kita cari kalau ngga mau kehilangan hiu kita.”
Maya mengangguk dengan penuh semangat. Ia meraih tas dan kacamatanya lalu bersiap untuk berburu wanita idaman sang hiu VVVVIP.
“Kalian semua hari ini bakalan gue bebasin keliaran di luaran. Tugas kalian menemukan cewek yang diminta sang hiu. Laporah harus sudah masuk maksimal pukul delapan malam ini. Mengerti?”
“Mengerti Kaka...” timpal anak buah Maya dengan logat manja dibuat-buat seperti yang biasa Maya ucapkan.
“Cih, jijik!” gumam Maya sambil lalu.
**********************************
... (visual : maya)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments