Siapa Kau?

Malam semakin larut dan bulan kian terang di atas sana. Suer terdiam sedari siang dirinya belum makan apapun Suer yang tidak bisa membuat api hanya bisa diam dalam kegelapan untunglah dirinya tidak takut gelap karena sering berlatih dengan sang kakak.

Dan sebuah suara tiba tiba mengejutkannya namun suara itu terdengar sangat mencurigakan dimana jingkrak suara itu bukan milik Lin Dong. Suer terperanjak intuinsinya yang sudah terlatih dari marabahaya langsung bergegas mencari tempat untuk bersembunyi.

Benar prasangka Suer itu bukan suara langkah kaki Lin Dong, nampak dari gerik itu seakan berusaha mencari sesuatu. Aneh bukankah ini rumah paling jelek di lingkungan ini, mengapa dia ingin mencuri ke rumah jelek ini? Ucap Suer dalam hati.

Namun salah pikirannya sebuah benda nampak di ambil dari bawah tanah nampak sebuah pedang dengan ukiran Naga Biru. Suer terkejut hatinya kembali berdebar. Bukankah itu milik kaisar masa depan, bukankah itu milik kaisar Lin? Pertanyaan lagi lagi berjalan di kepalanya.

Pedang itu pernah di lihat Suer di sebuah lelang saat dirinya berhasil mendapatkan lukisan itu. Saat itu Suer juga sangat ingin pedang yang kini berada di tangan pencuri tersebut namun dia ingin tahu terlebih dahulu siapa dalang di balik semua itu. Suer menatap sekitar yang terlihat sepi kuda kuda dirinya siapkan untuk melawan sebelumnya dirinya bersembunyi bukan karena takut tapi lebih dengan rasa ingin tahu saja. Hati Suer kembali bergejolak saat tiba tiba seseorang dengan langkah melayang masuk dan menusuk pria itu. Sial! Runtut Suer namun sesuatu yang lebih mengejutkan adalah orang yang menusuk pria tersebut dia adalah San. Orang yang siang tadi mengobrol banyak dengannya San adalah sosok manusia ceria tapi bagaimana mungkin San melakukan itu. Pikiran Suer mulai menerka nerka siapa San sebenarnya dia juga tidak ingin terburu buru namun melihat situasi yang mulai genting agaknya sesuatu yang besar akan segera kembali. Mata San seperti elang menemukan mangsa dan berbeda jauh dengan orang yang di temuinya siang ini.

Suer menutup mulutnya tak percaya nampak darah memenuhi seisi kamar yang kecil itu. San nampak mencari cari sesuatu dengan langkah hati hati Suer keluar lewat jendela dan pura pura masuk lewat pintu. Suer berusaha memperlihatkan aktingnya yang pernah dirinya pelajari.

" Astaga! Ini?" Suer menutup mulutnya tak percaya. San hanya tersenyum dan telah menyembunyikan kembali pedang itu.

"Aduh kakak ipar aku tidak sengaja. Aku pikir pria ini hendak memperkosamu karena dari rumah nampak mencurigakan dan kamar ini juga gelap. Sedangkan kakak mungkin akan pulang sangat larut" San mulai bingung mesti bagaimana namun bukan San bila mengatasi hal semacam ini saja tidak bisa.

"Tapi kenapa kamu membunuhnya?" San mati kutu mendengar pertanyaan itu.

San siapa kalian sebenarnya? Kata hati Suer namun dia tidak ingin bertanya demikian saat itu. Melihat bagaimana sebuah nyawa melayang dengan entengnya di tangan San itu tandanya bukan hanya sekali dua kali tangan San melakukan pembunuhan.

San membuka kedok mayat itu dan alangkah terkejutnya dia saat seorang perajurit istanalah yang dirinya bunuh saat itu.

"San?" Lirih Suer menatap keterkejutan San. San berusaha menyembunyikan kegugupan hatinya namun di depan Suer dirinya benar benar bisa terbaca.

"Sudah, aku tidak ingin berkesimpulan terlalu panjang. Bolehkah aku bertanya? Aku bersumpah akan merahasiakan ini." Pinta Suer menatap mata San.

Ada rasa kurang percaya pada diri San namun agaknya Suer memang seorang wanita istimewa itulah sebabnya sang kakak melarang mengganggu Suer atau melakukan apapun pada wanita itu.

"Apakah kamu Lin San?" Tanya Suer. Lin San adalah seorang panglima perang di kekaisaran Lin di masa depan bila itu benar maka jelas apa tujuan Suer datang kesana. San mengangguk menyatukan pikiran Suer.

Hal yang begitu tidak masuk akan yang dirinya tau Kaisar Lin adalah seorang buaya dengan ratusan selir dan tidak memiliki ratu ataupun permaisuri. Kaisar Lin menggunakan wanita untuk memperkuat kerjaannya namun yang di ketahuinya Kaisar hanya memiliki 3 orang putera meski selirnya begitu banyak. Dan tiba tiba dia teringat pada Lin Dong bukankah Kaisar juga Lin juga bernama demikian. Hati Suer terasa di remas mengetahui hal tersebut dalam hatinya sudah bertekad akan menjauh sebisa mungkin dari pria itu karena saat matanya beradu dengan mata Lin Dong maka getaran di hatinya akan meronta dan cinta tumbuh perlahan di sana.

Di antara rimbunan pohon nampak seseorang tengah memperhatikan San dan Suer dia tersenyum seraya hatinya berkata. Suer siapa kamu sebenarnya?

Lin Dong ya dialah Lin Dong. Seorang pria menepuk pundaknya dan mengangguk memberikan intruksi bila situasi sudah mulai aman terkendali. Lin Dong memperhatikan bagaimana Suer dan San tengah bekerja sama untuk membereskan mayat itu Suer memberi saran agar mayat itu di bawa ke sungai saja karena bila di sungai maka aroma San tidak akan tercium oleh anjing anjing pelacak. San setuju dan segera membawa mayat itu pergi dan dengan cepat kembali membersihkan darah pada lantai dengan aroma daun yang di campur air sehingga aroma darah tidak tercium lagi.

Lin Dong akhirnya sampai dan menatap Suer yang sudah membereskan segalanya San juga sudah kembali ke rumahnya. Lin Dong nampak begitu lelah membawa beberapa kelinci dan dua ekor rusa.

"Mau di apakan ini?" Tanya Suer menyentuh rusa tersebut sembari berjongkok saat rusa itu di jatuhkan ke tanah oleh Lin Dong.

"Akan di jual. Sebentar lagi juga orang yang menginginkan rusa ini akan kemari" jawab Lin Dong.

"Tengah malam?" Tanya lagi Suer memastikan.

Lin Dong mengangguk meng iya kan jawaban dari pertanyaan Suer. Suer mengangkat alisnya, sangat aneh pikirnya bila malam malam ada orang yang mungkin sejenis pengepul datang seperti pencuri saja.

"Apa kamu suka daging rusa?" Lin Dong bertanya dan mengambil pisahnya menguliti rusa tersebut. Suer menggeleng mantap. Boro boro makan daging rusa makan telur saja kadang kadang membuatnya mual.

"Benarkah? Tapi daging rusa itu enak" Suer menggeleng lagi penuh keyakinan. Lin Dong tersenyum dan langsung membuat api dan menumbuk beberapa dedaunan dan membalutkannya pada daging rusa tersebut. Suer sudah tidak tahan mual melihat daging mentah itu.

Lin Dong sadar akan hal itu entah manusia jenis apa Suer betul betul unik pikir Lin Dong.

"Masuklah dan tidur bila tidak mau." Suer patuh dan berlalu masuk meski perutnya amat keroncongan, Lin Dong tersenyum sekilas memperhatikan punggung yang kini membelakanginya dan mengusap usap perutnya yang terasa begitu lapar.

Suer tidur malam itu dengan perut keroncongan sedangkan Lin Dong berada di luar sepanjang malam.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!